Part 2

100 17 28
                                    

Jika yang lain menaruh rasa padaku, mengapa aku harus tanggung jawab? -Grey

*
*
*

Aduhh, gimana nih. Gue harus bilang apa. Tolong gue siapapun yang lewat di taman ini bawa gue lari sekarang juga.aaaaa

Grey ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya. Grey benci keadaan dimana ia mulai menyukai namun begitu berat untuk mengatakannya.

''Ggg,, gga ada..."
Jawab Grey singkat.

Athala menarik napas panjang, Dia sudah menebak jawaban grey.

Cukup lama ia memejamkan mata. Seolah berusaha mengubur kenangan dua tahun lamanya. Menstabilkan otaknya yang sudah kehilangan titik fokus. Menetralkan perasaan yang seperkian detik lalu sudah hancur berkeping-keping.

"Ookay, sekarang gue antar lo pulang".

flashback off

Sore yang memilukan saat itu, namun Athala masih berbaik hati mengantarnya pulang. Grey merasa bersalah? Tidak tentunya. Mengapa Grey harus bertanggung jawab? Dia tidak pernah meminta Athala menyukainya.

Semenjak peristiwa itu, Athala berubah 180°. Entah Setan apa yang merasukinya. Ia menjelma bak playboy, hanya saja ia tidak memacari, hanya mendekati, memberi harapan lalu pergi. Ya, seolah melampiaskan apa yang dilakukan Grey padanya.

Itulah mengapa Grey sangat membencinya, bahkan tidak ingin berada di dekat Athala.

'iya gue salah rey, tapi bukannya gue yang harusnya marah? bukannya gue yang paling hancur diantara kita? Kenapa seolah gue yang salah dan lo selalu bener.

*****

Bel pulang sekolah sudah menggema di sudut-sudut ruangan. Koridor sekolah mulai ramai, siswa-siswi yang bergosip ria, Mabar bahkan pdkt.

"In, gue pulang bareng lo ya hehe" sambil menenteng buku paket serli memelas kepada iin.

"Nebeng mulu lo ah"
Balas iin memutar bola mata dengan malas.

"Auk tuh, nak Soel(sin/cos) kok nebeng"
celutuk Grey dengan nada mengejek.

"Diem lo rey, kayak lo ngga aja"
Dian menamparkan satu fakta kepada Grey bahwa ia tidak lebih baik dari serli.

''Hehe, lo tau kan gue ngga bisa naek motor. kalo gue jatuh gimana? ngga punya temen lagi deh lo semua''

grey tidak ingin kalah dalam perdebatan ringan ini menuju parkiran sekolah.

''Heheu, Iyain dah"
Ucap ketiga sahabat grey dalam waktu yang sama.

Grey berangkat bersama dian dan serli berangkat bersama iin. Suatu persahabatan yang amat solid diantara mereka.

Rumah Grey berhadapan dengan rumah Dian, jadi bukanlah suatu masalah yang besar jika Grey setiap hari meminta tumpangan gratis kepada Dian. Toh, mereka juga masih ada hubungan darah. yaaa, meski sebenarnya lumayan jauh.

"Eh, Motor tuh di, pelan-pelan aja napa''
Celutuk grey ikut memperhatikan jalan.

Ya, grey memang tidak bisa duduk manis saat di bonceng. Ia memiliki ketakutan yang amat besar saat mengendarai motor ataupun mobil. Padahal, ia tidak memiliki riwayat kecelakaan yang parah.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang