7

4.1K 719 23
                                    

"Aku mau mengunjungi seseorang, apa kau tidak keberatan ikut?"

"Baiklah, tapi ke mana?"

"Kau akan tahu nanti."

˚˙˚˙

Langit mulai menjadi oranye, penumpang di dalam kereta semakin banyak, tapi untunglah mereka sudah menemukan tempat duduk. Kereta itu melaju kencang ke suatu tempat yang tidak diketahui (Name), toh tapi dia merasa aman-aman saja karena ada Todoroki.

Ia merasa nyaman saat berada di dekatnya, tapi saat dia mulai menjemput ke rumah gadis itu. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari biasanya, ditambah dengan perlakuan 'tak terduga dari seorang Todoroki yang membuatnya lebih parah.

Manik (e/c)nya mengamati sekitarnya, dan pandangannya jatuh kepada seorang nenek-nenek yang 'tak jauh di kursinya. Rasa simpati itu membuatnya berdiri hendak menawarkan tempat duduknya--belum sempat dia berdiri lengan tangannya sudah ditarik oleh pemuda di sampingnya, ia menoleh ke arah Todoroki dengan bingung.

"Biar aku, kau duduk saja." ucapnya lalu menawarkan tempat duduknya, dan berakhir dengan Todoroki tepat di depan (Name).

Nenek itu tersenyum, "untunglah masih ada anak muda yang peduli kepada orang tua sepertiku."

Penumpang makin berdesak-desakan begitu pula pemuda bersurai dwiwarna itu, ia semakin maju ke arah (Name) hingga ia seperti meng-kabedonnya. Kedua pasang mata itu saling tatap dalam keheningan. 

Ia melindungi (Name) dari orang yang ada dalam kereta dengan menghadap ke arah gadis itu hingga 'tak sadar bila wajah (Name) memerah yang membuatnya tampak lebih manis. (Name) menunduk dan bila ini ada dalam kartun, mungkin dia akan digambarkan dengan kepala yang mengeluarkan asap.

"Maaf, tapi kita harus berada di posisi seperti ini sedikit lama lagi." ucapnya yang baru sadar.

"B-baiklah."

Mereka tetap dalam posisi seperti itu hingga stasiun yang berikutnya, setelahnya mereka berjalan kaki sebentar sampai ke tempat yang dituju mereka.

˙˚˙˚

(Name) mengrenyitkan alisnya heran saat mereka sudah sampai ditujuannya. Ia melirik Todoroki yang menatap jelas pemandangan di sana.

Batu nisan.

"Pemakaman?" tanya (Name) bingung.

Todoroki menoleh ke arah (Name), raut bingung itu jelas terpampang di wajah (Name), "apa kau tidak keberatan aku mengajakmu ke sini?" sorot mata beda warnanya itu menatapnya, kali ini terasa begitu teduh.

"T-tentu saja tidak, jadi apakah seseorang yang ingin kau temui ada di sini?"

"Ibuku, dia sudah meninggal." jawabnya, sesaat (Name) melihat mata Todoroki itu menjadi sendu, mungkin karena mengingat suatu hal tentang ibunya. (Name) berdiam di sana sampai Todoroki mengisyaratkan untuk mengikutinya.

Mereka melangkah berjauhan, langkah kaki kecil gadis itu tidak sanggup menyamai langkah Todoroki, sedangkan Todoroki seolah 'tak sadar jika ia di sana. Akhirnya pemuda itu berhenti di depan makam.

Ia menunduk, tangannya menyentuh batu nisan, matanya menjadi sendu.

"Aku kembali ibu."

Langkah kaki (Name) berhenti, walau Todoroki hanya beberapa langkah darinya. Entahlah, dirinya seolah menolak mendekat menuju pemuda itu, dirinya menolak menganggu keluarga Todoroki.

Walau pemuda itu juga yang membawanya ke sini.

"Maaf aku tidak membawakan bunga seperti biasanya."

Bunga.

Jadi, oleh karena itu Todoroki beberapa kali datang ke toko bunganya. Kadangkala (Name) sering memikirkan apakah pemuda itu membeli bunga untuk kekasihnya, tapi itu salah. Sangat salah.

Terantuk ibu dari Todoroki Shouto, (Full Name) meminta maaf karena menuduhnya yang tidak-tidak.

"Namun, aku punya penggantinya, dan ini 'dia' yang sering kuceritakan"

Alis (Name) mengkerut mendengarnya apa maksud Todoroki dengan dia? Apakah (Name), tapi ia dan pemuda itu baru saja bertemu.

Tangan hangat Todoroki menarik pergelangan tangan (Name), ia sampai tersentak dalam lamunannya.

"Aku menemukanmu (Name)."

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang