O9 : Soreness

1.2K 200 23
                                    

"Kamu dengerin aku dulu, denger aja ga perlu marah-marah."

Dua orang gadis berjalan berdampingan di koridor sekolah, yang satu berbicara dengan suara yang cukup keras sementara gadis satunya berusaha untuk tidak mendengarkan.

Gadis berambut sebahu menghentikan langkahnya tiba-tiba, "Aku dengerin kamu daritadi."

"Ryujin."

"Hm?"

"Maaf." Chaeryeong menunduk, berjalan pelan hingga kini ia berada di belakang kekasihnya, memperhatikan langkah kaki mereka yang kali ini tak sama.

Ryujin terlalu cepat dan ia tidak mampu mengejarnya.

Ryujin menghela napas, memegang erat gagang pintu ruang perpustakaan lalu menatap kekasihnya dengan malas.

"Kata maaf jadi ga berarti kalo kamu ucapin lebih dari sepuluh kali dalam satu jam, Chaer."

Para siswa yang lewat memperhatikan mereka dengan tatapan aneh dan Chaeryeong yakin dirinya dan Ryujin terlihat sedang bertengkar walau merekaㅡatau hanya Chaeryeongㅡsudah berusaha menyembunyikannya.

Ryujin masuk terlebih dahulu meninggalkan Chaeryeong yang terus mengekorinya dengan sabar.

"Ryujin, apa tidak bisa kita bicara sebentar?" Chaeryeong berbicara dengan suara pelan bahkan nyaris berbisik namun Ryujin masih dapat mendengarnya dengan jelas.

"Kau sudah bicara sejak tadi." Lagi, semua pandangan mengarah pada mereka berdua. Ryujin berbicara seakan ia sedang tidak berada dalam perpustakaan dan hal itu kembali membuat Chaeryeong merasa frustasi.

"Aku salah tidak mengabarimu beberapa hari yang lalu, dan aku sangat menyesal, Ryu. Maaf."

Ryujin mengambil beberapa buku dari rak tanpa berniat merespon kekasihnya.

Chaeryeong menghela napas panjangnya lagi, ia tidak berada dalam mood untuk bertengkar namun Chaeryeong juga lelah jika Ryujin terus bersikap begini.

"Ya sudah kalau tidak mau diajak bicara."

Ryujin masih tidak meresponnya dan sumpah demi apapun rasanya Chaeryeong ingin menangis saat itu.

"Ambil waktumu, kita bicara setelah kau merasa lebih baik." Chaeryeong hendak berbalik namun Ryujin akhirnya menahannya.

"Kau menghilang tiga hari tanpa kabar. Aku hampir gila karena mencarimu." Ryujin menatap kekasihnya dengan pandangan yang dingin. Sangat dingin hingga Chaeryeong dapat merasakan tulang-tulangnya beku akibat tatapan itu.

"Aku sudah berusaha menjelaskan, kau sendiri yang tidak mau dengar."

"DUA ORANG DI RAK SEJARAH BISA TOLONG KECILKAN SUARA KALIAN?"

Suara penjaga perpustakaan membuat Chaeryeong sedikit tersentak kaget. Berbeda dengan Ryujin, gadis itu malah mengalihkan pandangannya dengan tidak peduli lalu pergi dengan setumpuk buku di tangan.

Chaeryeong menggigit bibirnya, Ryujin tidak pernah semarah ini dan hal itu membuatnya semakin ingin menangis.

Chaeryeong berpikir bukan saat yang tepat jika Ryujin tahu tentang apa yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Ryujin tidak akan mengerti dan gadis itu mungkin tidak akan percaya. Ryujin tidak perlu tahu. Dan sebaiknya Chaeryeong tidak perlu memberitahu.

Ryujin berjalan ke arah petugas yang berjaga sementara Chaeryeong pergi meninggalkan ruangan itu.
















Kasurnya bergetar ketika Chaeryeong sedang duduk di kursinya sambil memegangi kepalanya yang kembali berdenyut. Ia ingin meraih ponselnya di atas kasur namun kakinya seakan berubah menjadi kumpulan jelly yang tersusun rapi.

August Rain ; itzy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang