20

685 19 1
                                    

Sebagai kisah, ketika memutuskan untuk mengikhlaskan.

Kadang orang bilang,
Jika melupakan sudah berada pada persen maksimal,
Merasakan sesak akan ada pada persen minimal.
Menurut kisah,
Semua salah.

Mungkin, beberapa seperti itu.
Memulai, bermasalah, memutuskan, lalu menjauh.
Menghilang, dan melupakan.

Bagaimana ketika dihitung jarak,
Kita hanya terpisah beberapa rumah.
Tak masalah mungkin,
Karna sedekat apapun jarak,
Temu tak tercipta ketika kita tak membuatnya.

Tapi, apa kabar pada sebuah kenangan?
Yaa, pada jalan-jalan yang pernah kita lalui bersama.
Atau, pada waktu-waktu di mana kita sering berjanji untuk bertemu.
Kadang, beberapa ada yang menyerupai sikap mu dulu,
Itu lucu sekali,
Aku sering tertawa saat itu.
Padahal bukan lelucon itu yang membuat ku menggelitik,
Tapi, bayangan rupa yang dulu pernah melakukannya untuk ku.

Sudah basi memang,
Bulan suci saja sudah ku lewati dua kali tanpa mu.
Itu artinya 2 tahun ini seharusnya cukup menghapus jejak-jejak mu.
Tapi, kau lebih purba dibanding waktu.
Entahlah,
Kadang aku bilang,
Mengikhlaskan mu adalah kehebatan terbesarku.
Namun, aku masih belum percaya.
Tanpa ku, kamu bisa belajar menjadi seorang pemimpin.

Jika berandai,
Yang aku bayangkan cukup sederhana.
Mengingatkan mu pada Yang Maha, adalah kegiatan favorit yang tidak akan ku lewatkan.
Berbicara banyak seolah paling bijak.

Dan, pada tahun ke-3.
Aku mulai membuka mata,
Juga hati dan menawarkan senyum pada dunia.
Hasilnya cukup baik, sangat baik.
Di akhir bulan ke-6.
Malam di tanggal 29.
Terimakasih pada anak manusia,
Yang tak banyak jumlahnya.
Juga kamu, 07:35.
Aku, berhasil mencapai kehebatan terbesar ku..

Penikmat Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang