"Jadi kau murid pindahan?" Tanya salah seorang lelaki dengan sebuah goresan kecil di alis sebelah kiri nya.
"Ya." Jawab Yoongi seraya menunduk.
"Kelihatannya kau orang yang berpunya. Jadi, kau pastinya berani mengikuti balapan liar besok malam. Tenang saja, mansion ku kosong malam itu. Kau boleh melakukan apa saja yang biasa para lelaki lakukan."
"Perkenalkanlah dirimu terlebih dahulu. Sungguh itu tidak sopan." Kata Yoongi tanpa melihat kedua mata lelaki dihadapannya.
"Kau asik juga ternyata.," Ia tertawa masam. "Aku Jeon Jungkook."
"Jeon Jungkook ya." Yoongi melirik wajah lelaki bernama Jungkook itu. "Sebuah nama untuk lelaki kelas Playboy internasional."
Lelaki dengan alis tergores itu kembali tertawa. Dadanya yang bidang membuat seragam sekolahnya yang terlihat kekecilan tertempel jelas di badannya dengan sedikit tembus pandang. Meninggalkan abs nya yang terlihat sedikit dari balik seragam nya.
"Kau baru saja mengundangku, jadi apa yang akan ku dapatkan jika aku bergabung dengan aktivitas malam mu itu?"
"Apa yang kau mau? Seorang gadis? Uang? Anggur? Atau–"
"Woah hold on, kau berada di sekolah. Semua orang dengan mulut-mulut ember nya akan berteriak mengadu."
"Kau benar, kita bisa membicarakannya nanti. Tapi apakah kau benar-benar akan datang besok malam?"
Yoongi terdiam untuk berpikir sejenak.
"Aku benci untuk tidak menepati janji." Jawabnya dengan senyum kecil.
"Bagus." Jungkook menyobek selekbar kertas dengan asal dari buku tulis di depannya. Menuliskan sesuatu di kertas itu. "Jalan Euphoria Nomor Dua 'U' . Kau bisa menemukan mansion besar disana."
"Kita baru saja kenal, bodoh." Ujar Yoongi.
"Kenapa? Aku mempercayai mu."
"Kau mencurigakan."
Jungkook tertawa, "Sepulang sekolah nanti temui aku di parkiran sekolah." Ucap Jungkook. Melangkah pergi meninggalkan Yoongi sendirian di kelas.
Yoongi's Point of View
Jeon Jungkook, teman pertama ku di dunia mortal ini sebagai seorang iblis setelah Namjoon mengirimku ke dunia ini untuk berinteraksi dengan para manusia. Aku tidaklah begitu terkejut ketika manusia di bumi berinteraksi dengan ku karena aku sudah biasa menjalankan tugas ku ketika aku masih menjadi seorang malaikat. Dulu. Namun saat itu aku bukanlah malaikat yang baik, aku selalu salah dalam menjalankan tugas ku. Aku pernah jatuh cinta dengan manusia. Sampai-sampai aku pernah memohon-mohon kepada Papa Seokjin– ehem... maksudku Seokjin untuk menambahkan kemampuan shape shifter ku dengan alasan aku tidak bisa mengendalikan manusia yang tengah ku awasi itu. Dan kau tahu, tidak sedikit manusia yang pernah kubuat jatuh cinta. Mungkin hingga beribu-ribu banyaknya.
Tak hanya masalah cinta, aku sering menjerumuskan para makhluk mortal itu untuk berbuat buruk karena menurutku itu menyenangkan melihat mereka dalam keadaan seperti itu. Rasanya seperti bermain video games dimana aku lah yang mengontrol mereka.
Sungguh betapa jahatnya diriku. Sangat tidak pantas untuk di panggil Malaikat. Lihatlah diriku yang sekarang ini,
Iblis yang menjelma sebagai seorang manusia.
Aku bisa berinteraksi dengan siapa pun tanpa ada yang menghalangi. Inilah yang kuimpi-impikan sejak dulu.
Manusia saja sampai saat ini terus mempertimbangkan perbuatannya entah ia akan masuk ke perbuatan yang ditawarkan oleh kaum iblis atau masuk ke perbuatan yang ditawarkan oleh kaum malaikat yang suci. Namun masih banyak dari manusia yang nakal memilih jalan iblis. Haha. Ini sangat mudah menjadi iblis.
Aku duduk sendirian di kelas, menunggu bel berbunyi untuk yang kelima kalinya yang dimana pertanda waktu istirahat telah usai. Aku hanya menunggu tanpa melakukan aktivitas apapun dimana murid lainnya memakan bekalnya di kantin atau atap. Ya aku hanya sendiri disini, agar semua orang tidak mencurigaiku sebagai 'murid baru pindahan' ini.
Seketika aku merasakan kaca jendela di sebelahku bergetar seperti ingin pecah, Angin berhembus masuk melewati ventilasi menusuk pori-pori kulitku, kelas bergetar seperti gempa bumi. Di saat itu juga aku menangkap siluet seorang pria tinggi dengan sayapnya yang lebar di sudut ruangan.
Namjoon menampakan dirinya dengan sayap hitamnya yang terbuka lebar.
"Kau membuat dunia ini bergetar."
Ia tertawa sembari berjalan mendekati meja ku, "Memangnya bagaimana biasanya para malaikat datang, huh?"
"Mereka biasanya datang dengan sayap putihnya di iringi oleh alunan musik halus bersamaan dengan cahaya kehangatan sebagai aura nya."
"Jika kau mau seperti itu aku bisa saja menambahkan sedikit kesan musik rock untuk para iblis."
"Cukup, bagiku ini sudah cukup keren."
Namjoon tertawa lalu menarik meja di depannya asal untuk digunakan sebagai tempat duduknya.
"Kau tahu, kau iblis yang spesial. Kau bisa berinteraksi dengan siapa pun terserah pada mu," Kata Namjoon. "Seperti yang kita ketahui semua makhluk memiliki tugasnya masing-masing, bukan?"
"Langsung saja beritahu padaku apa tugas ku."
Namjoon menarik napas panjang. Matanya tertuju pada kenop pintu kelas yang sedang diputar pertanda seseorang akan masuk.
"Tugas mu ialah ada pada makhluk itu." Ia menunjuk pada salah seorang lelaki bersurai pirang yang melangkah memasuki kelas dengan wajah yang terlihat lemas. Dia nampaknya kurang tidur.
"Katakanlah dengan jelas apa tugas ku padanya!"
Pria bersurai pirang itu menoleh kebelakang dari arah tempat duduknya, menatapku dengan penuh tanda tanya sekaligus dengan wajah kesal, "Kau bicara padaku?"
Namjoon mengeluarkan kata 'oops' dari mulutnya lalu tertawa tepat di telinga ku.
Sialan
"Tidak, aku hanya sedang berdebat dengan pikiran ku sendiri. Jangan khawatir aku sering seperti ini." Aku tersenyum kaku padanya.
Shit. Kenapa makhluk immortal tidak ada perkembangan untuk memiliki ponsel. Jika seperti ini kan aku bisa saja sedang berpura-pura bertelepon.
Ia masih menatapku, sepertinya ia berusaha meyakinkan diriku bahwa aku tidak gila.
"Aku harus pergi. Jangan lupa tugas mu." Ujar Namjoon membuka sayap hitamnya lebar-lebar lalu hilang seketika menembus dinding meninggalkan sedikit kabut hitam. Namun aku masih bisa mendengar ia tengah menertawaiku dengan tawa nya yang bergema. Iblis sialan.
"Baiklah, maafkan aku sebelumnya. Aku tidak tahu jika kau mempunyai... hmm... 'kelebihan' seperti itu." Ia tersenyum canggung ke arah ku.
Kelebihan? Apa itu kata ganti lain untuk menggantikan kata 'penyakit'?
Aku hanya mengangguk dengan ekspresi datar.
Ia tersenyum ke arah ku menunjukan eye smile nya, "Ehmm... Kau murid baru, kan? Aku Park Jimin. Ternyata kau tidak sedingin yang orang lain kira."
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon; yoonmin
Fanfiction『 ❝Ya, aku ini bukanlah malaikat. Hatiku keras, tidak ada hati malaikat yang keras seperti diriku ini. Bahkan terlalu keras untuk hati manusia. Sepertinya ada kesalahan dalam penciptaan ku.❞ ❝ Aku ini IBLIS. ❞ 』 悪魔 ↞ Demon; yoonmin ⚣ || © 2019, pap...