Seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun, berlarian kesana-kemari dia amat senang berada ditempat yang sangat luas seperti taman bermain ini, dan sudah setengah jam ia berlarian dengan kaki telanjang mengitari taman.
" Mau bermain dengan ku? " Suara yang sendu membuat bocah itu berhenti berlari dan menoleh kearah pemilik suara.
Wajah sedih nan pucat dengan kedua lingkar mata yang gelap, membuat bocah itu ketakutan setengah mati, ia menjerit sekencang-kencangnya dan berbalik tetapi disaat yang sama sosok tinggi besar dengan bulu hitam lebat berjongkok memperhatikannya.
Mata merah menyala yang membuat mata sakit ketika melihat membuat tubuh bocah itu lemas dan terjatuh." Sayang, mama sudah bilang kan ! Jangan lari nanti kamu jatuh. " Seorang ibu muda menggendong dan memeluk anaknya dengan kasih.
Tetapi tangisannya tidak mau diam malah tambah lantang.
" Kamu dengar ibu ??? " Wajah mereka kini beradu.
" MAMA BILANG JANGAN JADI ANAK CENGENG !!! DIAM ... " wajah mamanya berubah mengerikan dengan lelehan darah yang meluber, mata itu berongga hitam pekat seperti blackhole yang tak berujung.______________________________________
" Ada apa ?! ... " Perawat memegangi bahu Yuri yang sempat berontak hebat.
Yuri berhasil membuka mata, ia melihat kilatan cahaya samar dan saat perawat itu memakaikan kacamata, ia malah ingin membuangnya karena sesuatu.
" Yuri Arta Dirgantara. Apa-apaan! "
Ia mulai tenang dan mengatur napas.
" Aku mau pulang kak, boleh aku pulang ? "
" Tunggu sebentar tadi Dimas pesan akan pulang bersama mu. " Wajah perawat itu menatap keluar ruangan menunggu Adimas yang katanya akan datang usai bel sekolah berbunyi.
" Itu dia. " Ia beranjak menyambut Adimas." Dia akan mengantar mu sampai rumah. "
Yuri beranjak dari ranjang dan menyambar tas yang dipegang Adimas, " nggak usah, aku nggak apa-apa. Mimisan ku udah sembuh. "
" Aku yang mau. " Adimas menyambar.
" Terserah !! " Yuri berlalu.
Adimas menundukkan kepala, " terima kasih Bu, kami pulang. "
" Panggil aku kakak saja, kakak Rosmala. Ya !! "
Adimas tersenyum dan sekali lagi menunduk.______________________________________
" Menjauh dariku. " Yuri terdengar menggumam.
" Apa ?! " Adimas merespon.
" Pergi dari ku !!! " Kali ini Yuri agak berteriak.
" Saat sampai rumah mu, aku akan pergi dan berhenti berteriak. " Adimas menyahut santai.
Yuri tiba-tiba berbalik dan mencengkram kerah seragam Adimas, " pergi brengsek !! " Suaranya tertahan.
Adimas sama sekali tak gentar malah balik menatap mata Yuri dan saat itu ia sadar bahwa tangannya gemetaran.
" Tangan mu gemetaran hebat apa yang mau kamu lakukan? ... "
" Dimas pulang ya, ku mohon. " Kali ini ia malah memelas dengan tangan yang semakin gemetaran.
" Tangan mu, bagaimana aku pulang ? " Mengisyaratkan agar ia melepas cengkraman tangan.Yuri tersentak, tangannya baru saja turun dari bahu Adimas dan ia sudah di geret dengan tangan terkunci.
Ia kali ini pasrah, sampai didepan pintu rumah tujuan, Adimas memberi salam tanpa melepas cengkraman tangan.
Seorang ibu cantik membuka pintu.
Tatapan pertama adalah keterkejutan dan melunak saat kedua kornea mata menangkap sosok anaknya yang pucat pasi.
" Ada apa Dimas?
... Yuri kenapa pucat ? ... " ia merangkul anaknya.
" Kata kak Rosmala, Yuri kelelahan. "
" Kamu mau masuk ?! "
Adimas menggeleng, " udah sore, saya pulang aja. "______________________________________
Cita kepikiran soal ' sesuatu ' yang mengganggu mereka tadi di toilet. Jika Aditya berterus terang maka Cita adalah sisi sebaliknya, ia memilih diam untuk dipikirkan seperti apa kebenarannya, kalau mentok ya tanya dengan ahli menurut dia.
Angin sepoi-sepoi masuk melalui lubang ventilasi kamar membantu mata Cita semakin berat hingga akhirnya jatuh tertidur dalam mimpi yang dalam.
Aditya hampir membanting ponselnya, karena terlalu gemas pesannya tidak ada yang berbalas satu pun.
Sudah hampir satu jam dan dia lelah menunggu Cita membalas pesan.
" Sorry gue ketiduran ... "
Betapa kesal Aditya ketika ia mendengar suara khas orang bangun tidur saat ia mengangkat telepon.
" Bodo lah ! " Ia menggerutu dan segera mematikan telepon, memutus pembicaraan yang bahkan belum di mulai.
" Dasar aneh. " Cita meletakan ponselnya dengan kasar di atas ranjang, dan kembali melanjutkan membaca komik.______________________________________
" Jangan sok baik dengan Yuri ! Yuri nggak suka. " Ia menepis tangan ibunya dengan kasar.
" Sayang, mama tidak pernah memukul mu, mama juga tidak akan tega membuat mu celaka, kejadian itu mama tidak sengaja. " Ia sudah habis kata-kata untuk membela diri, hatinya perih mendengar bentakan anaknya hampir setiap hari ia ucapkan.
Yuri tidak ambil pusing, ia berlalu ke lantai dua menuju kamarnya.
" Yuri ... " Sang ibu menangis pilu diujung tangga, menatap nanar punggung putera satu-satunya.______________________________________
Pukul 19.00
Suaminya pulang dan yang ia dapati sang istri menangis dengan menangkupkan tangan membenamkan wajah.
" anak mu melakukan apalagi?... " Ia langsung menuju kamar Yuri.
Sang isteri terkejut dan mengejar suaminya, tetapi terlambat sang suami sudah berada diambang pintu dengan kemarahan yang terlalu besar.Brak ....
Pintu dibuka paksa, kebetulan saat itu terkunci.
Gedoran yang tidak disahut, kemarahan yang terus meninggi membuat ayah Yuri seperti memiliki tenaga ekstra.
Tanpa usaha yang berlebihan pintu terdorong dan menimbulkan suara yang sangat gaduh.
Anehnya Yuri tetap tak bergeming.
Dalam keremangan kamar, ayah mencari dan mendapati Yuri duduk melengkung tersudut dekat meja belajar, hampir masuk kolong.Istri tergopoh menaiki tangga, saking khawatir sampai ia terpeladuk anak tangga dan hampir tergelincir.
Ia lihat suami sudah memegangi kedua bahu anaknya sambil diguncang dan tidak lupa berteriak kalut.
" Armand !!!! Maafkan anak mu, maafkan putera mu. " Ia menghina, matanya tidak bisa melihat jelas karena lampu yang menyala dalam ruangan hanyalah lampu tidur.Saklar dinaikan, ayah yang dipanggil Armand terkejut hingga terjengkang, melihat anaknya berlumur darah dan disampingnya obat berserakan.
Istrinya histeris dan menghambur ke pelukan anaknya, mengguncang Yuri, memanggil-manggil tetapi tidak ada respon, Armand menghentikan istrinya, dengan tangan yang gemetaran ia memegangi punggung tangan isterinya dan meminta isteri menelepon dokter langganan mereka untuk datang dan memeriksa keadaan puteranya.
______________________________________
" Yuri hanya kelelahan, ia mimisan karena lelah dan kalian tidak perlu khawatir, ia tidak meminum semua obat tidurnya, hanya dua sampai tiga butir, besok dia akan bangun. " Penjelasan singkat sang dokter.
" Kita bisa bicara sebentar pak Armand ? ... " Ia menjeda pembicaraan dan menatap kedua orang tua itu bergantian.Armand mengerti ia beranjak menjauh, sebelumnya ia meminta istrinya untuk tetap tinggal menjaga Yuri.
" Sebaiknya bapak menyediakan jasa psikiater, trauma anak bapak sudah sangat besar dan setiap tahun terus saja bertambah, jika dibiarkan terus saya khawatir bukan hanya perubahan sikap ekstrim tetapi bisa saja dia melukai orang sekitar atau diri sendiri.
" Baik dok, saya akan segera berkonsultasi dengan psikiater mengenai keadaan anak saya. "______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoomer
General FictionKu pinjam ketiga wajah ini, karena aku terlalu mengagumi... Cowok pakai kacamata, hobby baca buku ... CUPU?? sayangnya, Yuri bukan cowok cupu dengan kacamata besarnya, ia cukup populer dikalangan siswi, kesayangan guru dan cukup bisa diandalkan di t...