Flashback on-
"Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan anak ibu dan bapak dikarenakan pendarahan di kepalanya sangat banyak akibat benturan yang sangat kencang saat kecelakaan berlangsung. Sekali lagi kami mohon maaf tidak bisa menyelamatkan nya. Kami dari pihak rumah sakit turut berduka cita atas kepergian anak ibu dan bapak. Kami permisi" ucap sang dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi
Dan dokter itu pergi.
Semuanya membeku.
Kini Arsya pun sudah mengerti apa yang dimaksud dokter tadi Arsya bukan anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Arsya kelas 5 sd.
Tanpa sadar Arsya mengeluarkan ari mata yang sangat deras.
"Lihat skrg sya! Gara gara kamu varo pergi ninggalin kita! Gara gara kamu varo kecelakaan! Andai kamu ga minta beli ice cream sama varo ga mungkin terjadi kaya skrg sya! Kamu tu bikin susah orang tau ga!" Bentak ayah nya yang kini sangat marah kepada Arsya.
Arsya hanya bisa diam dan menangis.
"Gara gara kamu ca! Bang varo sakit! Gara gara kamu ca! Aku jadi ga punya teman main lgi! Kamu tu bikin orang lain kesusahan! Kamu anak pembawa sial ca! Mending kamu yg pergi ninggain kita bukan bang varo! Aku benci sm kamu ca! Aku gamau punya adik kaya kamu!" Kini Bagas pun benci dengan Arsya.
Dan bundanya hanya bisa menangis dan diam tidak bisa membela Arsya.
Arsya semakin kejer.
Oh ayolah betapa malang nya dirimu sya.
Kini ada bocah laki laki kira-kira kelas 6 sd yang memegang erat tangan Arsya.
Ya dia Gerald kecil.
Gerald berusaha menenangkan Arsya.
Sekarang Gerald harus berada di samping Arsya dan menemaninya setiap Arsya sedih pikirnya Gerald.
1bulan setelah kepergian varo
Ting nong
"Eh Gerald ayo masuk" ajak bunda Arsya.
Gerald pun masuk ke dalam rumah Arsya.
"Duduk gerald. Kamu kesini mau ketemu Arsya ya?" To the point bunda Arsya.
"Iya tante." Jawab gerald sambil tersenyum.
"Yauda kamu ke kamar Arsya aja. Dua minggu ini Arsya ga pernah keluar kamar. Kamu ajak Arsya keluar ya?"
Gerald pun yang mendengar itu terkejut dan hanya menganggukkan kepala nya.
Gerald pun ke kamar Arsya.
"Sya? Ini aku gerald. Aku masuk ya"
Gerald pun masuk ke dalam kamar Arsya.
Betapa berantakannya kamar ini. Bukan hanya kamarnya saja tetapi Arsya pun sangat kacau.
"Syaa. Kamu jgn gini dong, jgn sedih terus. Kamu hrs bisa Ikhlasin bang varo. Ini juga bukan salah kamu ko. Aku juga lihat jelas kecelakaan abang kamu. Kamu hrs semangat ya? Kamu juga jgn sedih terus nanti abang kamu ikut sedih liat adiknya sedih terus. Kamu ga mau kan kalo abang kamu sedih?"
Arsya pun menggelengkan kepala nya sebagai jawaban.
"Sekarang kita keluar yu? Biar kamu enakan yah?"
Arsya bingung harus jawab apa.
Pasalnya kamarnya itu sangat berantakan seperti kapal pecah.
"Sebelum kita keluar, kita beresin kamar kamu dulu ya?"
Arsya hanya mengangguk.
Mereka pun membereskan semua barang yang di acak-acak oleh Arsya.
Setelah selesai Gerald menyuruh Arsya untuk bersiap-siap.
Kini Gerald ada di depan kamar Arsya yang sedang menunggu Arsya siap.
Krieett.
Pintu kamar Arsya terbuka dan menampakkan Arsya yang sudah cantik.
"Nah sekarang udah cantik. Jgn sedih sedih lagi ya Sya. Aku khawatir sm kamu."Gerald memeluk Arsya.
Arsya hanya mengangguk.
Gerald pun melepas pelukannya itu."Yuk kita turun dan pamit sm bunda" ajak gerald.
"Tan? Gerald mau ajak Arsya main keluar boleh?"
"Iya boleh" jawabnya sambil tersenyum.
"Yauda kalo gitu gerald sm arsya pamit ya."
"Iya hati-hati jgn pulang mlm ya sya".
Arsya hanya berdeham sebagai jawaban bundannya itu.
Gerald yang melihat Arsya seperti itu hanya menggelengkan kepala nya sambil tersenyum.
-------------------------------------------------
To be continued♥
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen FictionBiarkan orang lain menjauhkan ku dan silahkan orang lain membenciku. tapi, kembalikan dia karena hanya dia lah sumber kebahagiaan ku.