17

2.5K 468 77
                                    

"(NAME)! (NAME) JAWAB AKU JIKA KAU ADA DI SANA BODOH!"

Ia meneriakkan namanya, tapi nihil. Gadis itu bahkan tidak menjawab panggilannya.

-

Hari itu adalah hari yang normal bagi (Name), ia membuka toko, menyambut pembeli, dan tentu merawat tumbuhannya. Itu menyenangkan untuk menjalani kehidupan seperti biasanya.

Sampai sebuah mobil yang hilang kendali hampir menabraknya saat ia sedang menyiram tanaman di depan tokonya. (Name) berhasil menghindarinya, tapi itu cukup membuat dirinya harus mendapatkan luka ringan dari terotoar. Ia selamat, tapi tokonya tidak.

Kaca tokonya pecah, pot-pot yang dihias di depan tokonya juga hancur. Tanah dan serpihan kaca berhamburan, kelopak bungapun sudah tertutupi oleh itu semua.

Badan (Name) gemetar ketakutan, jika saja pengemudi itu tidak berbelok menghindarinya dan tubuhnya tidak mau bergerak ia pasti sudah tidak ada di sini. Kakinya lemas, ah ini bukan lagi hari yang biasa bagi (Name).

Ini adalah hari tersial baginya.

Ia hampir ditabrak dan tokonya pun hancur karena mobil. Sangat menyedihkan.

Setelah mendengar bunyi tabrakan yang keras penduduk di sekitar langsung keluar dan menolong (Name). Ia dibawa ke rumah tetangganya dan disuguhkan air minum untuk menenangkannya. (Name) tersenyum dan berterima kasih.

Polisi sudah berada di toko (Name), mereka menghampiri (Name) yang masih duduk.

Mereka menanyakan kesaksian gadis itu, dan diketahui orang yang mengemudikan mobil sedang mabuk berat--itu tercium dari bau alkohol yang mengguar dari mulutnya.

Setelah selesai polisi keluar, membiarkan (Name) duduk menenangkan dirinya sampai suara pintu terbuka dengan keras yang membuatnya terkejut--dengan refleks menoleh ke arah pintu.

Sosok pemuda berambut ash blonde dengan mata merah yang tajam--ah itu Bakugo.

"Katsu--kenapa kau di sini?" tanya (Name).

Bakugo langsung datang ke arahnya, langkah kakinya terdengar, napasnya tidak beraturan dengan keringat yang bercucuran--itu membuat (Name) sedikit takut kepadanya.

"KAU BODOH! Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini?"

"Ah, ini hanya kecelakaan kau tahu. Kecelakaan kecil, aku tidak apa-apa," jawab (Name), ia sambil tersenyum menenangkan Bakugo yang marah kepadanya.

"Sialan, aku mengkhawatirkanmu kau tahu!"

Wajah Bakugo menunduk, kakinya melemas di depan (Name), ia terdiam seperti itu cukup lama sampai (Name) merasa tidak nyaman dengan posisi mereka. Dia ada di kursi sedangkan Bakugo tidak.

"Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkanku!" (Name) tersenyum lebar, sungguh ia merasa sangat senang dikhawatirkan oleh Bakugo. Karena yang (Name) tahu Bakugo tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung. Ini pertama kalinya dia bicara 'khawatir' dengan sejelas itu.

(Name) sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Bakugo.

Bakugo perlahan mengangkat wajahnya, sosok gadis dengan senyum lebar itu memasuki pandangan, rasa malu menyebar hingga membuat pipinya merona. Bakugo mengigit bibirnya, menahan perasaan kesal yang terus menganggu dari hari ke hari.

Itu semua karena (Name).

Ia perlahan beralih duduk ke sebelah gadis itu, iris merahnya 'tak jarang mengintip wajahnya--melihat Bakugo yang tampak malu ini sangat menarik bagi (Name), ia tidak sadar menatap balik Bakugo dan tertawa di hadapannya.

"Sialan," Bakugo hanya bisa mengumpat dan menahan malu.

"Apa kau baik-baik saja dengan ini?"

"Ah tentu! Lagipula pengendara itu mau menanggung perbuatannya dan juga ganti rugi tentunya."

Bakugo terdiam sejenak dan akhirnya menjawab, "Kau tahu, jika perlu sesuatu hubungi saja aku."

(Name) menoleh ke arah Bakugo, ekspresinya antara terkejut dan senang, ia mengangguk--jika sahabatnya ini menawarkan untuk membantunya maka ia akan terima!

"Kau hari ini tampak aneh, seperti lebih... Lembut?"

Saat gadis itu berkata demikian, Bakugo tidak menanggapi. Pemuda itu hanya menatap ke arah depan, sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan terlintas yang ada diisi kepalanya.

Ia menyukai (Name).

Ia suka kepadanya, dari dulu. Namun, perasaannya baru sadar tidak lama ini.

Ia tahu jika (Name) suka Todoroki--temannya. Ia tahu dan itu sangat menyakitkan jika melihat mereka bersama. Karena, Bakugo juga ingin berada di sampingnya, menemaninya, melindunginya.

"Aku menyukaimu (Name), sejak dulu aku menyukaimu."

(Name) terdiam terdiam mendengarnya, Bakugo serius dengan ini--ia bisa tahu dari nada suaranya. Gadis itu bahkan tidak tahu harus bagaimana, tangannya mengepal erat. Bakugo adalah sahabatnya--dan sahabatnya ini yang menyukainya sejak dulu. Ia pusing.

Bakugo menghela napas saat melihat tidak ada satu responpun yang terucap dari (Name), ia berdiri dari kursi--ingin keluar dari ruangan ini.

Meskipun (Name) tidak mengucapkannya, ia tahu hasilnya. Karena, gadis itu mencintai Todoroki, bukan dirinya.

"Aku sudah tahu hasilnya, tidak apa-apa jika kau 'tak menjawab. Namun, jika kau perlu bantuan jangan ragu untuk menghubungiku," ucapnya sambil melangkah ke luar.

"Maaf," ucap gadis itu dengan lirih.

Irisnya bahkan tidak bisa untuk melihat punggung Bakugo, ia sendiri lagi. Dadanya sakit karena rasa bersalah. Berulangkali dia berkata maaf kepada sosok yang bahkan telah pergi meninggalkannya.

Namun, seperti yang kalian tahu ia menyukai Todoroki bukan Bakugo.

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang