Malam hari setelah rencana yang dibatalkan Baekhyun akhirnya mengangkat panggilan telepon dan cepat-cepat mengungkap maaf atas ketidakhadirannya.
Chanyeol berkata bahwa ia begitu khawatir. Namun senyum diutarakan seolah mampu terlihat setelah Baekhyun tegas bicara jika ia baik-baik saja selain tugas semakin menggunung.
"Dosen pembimbing secara mendadak menuntut laporanku selesai minggu ini dan Sehun tidak bisa melakukan penawaran apapun. Maaf Chanyeol, aku benar-benar menyesal.."
"Kau pasti punya alasan, Baek. Tidak masalah, sejak awal juga kukatakan untuk tidak datang 'kan?'"
"Kuharap kita bisa menentukan waktu selanjutnya. Bagaimana dengan magangmu?"
"Semakin sibuk, mungkin karena sebentar lagi akan berakhir."
"Benarkah?" Kembali dilanjutkan oleh yang lebih muda. "Kau
menikmatinya?""Aku cukup senang" Chanyeol mengangguk yakin. "Jadi...kau sedang sibuk, Baekhyun?"
"Yah, kau sudah tahu, Yeol. Tapi ada apa?"
"Bukan apapun. Hanya jangan sampai lupakan kesehatan. Telan lebih banyak makanan, isi penuh gelasmu dan pastikan mereka mudah dijangkau. Jika harus sampai larut maka bangunlah lebih lama atau tidurlah di siang hari. Radiasi bisa menyakiti matamu jadi belilah beberapa buah atau jus." Chanyeol tertunduk. "Maaf karena tidak lagi bisa membawakan makan siangmu. Aku berusaha agar semua ini cepat selesai."
Chanyeol belum mendengar balas dari Baekhyun sekalipun itu telah berlalu belasan menit. Si mata besar memainkan jemari pada permukaan suatu benda, hembus angin menemani sepi malam itu sebelum kembali ia memutuskan bersuara.
"Aku mencintaimu, Baekhyun. Dan kutahu itu karena merindukanmu setiap hari."
"Kalau begitu cepatlah, karena aku juga ingin segera melihatmu."
Telepon berakhir dengan salam pengantar tidur tetapi Chanyeol belum juga beranjak sejak baris terakhir kalimat Baekhyun.
Sesuatu terhambat di pangkal lidah dan Canyeol sadar akan hal yang mungkin amat ingin diungkapkan Baekhyun karena kekasihnya itu terdengar jauh lebih lelah dari segala warna kalimat.
Kembali mendongak ke jendela dengan jangkauan terlalu jauh dari tangannya, pria bermata besar yang tengah duduk di atas motornya kini terjerumus sendiri di bawah langit gelap sementara tak sekalipun ia temui pergerakan dari tirai jendela sebuah rumah di hadapannya.
Ditutup amat rapat seperti menolak apapun untuk setidaknya menggoyang kain itu mengingatkan Chanyeol pada dinding kaca cafe penghalang dirinya dengan Baekhyun saat masih menjadi sang pengamat rahasia.
Beberapa menit selanjutnya ia menyalakan motor dan memutar arah kembali pulang.
Keesokan pagi Chanyeol baru saja meletakkan tas di loker sesaat Kyungsoo dengan napas terengah datang menghampiri.
Pucat kulit kontras dengan hitam warna alisnya sementara Chanyeol tak dibiarkan bicara karena jemari lelaki yang lebih pendek terangkat bagai menolak segala bentuk respon.
"H-hahh...h-ha-haah...itu," berdiri tegak kesusahan, Kyungsoo akhirnya menghembus napas keras-keras dan menyelesaikan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coral Castle
FanfictionChanyeol tidak mengerti bagaimana bisa dirinya begitu tertarik dengan surai cokelat ikal milik seseorang yang berdiri di pinggir lapangan rumput luas sekalipun belum juga ia melihat rupa wajahnya. Tetapi saat sosok itu berbalik Chanyeol mendapati di...