Part 3

103 12 19
                                    

Kadang, Dia yang jauh terasa dekat. Dia yang dekat terasa jauh. Ah tidak adil.
-Grey-

******

Seperti biasa Grey terbangun saat tengah malam. Kenapa? Entah pikirannya yang licik atau memang malas, setiap ada tugas ia akan memilih tidur lebih awal dan bangun tengah malam untuk mengerjakan tugas tersebut. Ia sangat yakin, Ardita siswa terajin di kelas pasti sudah mengirimkan jawaban untuk teman-temannya. Ya, Grey hanya perlu sedikit memodifikasi jawaban Ardita. Agar terlihat beda dari yang lain.

Setelah mengerjakan tugasnya, Grey tidak memilih tidur, melainkan membereskan tempat tidur, mencuci piring, merapikan meja belajar atau bahkan memasak untuk ibunya.

Ya, Ibunya memang jarang di rumah. Sehingga, pekerjaan rumah harus dilakukan Grey, 'sendiri'.

"Gue masak apa ya hmmm''

Batin grey, sambil membuka kulkas yang hanya berisikan telur.

''Astaga, ngapain gue sok mikir. tiap hari gue kan bawa telor ceplok haha"

ucap grey berbicara pada dirinya sendiri. entah, tawa itu tawa bahagia atau justru tawa kesedihan.

Setiap hari Grey membawa bekal ke sekolah. Selain karena tidak diberikan uang jajan, memang ia malas keluar kelas meski hanya sekedar membeli makanan atau minuman.

5 menit sudah cukup untuk menyiapkan bekal, setelah itu ia akan siap-siap kesekolah.

***

[06 : 57]

Ketika pagar ditutup pukul 07:15 dan Grey masih menunggu dian di 18 menit waktu yang tersisa. Padahal, waktu yang seharusnya di tempuh mereka lebih dari 18 menit. Untunglah kemampuan dian mengemudikan motor setara dengan pembalap, kalau tidak, setiap hari mereka hanya sampai dibalik jeruji besi(pagar).

''DIAAANNNN!!!!''

Seperti itulah Grey memanggil Dian dibalik jeruji besi. (kasian yak'-').
Grey sudah pasrah, masa-masa menegangkan masih akan ia hadapi 1 tahun kedepan, ia hanya berharap selamat dari tragedi apapun itu.

''Dian, Cepet itu Grey udah nunggu dari tadi"

Ibu Dian setiap pagi duduk di teras, melihat-lihat tanaman bunganya atau sekedar bersantai.

"Iya mah, dikit lagiiiii"
teriak Dian dari dalam rumah.

Motor Dian akhirnya keluar dari kandang. Meski kesal,Grey tidak pernah menampakkan hal itu. Ia cukup baik dalam menjaga perasaan orang lain. Namun,tidak untuk Athala tentunya.

Dian hanya membutuhkan waktu 14 menit, mereka sudah sampai.

''Sorry rey gue telat''
Ucap Dian dengan cengingiran khas gigi kelincinya.

''Kapan lo ga telat sih di(-_-) ''
Ucap grey memutar bola mata dengan malas. Namun, itu hanyalah candaan. Dian pun tidak pernah menanggapinya dengan serius.

''Eh, Lama banget sih''

Ucap Serli menyambut kedatangan Grey dan Dian.

''elah, udah biasa kelez''
Jawab Dian sambil meletakkan tas diatas meja.

''Eh di, tugas lo udah selesai?"

Tanya iin, teman sebangku Dian yang juga merupakan sahabatnya.

''Tugas? TUGAS APAAAN?''
Tanya Dian dengan penuh kegelisahan.

''Tugas Bio, kan adatuh isian 2 nomor''
Ucap Grey berbalik ke tempat duduk dian.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang