12 : Enemies

1.2K 204 17
                                    



Ryujin sampai di depan sebuah kamar dengan nomor 012 tergantung di depan pintu. Tangannya ragu hanya sekadar untuk membuka knop pintu, kakinya terasa berat namun pikiran gadis itu sibuk memilih kata-kata yang harus ia ucapkan ketika bertemu Chaeryeong nanti.

Dadanya terasa sesak dan Ryujin tidak bisa berhenti membuka mulutnya untuk sekadar mengambil napas. Pakaian laboratorium sudah terpasang pada tubuhnya, Ryujin sudah bersiap untuk masuk, namun gadis itu tiba-tiba terdiam mematung di depan pintu.







Flashback


Seorang wanita paruh baya tak berhenti mengusapkan telapak tangannya pada punggung tangan Ryujin.

Wanita itu adalah ibu Chaeryeong. Mereka bertemu di lorong rumah sakit dan ia telah menceritakan semuanya pada Ryujin.

Semuanya, tentang apa yang Chaeryeong alami.

Lalu bagaimana dengan Ryujin? gadis itu terus-menerus menatap kosong lantai rumah sakit. Keringat mengalir turun dari pelipisnya tanpa henti dan Ryujin seketika merasa dirinya sangat bodoh.

Chaeryeong menderita NPC, suatu jenis kanker yang menyerang nasofaring dan sudah sampai pada stadium tiga.

Ryujin tidak tahu sama sekali tentang hal ini, ia merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada Chaeryeong.

Tidak seharusnya ia marah pada gadis itu, Chaeryeong pergi menghilang untuk mengobati dirinya sendiri dan Ryujin malah mendiami gadis itu habis-habisan.

Bahkan ratusan kata kasar tidak mampu menebus rasa bersalah Ryujin saat itu.

Gadis itu menyandarkan punggungnya pada dinding rumah sakit dengan sedikit frustasi. Pikirannya melayang beberapa hari lalu saat mereka bertengkar di dalam perpustakaan dan Ryujin yang terlihat begitu keras kepala.

Mungkin mulai sekarang Ryujin tahu bagaimana ia harus membenci dirinya sendiri.

Flashback, off

Ryujin membuka knop pintu dengan hati-hati. Melihat seorang gadis berwajah polos tengah memejamkan matanya di atas ranjang, entah tertidur atau pingsan yang Ryujin tahu gadis itu terlihat sangat cantik walaupun sedang tidak sadarkan diri..

Ryujin menarik sebuah bangku dari sisi ranjang, mendudukkan tubuhnya disana lalu memandangi Chaeryeong dari dekat. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan gadis itu dengan lembut.

Pergerakan Ryujin membuat Chaeryeong terbangun dari tidurnya. Dan hal yang pertama ia lihat adalah seorang gadis berambut sebahu duduk menatapnya dengan senyuman.

"R-ryujin?"

Suara parau gadis itu membuat Ryujin sangat merindukannya, namun beberapa saat kemudian ia tersenyum miris.

"Hey, sudah bangun?"

Chaereong merasakan matanya terasa berat, namun gadis itu masih berusaha menatap kekasihnya, "kenapa ada di sini?"

"Bagaimana terapinya?" mengeratkan genggamannya, Ryujin mengabaikan pertanyaan Chaeryeong dengan senyuman yang tidak pernah lepas.

"Kau tahu? aku merindukanmu, Chaeryeong. Sangat rindu."

Chaeryeong terdiam sesaat. Namun setelahnya gadis itu malah menarik tangannya menjauh. Bukannya ia tidak suka akan kehadiran Ryujin, namun gadis itu hanya merasa bersalah jika kekasihnya mengetahui semua tentangnya.

Chaeryeong tidak ingin Ryujin tahu, tapi kini Ryujin pasti sudah tahu.

"Aku baik-baik saja. Kau... Pulang saja. Aku tidak-"

August Rain ; itzy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang