「06」

1.2K 115 10
                                    

Mobil sport hitam terpakir di parkiran sekolah yang telah ramai dengan mobil-mobil para murid. Seorang lelaki dengan hoodie hitam yang menutupi seragam sekolahnya keluar dari mobil dengan penuh gaya. Membuka pintu belakang mobil untuk mengambil tas ransel nya yang tidak begitu besar untuk tipe anak sekolahan. Ia berjalan memasuki area dalam sekolah sambil mengenakan masker hitamnya dan tak lupa dengan topi hitam bertuliskan 'fuck off' kesayangannya. Entah apa yang akan guru kesiswaan katakan jika melihatnya mengenakan topi ekplisit itu.

Sorot mata tertuju padanya, seakan mereka menilai penampilannya dari atas sampai bawah. Para gadis langsung menganga hanya dengan melihatnya berjalan di sepanjang koridor. Sedangkan para lelaki terfokus pada sepatu air jordan merah yang tengah ia kenakan berdecit halus mengenai lantai sekolah yang mengkilap. Oh, kasihan petugas kebersihan itu.

"Dia si murid baru itu ya?"

"Oh iya kau benar."

"Dia tampan... tapi agak dingin kurasa."

"Kira-kira siapa ya yang akan menjadi pacarnya."

"Ah, kuharap hatinya tidak sedingin kutub!"

Bisikan-bisikan terdengar di telinga kiri dan kanannya. Ia tak menghiraukan bisikan itu, ia malah semakin mempercepat jalannya sampai memasuki kelasnya sambil terus menampilkan wajahnya yang dingin di sepanjang koridor sekolah.

Ia membuka pintu kelas, rupanya kelas sudah ramai. Semua mata tertuju pada nya, keadaan hening sejenak. Lelaki bersurai pirang yang dikenal sebagai Jimin itu terbangun dari acara tidur pagi nya, mengira Sang Guru telah memasuki kelas karena keheningan yang dicipta dari teman-teman sekelasnya. Tentu dia sudah bisa beradaptasi dengan hal ini, dimana saat tertidur ia masih bisa mendengar suara-suara disekelilingnya dan jika suara itu mulai sunyi di dalam tidurnya maka ia harus terbangun untuk memastikan keadaan disekitarnya karena suara-suara di dunia tidurnya mulai berubah. Apalagi bila ia sedang berada di kelas. Aneh.

Jimin mengusap matanya, mencoba melihat siapa yang tengah berdiri di dekat pintu; "Oh, Hai Yoongi!" Sapa nya langsung dengan senyuman hangat. Seisi kelas dengan kompak menatapnya dengan penasaran.

Yoongi tidak membalas sapaannya dengan ucapan namun ia membuat senyum tipis dari balik maskernya.

Jimin masih menunjukan senyuman hangatnya diikuti dengan muka bantalnya.

Yoongi berjalan mendekati kursinya yang berada di pojok kelas. Ia tahu bahwa dirinya sedang perhatikan oleh seisi kelas yang sedang kebingungan antara dirinya dengan Jimin. Ia tidak suka diperhatikan. Apalagi dengan tatapan-tatapan manusia itu. Namun Min Yoongi ialah Min Yoongi; makhluk immortal yang dikenal dingin dan mudah sekali untuk menjadi bersikap 'bodo amat' diluarnya.

Yoongi's Point of View

Mereka memperhatikanku. Aku tidak suka diperhatikan seperti itu terlebih aku ini makhluk immortal. Masa iya aku diperhatikan seperti itu oleh manusia-manusia bodoh ini?

Aku dengan sebisa mungkin bersikap cuek. Seakan mata-mata yang tersorot padaku itu ialah benda mati, mereka semua mati tak bernyawa. Lagipula kenapa Jimin harus menyapa ku? Dengan senyuman pula. Bodoh. Apa karena aku telah bersikap baik padanya semalam? Jika saja aku hanya bertegur sapa dengannya semalam, apa mungkin dia akan langsung membuang jauh-jauh label 'manusia dingin' itu pada wajahku? Dia seperti orang yang mudah sekali menilai orang lain, orang yang mudah jatuh pada kebaikan orang lain atau lebih mudahnya bagai kanak-kanak yang mudah di culik dengan sogokan berupa permen manis.

Demon; yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang