"Gimana? temen-temen gue nggak galak kan? Hal-hal yang lo khawatirin itu nggak kejadian kan?" tanya Jeno di sepanjang jalan kami pulang.
Pertanyaan Jeno tadi hanya ku jawab dengan senyum tipis. Aku beruntung hal-hal buruk yang mengganggu pikiranku sejak kemarin tidak terjadi.
"Omongannya Bang Lucas nggak ada yang nyinggung lo kan?" Ku lihat sepertinya Jeno sedikit berhati-hati menanyakan itu.
"Nggak kok, he's funny tho"
"Btw Han, Bang Mark itu sebelas-dua belas sama lo"
"Gimana maksudnya?"
"Ya dia juga cenderung diem kalo sama orang baru tapi bakalan rame kalo udah akrab" Jeno menjelaskan. "Makanya gue agak heran tadi kalian bisa ngobrol lumayan lama"
"Thanks to 5SOS i guess.." Dalam hati aku berdo'a semoga tidak ada yang mengganggu Kak Mark dari obrolan kami tadi.
"Btw Han lo jangan langsung baper ya kalo Bang Mark pake aku-kamu. Dia begitu soalnya lo cewek dan lebih muda dari dia"
Peringatan macam apa itu?
"Iya santai, gue nggak selemah itu kali, gue justru berterima kasih kalo dia berusaha lebih lembut ketika ngobrol sama cewek."
"Gue perlu pake aku-kamu juga nggak nih?" tanyanya.
"Ngapain sih? Ngga usah dipaksain, begini juga gapapa kali" aku tertawa, Jeno terkadang selucu itu.
--
Karena obrolanku dan Kak Mark tadi aku jadi kangen 5SOS. Akhir-akhir ini aku jarang mendengar lagu mereka karena playlistku penuh dengan lagu-lagu Korea. Iya selain suka 5SOS, aku juga cuma remaja biasa yang tidak luput dari gelombang kpop. Tapi tidak apa-apa, aku bisa menyukai mereka semua dalam waktu yang bersamaan, hatiku masih cukup luas.
Sesampainya di rumah dan membersihkan diri, aku membuka laptop ku untuk menonton ulang video live perform 5SOS. Sekuat apapun aku mencoba untuk tetap diam dan tidak terbawa suasana, pada akhirnya aku tetap menyanyikan lagu mereka dan bertingkah seolah-olah aku tengah berada di tengah konser. Biasanya disaat seperti ini akan lebih seru jika kita menontonnya dengan orang lain. Namun sayangnya saat ini aku hanya menonton dan bernyanyi sendirian.
--
Tidak adanya figur laki-laki selain ayah, membuatku yang anak sulung ini terkadang mau-tidak mau harus mengerti dan melakukan hal-hal yang lazimnya dilakukan laki-laki.
Seperti saat ini contohnya, aku tengah berada di salah satu tempat penjualan bahan bangunan sendirian, sebenarnya aku bersama ayah, tapi tadi ia pamit untuk melihat alat pertukangan yang tidak aku mengerti.Sekembalinya ayah, kami lanjut berjalan ke arah kasir. Akhir bulan membuat kasir semua tempat perbelanjaan mengular. Saat ingin masuk barisan yang sekiranya lebih pendek dibandingkan yang lain, troli yang kubawa bersinggungan dengan troli orang lain.
"Maaf mas- eh Kak Mark?" aku sedikit terkejut karena tiba-tiba bertemu dengannya.
"Kamu yang temennya Jeno itu kan" dia lupa namaku, tapi setidaknya dia ingat siapa aku.
"Iya kak"
Dan sepertinya bukan hanya aku dan Kak Mark yang terkejut karena pertemuan ini, ayahku ternyata sedang asik berbicara dengan laki-laki berumur yang kuduga sebagai ayah Kak Mark.
"Kak kenalin ini temen kerja ayah, Pak David" kata ayah memperkenalkan temannya.
Aku mencium tangan Om David sebagai bentuk kesopanan. "Kamu kenal sama Mark?" tanyanya.
"Dia temennya temen Mark pa" Kak Mark yang menjawab.
Sambil mengantri di kasir hingga berjalan menuju tempat parkir, ayah dan Om David masih terus mengobrol sementara aku dan Kak Mark hanya memperhatikan mereka, kali ini kami tidak punya topik untuk dibicarakan. Yang jelas dari obrolan bapak-bapak tadi aku mendengar bahwa kami tinggal di satu komplek yang sama.