O6 : Divided

1.6K 208 19
                                    

Ryujin memperhatikan dokter dan para perawat yang sudah lebih dari setengah jam berlalu lalang di hadapannya. Gadis itu tidak pernah mempelajari ilmu medis namun dirinya cukup paham apa yang tengah mereka bicarakan.

"Keadaannya sudah membaik, mungkin beberapa saat lagi dia akan segera bangun."

Ryujin mengangguk paham. Ini adalah yang kedua kalinya dalam satu bulan gadis itu berada di rumah sakit hanya karena seorang Hwang Yeji. Bedanya kini ada kekasihnya, Chaeryeong yang ikut menemani di sampingnya.

"Dia tidak akan amnesia kan?" Chaeryeong ikut memperhatikan Yeji sementara Ryujin menggelengkan kepalanya.

"Semoga saja dia amnesia."

Satu pukulan keras mendarat pada bahu gadis bersurai hitam itu, "Jaga bicaramu."

"....sakit Chaer."

"Dia seharusnya melupakan gadis itu sejak awal." Ryujin mengusap bahunya sendiri, "Tapi si bodoh ini malah melanjutkannya."

Chaeryeong menatap Yeji iba, ia tidak pernah berpikir kalau cinta bisa jadi serumit ini. "Dimana Lia?"

Ryujin mengangkat bahunya, "Tidak tahu. Dia tidak pernah lagi masuk sekolah sejak kejadian itu."

"Kenapa tidak lapor polisi?"

"Tidak bisa. Kekasih Lia pasti punya banyak orang yang berpengaruh. Jika kita melapor, itu akan lebih memberatkan Yeji."

"Darimana kau tahu?"

Ryujin menatap kekasihnya dengan malas, "Aku pernah membuat lebih dari lima orang seperti mereka babak belur dan selalu berakhir dengan kejar-kejaran."

Chaeryeong tertawa, kemudian mengacak rambut pacarnya dengan gemas. "Iya iya aku percaya padamu dasar berandal."
















Ryujin sedang bersama kekasihnya di luar ketika Yeji terbangun dari tidur delapan harinya. Gadis itu membuka matanya sedikit, kepalanya masih terasa berdenyut dan Yeji hampir lupa apa yang terjadi padanya. Ruang itu kosong, Yeji tidak mengerti mengapa ia berada disana dengan keadaan tubuh yang terasa seakan mengambang.

Sinar lampu ruangan itu membuat matanya terasa sakit. Yeji kembali menutup matanya sebentar, gadis itu berniat menghilangkan rasa sakit di kepalanya sebelum sesuatu yang berisik datang mengganggu pendengarannya.










Lia berdiri di ujung ruangan, matanya terlihat sembab karena air mata. Sedangkan ada seseorang membawa sebongkah kayu di tangannya, berjalan mendekati Lia yang kini terpojok ketakutan.

"Tidak... Jangan... Kumohon..."

Orang itu kemudian tertawa dengan keras, mabuk sepertinya.

"Ini balasanmu padaku, Choi Jisu?"

Bunyi kayu yang diseret memekakkan telinga. Lia tidak dapat menatap orang itu dengan jelas karena minimnya cahaya yang menyoroti mereka berdua malam itu.

Napasnya memberat, genggaman pada kayu ia kuatkan sementara gadis di depannya menatap dengan khawatir.

Dan hal itu sudah cukup membuat si pembawa kayu merasa senang.

"Tolong aku.... Siapapun...."

Tawanya kembali lepas, mata tajam itu menatap Lia dari balik gelapnya malam,

"Tidak akan ada yang menolong mu di sini."

Orang itu berjalan semakin dekat kemudian mencengkram pipi Lia dengan tangannya yang kasar.

August Rain ; itzy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang