We run on fumes
your life and mine
like the sand of time
slippin' right on through
***
Beberapa minggu ini rasanya Sarah begitu sibuk. Hari ini rapat, besok nugas, lusa sosialisasi, terus tidak berhenti. Rasanya sudah beberapa hari berturut-turut dia pulang ke rumah lewat jam 8 malam (aku tahu ini karena aku selalu menawarkan diri untuk mengantarnya pulang). Saat mau pulang, dia selalu tampak kelelahan sekaligus sibuk, hp dan tabnya selalu dia pegang. Tidak jarang juga saat berpapasan di kampus aku melihat kantung mata menghiasi wajahnya. Sudah beberapa kali aku juga melihat dia makan siang hanya dengan roti. Agar praktis, agar bisa dimakan sambil jalan, begitu alasannya.
"Gue mau pingsan!" bagitu keluhnya setiap berpapasan denganku.
"Serius? Lo pusing?" tanyaku, saat pertama kali dia mengeluh begitu.
"Nggak, gue sehaat. Tapi kalau bisa pengen pingsaaan, biar bisa istirahat," jawabnya dengan raut kelelahan. Setelah berkata begitu, dia melambaikan tangan, biasanya sambil berkata, "Oke, sekarang gue harus..." diikuti sederet kegiatan yang harus dia lakukan.
Kalau sudah begitu, rasanya aku gemas ingin menyeret dia pulang dan menyuruhnya tidur, sekaligus ingin marah juga. Entah marah pada kegiatan Sarah atau marah pada Sarah yang mau-maunya punya kegiatan sebanyak itu.
Di saat yang sama, aku sedang lowong-lowongnya. Akademik sedang tidak banyak tugas, tidak ada tanggung jawab di himpunan, intinya aku santai sesantai-santainya. Seringkali, waktu aku bosan dan tidak tahu apa yang harus kulakukan, refleks pertamaku adalah mengambil ponselku dan menghubungi Sarah, yang biasanya kubatalkan, mengingat kesibukan dia yang segitunya.
Biasanya setelah begitu, aku merasa sedikit kesepian. Aku tahu, banyak temanku di kampus yang pasti mengiyakan kalau kuajak main, tapi rasanya tidak sama. Aku ingin Sarah, bukan teman kampusku yang lain, bukan Ari, bukan siapapun. Mungkin kesepian bukan kata yang tepat, mungkin, hanya mungkin, lebih tepatnya kangen.
Lalu aku teringat, aku sendiri sering kali lebih sibuk dari Sarah. Bukan sekali dua kali aku membalas sms darinya setelah 5 jam berlalu, atau lebih parah, tidak kubalas sama sekali. Sarah, meskipun lama, selalu membalas sms dan chatku. Tapi tetap saja, rasanya tidak cukup. Rasanya aku tetap ingin banyak bercerita, atau bergosip berdua, apa saja. Apa Sarah juga merasa begini waktu gue sibuk? Apa Sarah juga pernah kangen gue? Pengen cerita berdua aja sama gue?
***
Setiap hari rabu, aku selesai kuliah jam 4. Hari ini Sarah bilang dia selesai sekitar jam 7 malam. Tiga jam rasanya terlalu sebentar kalau kupakai pulang dulu ke rumah kemudian kembali lagi ke kampus untuk menjemput Sarah, jadi kuputuskan mampir ke sekretariat himpunan. Tadi Ari bilang salah satu teman sejurusanku ada yang bawa PS dan rencananya anak-anak mau kumpul untuk main game sampai malam. Maklum, himpunanku isinya cowok semua.
"Ikutan deh gue," ujarku pada Ari, yang dia balas dengan acungan jempolnya.
"Sekalian nginep nggak, Neth?" tanya Ari. Di himpunanku, memang hampir setiap malam ada beberapa orang yang menginap di sekre. Aku sendiri juga pernah beberapa kali, terutama kalau Mama ada acara di luar kota.
Aku menggeleng, "Gue harus nganter Sarah balik entar. Lagian nggak enak deh sama nyokap."
Ari mengangguk maklum, "Sarah apa kabar, Neth? Kayaknya udah lama gue nggak liat dia."
"Lagi sibuk banget itu anak satu. Tiap hari kayaknya ada aja kerjaan. Sampe pusing gue liatnya," jawabku.
"Yang gue tau sih, dari temen gue, katanya forum keprofesian kampus mau bikin acara sih. Semacam job fair gitu, kerja sama lintas jurusan. Katanya Sarah jadi wakil ketua divisi kan ya? Kata Bram sih gitu, dia kan ikutan juga," kata Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stories of Us
General FictionOrang bilang cinta bisa terjadi kapan saja. Kita bisa saja mengantri di kantin, bertemu pandang dengan orang asing, dan tiba-tiba dunia kita jungkir balik begitu saja. Aku percaya pada jenis yang lain. Aku percaya cinta itu bukan seperti sambaran k...