09

16 1 1
                                    

Aditya Permana Septyani cewek tomboy Yang hobby terlambat, hobby ceplas-ceplos dan hobbynya bertambah semenjak kejadian Minggu lalu, dimana Yuri dibawa ke rumah sakit.
Hobbynya adalah melamun.
Entah apa yang di lamunkan. Seringkali Cita mendapati Aditya melamun dimana pun berada.
" Loe suka ya sama yang namanya Yuri itu ?! " Ceplos Cita tiba-tiba.
Minuman yang baru ia seruput mendadak menyembur tanpa ia tahu penyebabnya, sebelumnya Cita sempat menghindar.
" Sok tahu. "
" Abis Lo planga-plongo kayak ayam sayur gitu, udah gitu Lo diem-diem merhatiin Yuri main basket, atau loe merhatiin kapten basket, si Dimas. "
Aditya sontak menghentikan acara makannya dan mulai berorasi panjang kali lebar dihadapan Cita.
Cita menutup kuping, ia harus sering-sering mengelus dada punya kawan macam Aditya.

Sekelompok siswi lewat dan memperhatikan mereka berdua, dari sudut pandangnya Cita sudah bisa menebak kalau ia dan Aditya akan menjadi bahan pergunjingan.

" Loe kayaknya perlu diem deh. " Cita menahan pergelangan tangan kawannya.
Aditya yang duduk bersebelahan menoleh dan menatap Cita dengan kernyitan.
" Iya loe nggak mungkin suka sama dua makhluk tebar pesona itu, maafkan hamba sahaya yang lancang ini. " Cita hiperbolis.
" Nah, pahamkan Lo ... !!! " Aditya kembali melahap somay meski dengan mood yang agak drop.

Dua orang yang sedang di ributkan muncul dihadapan Aditya dan Cita.
Melihat keduanya bermandikan keringat sehabis main futsal dilapangan, muncul imajinasi liar Aditya.
Apalagi dari balik seragam Yuri yang basah menyembul punggungnya yang bidang nan berotot.
Berandai-andai jika kejombloannya selama 16 tahun telah dihapus oleh Yuri.

Yuri yang sedang bercengkrama dengan Dimas tidak sengaja menabrak meja dihadapan Aditya dan hampir saja es jeruk perasnya tumpah mengenai seragam Aditya.
" Sorry, maaf gue nggak sengaja, Lo nggak apa-apa kan ? " Yuri memperhatikan nametage Aditya.
" Tya ? ... " Lanjut Yuri dan betapa senangnya Aditya saat Yuri memanggil nama kecilnya.

" Ayo Ga ! " Dimas merangkul leher Yuri, dan menganggukkan kepala kepada Aditya dan Cita sebagai permintaan maaf, mereka pun pergi berlanjut dengan cengkramanya.

Cita menggeleng halus, ia pun melanjutkan makan siangnya.
" Mau kemana ?! " Lamunan indah Aditya terpecah saat Cita tiba-tiba berdiri.
" Gue udah selesai. " Cita menjawab polos.
" Ah gila ! Gue belum kelar, Lo juga nggak nunggu gue. " Aditya manyun.
Cita menghela napas, ia duduk kembali, menyeruput sisa es teh.

Kisah pertemanan mereka dimulai sejak awal tahun ajaran baru, Cita yang pendiam agak bingung memilih tempat duduk di kelas yang sudah ditentukan.
Lalu tiba-tiba, Aditya dengan gayanya yang ceplas-ceplos menawarkan bangku kosong disampingnya.
Awalnya Cita agak risih karena ia terbiasa duduk dibelakang, tetapi karena tidak ada lagi bangku kosong tersisa.
Ia duduk saja sebangku dengan Aditya.

Pertemanan mereka sungguh ramai, Aditya tipe yang mudah berteman dan saat ia tahu teman sebangkunya paling malas bersosialisasi maka, ia selalu mengajak serta kawan barunya.
Di awal-awal Cita selalu menolak, tetapi karena Aditya termasuk gigih, Cita menyerah juga.
Petualangan mereka benar-benar dimulai, saat Aditya berpapasan dengan Cita di pintu gerbang, kebetulan mereka sama-sama terlambat.

Otak Aditya yang lumayan encer mengajak Cita mencari jalan masuk lain.
Dulu saat ia sering terlambat sendirian dia selalu memanjat tembok belakang sekolah.
Dan dia akan bertemu dengan Yuri yang selalu menyendiri membaca berbagai jenis buku.

Iya semenjak itu mereka menjadi teman tak terpisahkan bahkan Cita sering ikut terlibat dalam beberapa masalah yang dibuat Aditya.
______________________________________

Cita adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga, ia memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah bekerja diluar kota dan hanya kembali pulang setelah sebulan atau pernah, setahun bekerja baru kembali.

Perempuan mungil yang memutuskan berhijab sejak kecil, karena terbiasa.
Dia sejak kecil sudah diperkenalkan dengan pendidikan agama dan baru di jenjang SMA ia masuk kelas reguler.
Selalu memilih menyendiri ketimbang berkumpul, ia mulai tamak bersosialisasi ya sejak mengenal Aditya saja.

Memiliki hobby yang jauh dari kesan agamis, mendengar seluruh genre music dan membaca comic terutama comic analisa.
Banyak yang meragukan jika dia akan menjadi wanita anggun atau intelek setiap kali orang memandang tampang dan fisiknya.

Namun ia sudah mulai terbiasa dan acuh saja dengan semua komentar orang.
______________________________________

" Ayo. " Aditya langsung pergi.
Cita mendengus kesal bahkan perempuan ini berbasa-basi saja tidak.
Cita mengikuti Aditya, sekelompok siswi langsung berbisik usai mereka lewat.
" Lo mau gue labrak mereka. " Ucap Aditya tanpa menatap Cita.
Cita mendengus, " udahlah ... " Ujar Cita seakan meremehkan.
Tidak berapa lama kemudian bel panjang berbunyi, di kelas Aditya pelajaran olahraga.

Aditya dan Cita sudah terlihat bergabung dengan teman-teman untuk mengikuti jam olahraga, namun pak Shofiq yang menjadi guru olahraga juga menggabung kelas Yuri dan Dimas untuk ikut bergabung.
Mereka akan mengadakan pertandingan.

Untuk regu putera pertandingan dibagi menjadi dua cabang olahraga.
Sepak bola dan bola basket, regu Puteri juga dibagi dalam dua cabang olahraga.
Bola basket dan volly.
______________________________________

Aditya menjadi primadona dalam dua jenis olahraga ini, dan Cita jauh tertinggal di belakang, tetapi dia sama sekali tidak iri, karena ia sadar bahwa ia kurang berbakat dalam olahraga.

Yuri tampak berdiri mematung, wajahnya mengarah ke tembok kawat yang memagari bagian luar sekolah.
Dimas menepuk bahu Yuri sangat keras dan ia membuat isyarat dengan gerakan kepala agar kawannya lekas kembali bergabung dalam permainan.
Yuri paham dan berlari, kembali masuk dalam permainan.
______________________________________

ZoomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang