"Jen, aku kangeen banget! Kamu sore ini ada waktu gak?"
"Halah, gausah bacot deh ini Siyeon lagi mau nelpon gua!"
Aku menatap langit yang cerah, berkebalikan dengan perasaanku sekarang.
"Jeno, kapan ya kamu mau nunjukkin ke orang orang kalo kamu pacar aku, masa cuman temen temen deket kamu doang yang tau, huft!"
"Heh Fa, gausah ngarep bakal gua kenalin ke seluruh temen temen gua. Kalo bukan karena kasian, gua gabakal terima lu!"
"Gitu ya?"
Jadi, rasanya terbiasa sakit seperti ini ya. Jeno, jika kamu tau aku sudah tidak apa apa. Bahkan luka yang kau torehkan dahulu lebih kentara sakitnya, jika kamu bertanya bagaimana perasaanku. Jawabannya ada di kalimat kedua.
"Eh, halo! Arfa yaa?"
Aku menolehkan kepalaku, sejenak merasa terkejut dan segera memalingkan kepalaku berpura pura tidak mendengar.
"Hey! Aku Renjun! Temennya Jeno, boleh kenalan ?"
Pria itu berusaha menyamai langkah kakiku.
"Maaf, mungkin kamu salah orang."
Aku berlari kecil, memasuki gang gang sempit area pertokoan kumuh Paman Kim. Ah maaf sekali paman aku bilang tokomu kumuh, yah walaupun nyatanya begitu tidak etis ya berbicara seperti itu?
Lagi lagi Pria itu, sahabat kesayanganku Jeno berusaha mendekatiku.
"Arfa, diam disitu! Atau akan kubocorkan rahasiamu ke Jeno. Tentang penyakit parah adikmu, dan mungkin kau ternyata juga terjangkit penyakit yang sama!"Aku mematung terdiam, bagaimana dia tahu tentang itu semua?!
"Ehm, sebelumnya maaf karena mengancamu terlebih dahulu, perkenalkan aku Arjuna Rendy, biar keren biasanya dipanggil Renjun ahahaha!"
"Ya, aku Arfa."
Aku berusaha menahan agar senyumku tidak terpampang di wajahku. Baru kali ini aku merasakan ada seseorang mengajakku berteman, wah aku bahagia sekali!
"Jika ingin tersenyum, tidak usah ditahan begitu doong!"
"HIH! Diem!"Aku mengerucutkan bibirku, tidak tahan menahan rasa bahagia ini.
"Yaah, dilihat dari kepribadianmu. Kamu itu sebenarnya anak yang ceria tahu! Namun, tidak ada ya yang ingin bersamamu?"
Aku menunduk, rasanya aku kembali berhadapan dengan realita.
"Ah bukan maksudku begitu, sorry. Intinya tanpa berlama lama lagi, boleh tidak aku jadi temanmu?"
Aku tersenyum, tersenyum bahagia. Renjun, aku sangat menyayangimu layaknya kakakku.
Dia mengetahui semuanya karena ayahnya adalah dokter yang menangani adikku dan memeriksaku. Mungkin selebihnya tentang aku menjadi tulang punggung keluarga dia pun belum tahu.
Akhir akhir ini aku jarang bertemu Jeno, padahal aku sangat merindukan Jeno. Satu satunya yang mengisi hatiku, cinta pertamaku.
Dia ingat tidak ya, dengan diriku. Ah, memikirkan tentang masa lalu semakin membuatku merindukan dia! Tapi dia pasti tidak merindukanku, kan sudah ada Siyeon.
Iya, dia harus bahagia. Siyeon, wanita yang baik ya walaupun agak kasar tapi aku harap dia akan baik baik saja dengan Jeno. Wanita itu selalu menbuat Jeno menampakkan eyes-smilenya.
Dan aku, jarang sekali membuat Jeno menampakkan itu. Hanya ekspresi marah yang ditujukan untukku. Aku 'kan memang tidak pantas untuknya. Aku tahu. Sangat tahu mengenai hal tersebut.
to be continued
Arjuna Rendy Arumajendra ( Renjun )
(N.) Bagi Arfa, dia seorang malaikat jatuh yang membuatnya bahagia.