Ring And The Box - 8

576 84 41
                                    

Dua minggu setelah Baekhyun mengangguk untuk pernyataan yang diajukan oleh si pria bertelinga lebar yang juga memiliki lesung pipit penghias rahang setiap kali sukacita menyentuh perasaan, ia mendapati bayang dari tubuh tinggi yang kemudian diketahui sudah ada di pintu keluar ruang kelas sejak 1 jam lalu.

Bukan sedikit jumlah orang menghampiri si mata kacang begitu kabar tentang 'Baekhyun menerima lamaran dari seorang mahasiswa tampan di cafe' tersebar, dan pertanyaan yang mampir tak lepas dari "apa itu benar?", "kau akan menikah?", "kekasih rahasiamu akhirnya melamar?"

Ditampik oleh si Byun lewat tawa kecil sambil berlalu, ia nyaris dikurung oleh tatap mahasiswa lain dalam setiap langkahnya.

Yang pertama disambut Baekhyun kini tak lain warna merah memenuhi permukaan kulit telinga Chanyeol sementara sesekali tertunduk juga membenarkan pakaian. Baekhyun memiringkan kepala bagi sosok yang ia ketahui akan terbiasa untuk datang menghampirinya mulai saat ini, sebelum kemudian lebih dulu bicara.

"Kau..sedang menungguku?"

"Ah, ya aku menunggumu." Chanyeol mengangguk cepat. "Itu...mungkinkah kau tidak nyaman?"

"Bukan. Hanya saja kukira kau sedang ada kelas. Jadi ada yang bisa kubantu?"

"Ini sudah jam 3 sore"

"Oh," Baekhyun melihat jam tangan. "Kau benar."

"Sehun bilang kau hanya punya satu jadwal kelas hari ini"

"Yep,"

"Dan itu dimulai jam 1 siang tadi."

"Bisa langsung mengatakannya saja, Yeol?"

"M-maaf, aku hanya berpikir barangkali kau tidak keberatan untuk pergi makan siang bersama jadi aku bertanya pada Sehun. Tapi sungguh itu hanya penawaran, kau sangat sibuk dan--" dengus mempertegas frustasi raut ekspresinya, sedikit Chanyeol mengalihkan mata ke bawah tapi lagi dihampirinya wajah Baekhyun. "Baiklah, kurasa sebaiknya aku pergi."

"Ya sudah, itu pilihanmu." puncak rambut ikalnya bergoyang ketika ia mengedik. "Aku 'kan belum mengatakan apa-apa."

"T-tapi," Diusapnya tengkuk gugup, Chanyeol lanjut berkata. "Lalu bolehkah?"

"Loh, tidak jadi pergi?" Alisnya diangkat main-main, Baekhyun melipat lengan. "Lagipula kau sendiri bilang itu hanya penawaran. Jadi mana yang benar?"

"Aku tetap akan pergi untuk menebus jam makan siang. Tapi aku kemari karena ingin melakukannya denganmu." Berakhir Chanyeol membalas tegas. "Kupikir dalam pertama kalinya aku bisa berharap agar diperbolehkan melihatmu makan secara dekat, bukan dari bagian luar cafe atau seberang jalan."

Sesaat keduanya diam sampai datang respon kemudian, "Dan bagaimana dengan kali ini? Kau mau aku menyampaikan keinginanmu seperti di cafe waktu lalu kepada si 'Byun Baekhyun', atau mungkin mencoba menyampaikannya secara langsung?" Ucapnya sambil mengutip dengan jemari.

Ulas senyum mendatangkan dua lesung pipit di tiap pipi si tinggi, Baekhyun kemudian menyadari suatu hal lagi tentang Chanyeol.

"Kalau begitu, halo Baekhyun. Aku Chanyeol. Mau pergi makan bersama?"

Bahwa pria tersebut dapat menjadi sosok yang berbeda dalam kecepatan detik, dan pribadinya yang kini menatap si hazel tanpa manik sekalipun teralihkan baru saja mencipta detak kencang dari jantungnya.

.
.

Hanya menyisakan dua orang di dalam sana, meja sisi kiri berisikan Baekhyun sementara lawan bicaranya tepat di seberang. Suara jarum jam serupa instrumen pengiring yang bagi Chanyeol justru lebih mirip tawa menghina atas situasi mereka sekarang.

Coral CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang