Sekelebat bayangan hitam tertangkap mata Yuri, menghantam dengan keras tubuhnya.
Dimas terus memeluk Yuri hingga ia diam dan saat ia sangka Yuri kembali tertidur, ia salah besar karena Yuri berganti posisi.
" D ... I ... M ... A ... S "
" Jangan dekati dia, dia milik kami, dia seharusnya bersama kami sejak lama. "
Dimas sangat lelah, ia pun tidak ada niatan kabur atau sejenisnya, sebuah ayat melantun dari bibirnya.
Hanya satu kepercayaannya saat itu, Yuri akan baik-baik saja, malam ini akan berakhir tanpa masalah besar.Yuri berteriak ia mencakar Dimas dan beberapa kali berusaha melukai diri sendiri, Dimas mencegahnya dengan memegangi kedua tangan Yuri dan mengikatnya di kaki meja, sekarang Yuri duduk dibawah meja dengan posisi tangan terikat, berteriak mengerang dan memaki Dimas yang terus membaca doa.
Doa sederhana, hanya kumpulan surat pendek tetapi tekadnya sangat kuat.Pekak dengan teriakan Yuri, ia menyumpal mulut Yuri dengan lakban.
Hatinya mendadak panas, maka ia bergegas ke kamar mandi yang berada didalam kamar dan berwudhu, dia membaca Al-Qur'an dihadapan Yuri.Yuri diam, Dimas membuka lakbannya.
" Untuk apa kamu membacanya, kami tidak takut. " Yuri bicara lagi.
" Yuri, ayo tidur sebaiknya kamu istirahat, mata mu sudah sangat merah. "
" Jangan bercanda, kami sudah peringatkan jangan dekati anak kami, dia akan bersama kami. "" Arga nggak mau ikut kalian, makanya kalian nggak bisa bawa, sekarang biarkan Arga kembali. "
" Tinggal tunggu waktu, dia akan menghampiri kami. "
" Tapi bukan sekarang. "
Dimas membisikan dua kalimat syahadat di kedua telinga Yuri.
Suasana mendadak sepi. Entah bagaimana lampu kembali menyala dan Yuri tidak sadarkan diri.______________________________________
Dimas tersentak ketika membuka mata ia sedang berbaring satu ranjang dengan Yuri, kawannya masih pulas bahkan memeluknya erat sekali.
Adegan itu sangat nyata namun apakah mungkin semalam Yuri sungguh kerasukan, atau itu hanya bagian dari delusi Yuri saja.
Dia bangun dan memperhatikan sekitar, ruangan itu berantakan dan posisi pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka sama seperti semalam sehabis ia berwudhu, karena ia lupa menutupnya kembali." Kamu udah bangun ?! " Tiara masuk.
Menyapa Dimas yang sangat kaget.
" Ayo sarapan bareng, biarkan Yuri dia kalau libur memang suka bangun siang.Yuri membuka mata, " Dimas bertemu Arka? ... "
" Mmm ... "
Yuri ikut bangun, ia menoleh menatap Dimas, " aku bisa melihat mereka, mereka yang jahat selalu mengganggu ku. Disini. "
" Ayo sarapan, kepala mu masih sakit ?! " Dimas tidak mau terlalu banyak berpikir, kejadian semalam adalah nyata dan dia tidak mau menguras tenaga lebih dari itu.
Yuri tersenyum, ia tahu maksud Dimas maka ia tidak perlu banyak bicara, ia hanya perlu menuruti ajakannya.______________________________________
" Wah pangeran tidur udah bangun ? ... " Armand seperti mendapat kejutan besar ketika melihat Yuri ikut sarapan bersama di hari libur.
" Dimas nggak mau makan tanpa aku, jadi aku kasihan. " Yuri sungguh menjadi manja beberapa hari ini.
Dimas hanya tersenyum kecut, ia mengambil tempat duduk diseberang Yuri berdampingan dengan Armand.
" Kamu nggak main basket atau ikut teman mu gym lagi ? " Armand memulai obrolan.
" Nggak. " Yuri siap-siap menyumpal mulutnya dengan roti.
" Kenapa, kayaknya berat badan mu naik deh. " Armand masih memperhatikan, lidahnya tergelitik untuk berkomentar.
" Iya badan mu berat. " Dimas keceplosan.Semua menatap Dimas, " ah, semalam aku gelendotin Dimas, mungkin aku memang berat. " Yuri membela.
" Terus kamu nggak gym lagi ? "
" Nggak, yang ajak udah miskin, bangkrut. " Yuri asal.
" Papa nanti aku antar pulang Dimas ya, papa mama jangan tungguin aku. "______________________________________
" Heh kacamata ! "
" Aku ?! "
" Ya elo, kita jalan cuma berdua ! "
Yuri berhenti, membuat Dimas ikut berhenti.
" Ada apa ? ... Kenapa kasar? Tadi baik-baik aja. "
" Lo juga kenapa manja gitu, gue geli. " Dimas berjalan lagi.
Yuri mengangkat bahu dan mengikuti Dimas." Dimas, gue mau ngomong. "
" Ngomong aja, daritadi Lo ngomong. "
Yuri diam ditempat, menyisakan jarak yang lumayan diantara mereka.
" Kalau suatu saat aku menyendiri jangan pernah dekati aku, itu adalah saat mood ku buruk dan aku tidak pernah mentolerir siapa pun yang mengganggu ku. "
Dimas mengangkat tangannya dan terus berjalan.______________________________________
Daisy masuk ke mobil, sedan silver itu melaju melewati dua pemuda yang sibuk bercengkrama.
Dia mencari kontak dan memencet tombol panggil.
Headsheet sudah terpasang manis di telinga.
" Rapat hari ini tolong batalkan, saya ingin bertemu dengan keluarga, ini jauh lebih penting. "
" .... "
" Terima kasih atas pengertiannya. " Dia mematikan telepon, dan kembali menghubungi seseorang.
______________________________________Yuri begitu bersemangat menuju lapangan basket yang ada di komplek, bahkan kacamata yang melorot saja hampir tidak dia pedulikan, sejak beberapa hari saat kejadian pertandingan basket dia sama sekali tidak berolahraga, wajar jika papanya bertanya soal badannya yang agak berlemak.
" Arga ... Jangan buru-buru gue capek, tadi gue makan sedikit. " di lapangan Dimas biasa memanggil Yuri dengan nama tengahnya, Arga.
Bukan nama tengah juga sih,
Yuri berbalik dan tersenyum tangannya memberi isyarat agar Dimas lebih cepat menghampirinya.Mereka tanding satu lawan satu, dan Yuri belum kehilangan taringnya, dia sudah berhasil mencetak 3 point.
Dimas baru saja akan mencetak point, tetapi pandangannya teralihkan saat melihat gelagat aneh Yuri.Ia buang bola basket kesembarang arah, dan berlari kepada Yuri yang berdiri di tengah lapangan.
" Lo nggak apa-apa ?! ... Kepala Lo pusing, asma Lo kambuh? "
Tidak mendapat respon, Dimas menuntun Yuri ke pinggir lapangan.
Ia lepas kacamatanya dan menyandarkan Yuri perlahan diantara pagar kawat.
" Mana, bawa obatnya nggak ? " Dimas mencari-cari.
" Gue nggak bawa, udahlah cuma pusing doang, duduk sebentar juga sembuh. "
Dimas ikut bersandar, " bukan itu, Lo dalam masa penyembuhan, jadi serangan dikit bisa makin parah kan ?! "
Yuri nyengir, matanya masih terpejam, " tumben amat perhatian, tadi Lo galak. "
" Beda lah ... Bego !!! " Dimas gemas.
" Gue cuma sakit kepala istirahat sebentar juga sembuh. " Yuri menyandarkan kepala di pagar kawat.
" Bukan begitu, Lo kan dalam masa penyembuhan, jadi bisa aja hentakan kecil akan memperparah keadaan. " Dimas menatap Yuri yang tengah mengatur napas." Aku nggak selemah itu, tapi ... " Yuri beranjak, ia meremas bahu Dimas.
" Aku jadi tahu kalau kamu ini emang perhatian, kamu memang kakaknya Arga, punya Arga. " Wajah Yuri tiba-tiba muncul dihadapan Dimas, dengan sunggingan senyum.
Dimas berdecih, ia menengok tepat kesebuah sedan silver yang melaju lambat.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoomer
General FictionKu pinjam ketiga wajah ini, karena aku terlalu mengagumi... Cowok pakai kacamata, hobby baca buku ... CUPU?? sayangnya, Yuri bukan cowok cupu dengan kacamata besarnya, ia cukup populer dikalangan siswi, kesayangan guru dan cukup bisa diandalkan di t...