"Kak Taeyong? Gimana keadaan Jeno hari ini?"
"Masih sama Fa, ngga baik baik aja."
"Aku boleh masuk ke ruangannya?"
"Sure."
Lima tahun kemudian, dengan keajaiban Arfa bisa sembuh dari komanya dan berhasil memulihkan dirinya. Sedangkan Jeno, depresi, jiwanya terguncang hingga saat ini. Ia berada dalam rumah kakaknya Taeyong yang bekerja menjadi psikolog.
"Arfa! Arfa! Arfa! Itu kamuuu? I miss you banget tau gak sih?????"
Arfa hanya tersenyum menanggapi itu.
"T—tapi dia udah meninggal kan? AHAHAHA aku sendiri yang bunuh dia, hiks. Daridulu aku hanya ingin mengujinya saja, karena orang tuaku pasti tidak akan menyetujui hubungan kita."Tetesan air mata mulai turun.
"Hey? She'll be alright ok? Aku mau ngomongin aja,Arfa udah hamil Jen."
"Hehehehehehehehe, Arfa sehat sehat aja ya???? Tapi dia kan waktu itu aku tabrak, anjing tolol banget gak sih gua????"
"Jeno, dia baik, dia sehat, tapi dia sedih ngeliat kamu kayak gini Jeno. Ayo bangkit??????"
"Kalo katamu Arfa hamil emang dia hamil sama siapa sih? Pasti sama sahabat aku itu kannnn?"
"Mereka selingkuh kannnn????"
"Aku ditinggalin sendirian padahal aku selalu butuh Arfa, roti yang selalu ku buang pasti selalu ku ambil lagi setelah semua orang masuk dan Arfa bener bener ngecek."
"Aku rindu serius gak boong. Like bener bener rindu taugasi????"
"Arfa arfa arfa seandainya aku bisa ketemu dia."
"Pasti Arfa seneng ya disana liat aku kayak gini????"
"Enggak, kata siapa?"Arfa hanya berusaha menahan tangis. Ternyata selama ini?
"Aku berusaha buat Arfa gak berharap sama aku, aku takut mama papa nyelakain dia karena dia ngga orang kaya. Aku sedih liat dia kerja sampe pucat gitu. Aku berusaha bantu lunasin biaya rumah sakit adiknya!!!!!!"
"Tapi tapi tapi, dia mati sekarang! Ninggalin aku! Mana janjinya bakal sehidup semati sama aku?!?!?!"
"Mana hah?! Dia pembohong, such a liar. Aku benci dia!!!!!"
"Dia hamil katamu???? Pasti anak si brengsek Renjun kan?????"
"Apa dia gak tau ya kalo dia masih disini????? Aku siang malam stress mikirin dia sedangkan dia gak pernah sekalipun nunjukkin dirinya di depanku!!!!!"
"Aku menunggu saat yang tepat. Waktu yang tepat, bisa gak sih dia bertahan buat aku sebentar lagi?!?!"
"Dia malah selingkuh sama Renjun itu, sahabat bangsat."
"Aku menderita disini,kenapa tuhan gak ngambil nyawaku!"
"Stop it! Aku Arfa Jeno!"
"Kamu Arfa?"
"Yes."
"Arfa? Arfa? Arfa?"
Tiba tiba saja Jeno meraung dengan sangat keras, sambil memukuli kepalanya. Gumaman kata kata kasar muncul seakan gema bagi Arfa.
Tangisnya pecah, hatinya sakit melihat Jeno seperti ini.Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk Arfa berusaha melupakan Jeno. Baru kali ini dia berani berbicara dan mengetahui dahulu, isi hati Jeno. Alasan dari semua perlakuan buruk Jeno. Kenapa? Kenapa baru kali ini? Dengan keadaan dia sudah hamil? Baru saja menikah? Kenapa dengan takdir ini?
Dia pergi dari tempat ke tempat untuk mencari kebahagian untuk ditemukan. Berakhir dengan menangis di penginapan karena merindukan Jeno, dan membuka fotonya dengan Siyeon. Jeno tidak pernah berfoto bahkan sekalipun dengan Arfa.
Sadly, ia terus berharap bisa bersama dengan Jeno. Rose, kakak Arfa berusaha mengenalkan dia dengan laki laki lain.
Renjun, pindah ke China karena urusan bisnis dan menemukan cinta barunya, Cheng Xiao. Arfa berkelana terus menerus, mengunjungi tempat tempat yang bisa memuaskan matanya.
Pada saat itulah ia bertemu dengan mataharinya, kebahagiannya saat ini, seseorang yang berhasil membuatnya berpaling.
Haechan Lee, menggemaskan sekali. Humoris, dan Romantis. Bersama selama 2 tahun memantapkan hati mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih mengikat. Pernikahan.
Hingga suatu hari dirinya baru mengetahui jika Jeno Lee, berada pada keadaan ini. Pikirnya Jeno hidup baik baik saja, dan berbahagia dengan Siyeon. Nyatanya tidak, kali ini Arfa berhasil memantapkan diri untuk bertemu Jeno.
Her first and last.
Nyatanya hatinya masih mendamba, masih menyimpan segala kenangan mereka. Ditambah lagi dengan segala pengakuan Jeno tadi, ia merindu.
Rasanya ini sangat tidak wajar mengingat ia sekarang sedang mengandung anak dari suami sahnya. Hatinya perih, selalu menyalahkan takdir.
Melihat Jeno kesakitan seperti membuat hatinya kembali teriris. Menyaksikan bagaimana erangan frustasinya, menyaksikan suntikan yang berisi obat bisu di masukan ke dalam tangan Jeno.
"Udah babe, jangan nangis lagi. I'm here okay? Yuk pulang biar Jeno tidurnya enak, sama adek bayinya biar nggak capek."
Iya, itu Haechan Lee. Suami sahnya sekarang yang sedang memapah dirinya berjalan pelan untuk keluar.
Namun yang janggal, ia mendengar sang suami berbisik lirih.
"Goodbye, loser."dengan sedikit tawa khasnya.
Mungkin, Arfa hanya salah dengar. Tidak mungkin kan mataharinya berucap seperti itu?
Semua ini ditutup dengan kedua belah pihak, bahkan tiga mungkin. Semuanya masih menyimpan rahasia, dan melakukan kebohongan yang indah.
end or tbc ?
woi ayola yg baca komen biar ak tambah semangat