19

1.8K 344 22
                                    

Toko bunga milik (Name) kini sedang dalam tahap renovasi, yang berarti akan tutup selama beberapa hari.

Gadis itu kini sedang duduk dengan sebuah kopi di tangannya. Memang kecelakaan yang terjadi kemarin membuatnya luka ringan, tapi tetap saja ia masih ketakutan saat mengingatnya karena mobil itu berjarak sangat dekat.

Memiliki waktu luang yang banyak membuat (Name) menghela napas, ia bingung harus berbuat apa. Selain buku yang sudah ia tamatkan membuatnya tidak ada lagi hal untuk dilakukan.

Memang hari libur itu menyenangkan, tapi saat kau tidak punya sesuatu untuk dilakukan itu menjadi sangat membosankan. Hanya bisa terdiam sambil berpikir apa yang harus dilakukan.

“Ah."

Ketukan pintu terdengar, tanpa membuang waktu ia datang ke depan. Raut wajahnya bingung, bertanya-tanya siapa yang mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi sekali.

"Maaf menunggu," ujarnya.

Kenok pintu di buka menampilkan sesosok surai merah-putih yang mencolok, tangan kanannya membawa rangkaian bunga, sedangkan tangan kanannya membawa sebuah tas berisi bahan makanan.

"Ah Shouto," (Name) bergumam saat melihatnya.

Ia--Todoroki Shouto sudah kembali, walaupun memang tidak lama, tapi tetap saja ia merasa sudah merindukannya.

"Selamat datang kembali."

"Un, aku pulang."

Rasanya sudah beberapa detik sejak mata mereka bertemu, keduanya tetap mematung sampai akhirnya (Name) mengijinkan Todoroki masuk ke rumahnya, memang tidak sebegitu besar tapi itu cukup nyaman.

Lantai rumah beralaskan tatami dengan penghangat ruangan yang sudah diatur ke suhu sempurna. Di luar memang agak dingin, jadi (Name) berpikir untuk mengatur itu.

"Maaf jika aku tidak menyiapkan apa-apa, mungkin seharusnya kamu mengabariku terlebih dahulu."

"Ah, tidak usah," Todoroki duduk di sofa menaruh apa yang dibawanya di meja, ia menggantungkan ucapannya yang membuat (Name) mengeluarkan dengungan.

"Aku hanya ingin memberimu sebuah kejutan," lanjutnya.

Ia menoleh ke arah (Name)--melihat gadis itu kaget, pipinya merah karena malu, bulu matanya yang panjang naik turun menampilkan iris (e/c) jernih. Todoroki memberi senyuman hangat untuk (Name).

Melihat senyuman pemuda itu (Name) semakin malu, ia ikut tersenyum juga menanggapi Todoroki. Ah, ini sangat memalukan, dan jauh di lubuk hatinya ia sangat senang.

Jantungnya berdegub kencang saat Todoroki di sampingnya, ia merasa sangat senang sekarang.

"Aku dengar kau mengalami kecelakaan, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Todoroki.

Ia sangat khawatir saat tahu (Name) mengalami kecelakaan, kekhawatirannya itu membuatnya membeli bahan makanan selama menuju ke rumah gadis itu. Ia khawatir jika ia terluka.

"Ah, tidak apa-apa hanya saja aku harus menganggur sekarang menunggu renovasi toko."

"Syukurlah kalau begitu," Todoroki melirik (Name) melalui sudut matanya, gadis itu masih tersenyum seperti biasa hanya saja sekarang sedikit lebih canggung.

"Ngomong-ngomong untuk apa bahan makanan ini?" tanya (Name) ia sedari tadi gatal menahan pertanyaan ini. Matanya kadang melirik bingkisan berisi bahan makanan yang di meja.

"Ini untukmu."

"Eh, untukku?"

Todoroki hanya mengangguk, (Name) ikut bingung bagaimana cara menanggapinya.

"Ah, kalau begitu haruskah aku membuatkan makanan untuk kita berdua?" ujar gadis itu, Todoroki langsung melirik gadis itu.

Walau mungkin tidak terlihat, tapi tatapan mata Todoroki seolah berkata iya, meski begitu (Name) masih menunggu jawabannya. Ia pikir Todoroki juga mempunyai sisi manis juga.

"Baiklah jika itu tidak masalah," jawab Todoroki.

-

Irisnya melirik gadis yang tengah di dapur, sudah beberapa menit ia memasak, tangannya dengan lincah memotong sayuran satu persatu.

Bunyi air dalam panci menghentikan kegiatan memotongnya dan Todoroki berjalan menuju ke arah dapur. (Name) sepertinya sedikit kesusahan dan dia sedikit tergesa-gesa.

"Perlu kubantu?" tanya Todoroki.

"Ah, aku sangat terbantu. Maaf aku hanya jarang membuat masakan untuk orang lain jadi mungkin aku sedikit gugup," jawabnya jujur.

"Tidak apa."

Todoroki membantu dengan memotong beberapa sayuran yang telah disiapkan, walau gerakannya agak patah-patah, tapi jelas Todoroki sepertinya sudah terbiasa dengan itu. Sesekali (Name) mencuri pandang ke arahnya.

Ia berbohong jika tidak berkata bahwa Todoroki sangat tampan saat dari dekat.
Walaupun mereka 'tak bersuara, aura di sekitar mereka jelas hangat.

Todoroki diam-diam tersenyum tipis, ia merasa bahagia sekarang seolah berada dalam rumah yang ia nantikan begitu lama.

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang