"Bagaimana bisa kau meninggalkan dompet mu?"
"Semua orang bisa lupa, bukan?"
"Memangnya kau tak ada tujuan sebelumnya? Apa kau hanya iseng pergi ke minimarket?" Jimin tertawa mengejek.
"Hey!" Aku tak terima. Sedangkan ia masih menertawaiku.
"Kau pasti ingin bertemu dengan kasir minimarket itu ya? Haha," Wajahnya menatap lurus jalanan depan. "Tak apa, kuakui dia cukup cantik. Kau murid pindahan pasti menyukainya. Banyak murid lain selalu mengunjungi minimarket selepas pulang sekolah hanya untuk melihatnya. Apalagi para kakak kelas." Ia mengecilkan suaranya pada kata 'kakak kelas'
"Aneh." Jawabku singkat
Ia kembali menertawaiku. Hingga keheningan pun terjadi di antara kami selang beberapa menit. Tak ada salah satu dari kami yang membuka pembicaraan.
Kami berdua berjalan di sepanjang trotoar kota ditemani cahaya rembulan dari langit yang menyinari wajah kami. Terlebih wajah Jimin.
Aku tak tahu mengapa wajahnya begitu bersinar terkena cahaya rembulan. Sedangkan aku?nampaknya cahaya rembulan hanya mau menyinari ku setitik saja. Apakah karena aku ini seorang iblis? Sementara Jimin seorang manusia?
Namun baru kali ini aku melihat wajah milik seorang manusia tengah bersinar terkena cahaya rembulan. Semasa diriku masih menjadi bagian dari malaikat aku selalu memantau para manusia di setiap malamnya namun baru kutemui yang seperti ini.
"Oh ya, hampir saja terlewat," Jimin menghentikan langkahnya. "Rumahku melewati gang ini, aku harus pulang. Dah!"
Ia pun membelokan langkahnya menuju gang kota yang gelap. Tidak begitu gelap sih namun terlalu sepi untuk seorang remaja yang berjalan sendirian di malam hari ini. Maupun itu perempuan atau lelaki.
Seketika aku melihat kabut tebal mulai melapisi gang itu, menyisakan bayangan Jimin yang pudar tertutup oleh kabut. Aku dengan cepat menggelengkan kepala ku guna menyadarkan diriku.
Kabut itu hilang, dan punggung Jimin masih terlihat jelas berjalan dibawah lampu yang remang.
Aku menarik napas lega.
Tak berapa lama aku kembali melihat kabut tebal itu. Dengan cepat aku kembali menggelengkan kepala ku berharap hanya berhalusinasi lagi.
Kabut itu kembali menghilang dan Jimin pun masih terlihat.
Aku menarik napas ku. Sebenernya aku tidak yakin mengatakan hal ini namun insting ku menyuruh untuk mengatakannya,
"Jimin, biar ku antar kau pulang." Jimin menoleh, aku bisa melihatnya tersenyum.
———————————————————————————
Author's Point of ViewDerap langkah kaki terdengar jelas, suara keras sepatu boots menginjak lantai marmer yang dingin. Di duga seorang lelaki dengan masker hitam dan hoodie hitamnya yang menutupi sebagian wajahnya tengah berjalan menyusuri lorong yang hanya di beri bantuan cahaya oleh lilin-lilin kecil yang meninggalkan setiap tetesan panas di pinggirnya.
Langkahnya terhenti pada sebuah pintu kayu dengan ukiran unik berbentuk kepala serigala. Ia pun memutar kenop pintu berbahan logam yang dingin itu dengan perlahan lalu dengan segera menutup pintunya ketika ia melangkah masuk. Ruangannya cukup gelap namun masih bisa di bantu dengan sedikit pencahayaan dari luar ruangan yang masuk melalui celah pintu.
Ia berkeliling sekitar ruangan, tengah mencari sesuatu yang cukup sulit ditangkap oleh matanya karena minimnya pencahayaan. Satu-persatu ia membuka laci-laci kecil yang ia temui di tengah ruangan lalu kembali berjalan ke pojok ruangan tempat dimana rak buku berukuran cukup besar berdiri dengan butiran-butiran debu tipis di setiap tumpukan bukunya. Matanya mencoba membaca tulisan judul yang tertera di pinggir sampul buku dengan penuh keseriusan tanpa ada satu pun buku yang ia lewatkan.
Seketika ruangan menjadi lebih gelap, nampaknya ada seseorang yang berdiri di depan pintu menghalangi arah datangnya cahaya dari luar. Dengan gesit ia berjalan mendekati pintu sembari menepuk-nepuk kedua telapak tangan nya membuat debu dari tangannya berterbangan.
Pintu terbuka, berdirilah seorang pria bertubuh semampai. Dengan surai khas berwarna silvernya.
"Kemana saja kau?" Tanya nya dengan suara yang berat.
ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ
Woah, cerita ini semakin lama semakin aneh ya😥
Lo siento😣Jangan lupa vote & comment ya!!!
Karena itu sangat membantu ku untuk meneruskan cerita ini, huehe.¡Gracias!🙏 || ありがとうごっざいまっす🙏||Thank You🙏||Terima Kasih!🙏
Love y'all💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜 huehehehehe
💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon; yoonmin
Fiksi Penggemar『 ❝Ya, aku ini bukanlah malaikat. Hatiku keras, tidak ada hati malaikat yang keras seperti diriku ini. Bahkan terlalu keras untuk hati manusia. Sepertinya ada kesalahan dalam penciptaan ku.❞ ❝ Aku ini IBLIS. ❞ 』 悪魔 ↞ Demon; yoonmin ⚣ || © 2019, pap...