07

12.8K 655 10
                                    

~Happy Reading~

"Wulan, makan dulu," ujar Wira menghentikan langkah Wulan yang hampir mencapai pintu utama rumahnya.

"Gak usah, gue bisa makan di luar,"

Wira menghembuskan napas pelan. "Ya udah, gue anter lo ke kampus," ujarnya yang menghentikan langkah Wulan yang sudah berada di ambang pintu.

Wulan berbalik melihat kakanya. "Gak usah repot-repot, gue bisa pergi sendiri, lagian kan lo harus kerja," ujarnya yang langsung melanjutkan langkahnya yang sedikit tergesa.

"Mau sampe kapan lo kayak gini, Wulan," gumam Wira memandang punggung Wulan yang kini menghilang dari pandangan.

"Wulan," suara panggilan itu membuat Wulan menoleh dan mendapati Bintang yang tampak menghampirinya.

"Ya?"

"Berangkat bareng yuk," ajaknya.

Wulan berpikir sejenak. "Terus Anya, gimana? Lo gak bareng dia?"

"Kanya katanya ada urusan, jadi dia gak ke kampus, lagian dia juga gak ada jadwal mata kuliah hari ini,"

Wulan hanya ber 'oh' ria menanggapi pernyataan Bintang.

"Ya udah ayo, nanti telat lagi," ajak Bintang yang langsung diangguki oleh Wulan.

▪︎▪︎▪︎

Adam memincingkan matanya tajam melihat pemandangan di depannya. Di mana Wulan baru saja turun dari motor yang dikendarai oleh Bintang tentunya, siapa lagi?

Adam menghampiri kedua insan yang baru saja melepas helm dari kepalanya itu, dan tanpa permisi langsung menarik pergelangan tangan Wulan.

"Eh eh eh, ada apa, kenapa lo narik gue," Wulan berusaha tidak melangkahkan kakinya kala Adam menariknya.

Bintang yang berada di sana juga langsung menarik pergelangan tangan Wulan yang satunya.

"Lo apa-apaan, narik-narik Wulan?!" Sewot Bintang.

Adam memandang Wulan begitu intens, "kenapa datang sama cowok lain? Boncengan lagi!"

Wulan yang mendengarnya tahu betul, dari nada bicaranya Adam meminta penjelasan.

Bintang yang mendengar penuturan Adam langsung mengernyitkan keningnya. "Kenapa emang kalau gue bareng sama Wulan? Dari dulu juga Wulan sama gue terus! Dan urusannya sama lo apa?!"

Adam melepas pergelangan tangan Wulan, melangkah maju ke hadapan Bintang. "Lo tanya urusannya sama gue apa? Jelaslah ini urusan gue, cewek yang lo pegang tangannya ini," Adam melepas paksa tangan Bintang yang masih menggeggam pergelangan cewek itu dengan kasar.

"Wulan pacar gue, sekarang dia udah jadi milik gue! Jadi jauhin tangan lo dari Wulan, apalagi berani deketin dia! Lo kan udah punya milik lo sendiri! Ngapain harus gangguin milik gue? Gak puas sama milik lo sendiri?!" Lanjut Adam dengan nada meremehkan, tak lupa tatapannya menatap rendah ke arah Bintang.

Wulan yang merasa kalimat yang diucapkan Adam itu tak pantas, langsung menegur lelaki itu. "Adam, berhenti bicara yang nggak-nggak, lagian yang Bintang bilang itu bener, gue sama dia udah terbiasa bareng dari dulu,"

Adam beralih menatap Wulan. "Wah, lo gak ada bedanya yah sama Bintang. Wulan, lo kan udah jadi pacar gue, milik gue. Apa ciuman yang semalam itu gak cukup? Sampe-sampe lo deketin cowok orang lain? Hahaha," Adam tertawa hambar menatap Wulan, yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kilatan amarah.

"Wulan, kalau mau bersikap jadi cewek murahan itu lo gak usah sungkan sama gue, kan lo pacar gue. Kalau lo mau gue cium lagi, bilang! Gak usah deketin cowok orang lain!" Tersirat amarah dalam penuturannya, entah apa yang membuat Adam begitu marah sekarang.

Wulan tak habis pikir dengan apa yang ia dengar. Bisa-bisanya Adam berkata demikian dengan tanpa rasa bersalahnya. Beruntung, mungkin hanya ia dan Bintang yang mendengarnya.

"Adam! Jaga mulut lo!" Wulan berujar penuh penekanan menujuk wajah Adam, dengan matanya yang memancarkan kilatan amarah.

Adam menurunkan jari Wulan yang menunjuknya, dan maju lebih dekat dengan Wulan yang refleks membuat Wulan mundur. "Tenang Wulan, setelah kejadian tadi malam, gue akan jaga mulut gue buat gak cium orang lagi, selain lo," ujar Adam dengan suara yang agak berat menatap Wulan dengan intens, melupakan tempat ia berada sekarang.

Wulan yang diperlakukan demikian, tiba-tiba rasa takut merasuk ke dalam jiwanya. Otaknya seakan berhenti untuk berpikir. Ia sekarang tak tau harus melakukan apa.

"TAPI, LO GAK USAH DEKET-DEKET SAMA COWOK LAIN! LO ITU SADAR! LO ITU PACAR GUE! MILIK GUE!" Tiba-tiba Adam membentak Wulan, yang langsung membuat suhu tubuh Wulan panas dingin, mendapat perlakuan yang membuatnya tersentak.

"Kurang ajar!"

Bintang yang sedari tadi menahan dirinya untuk tidak berlaku gegabah, akhirnya mendorong Adam menjauh dari Wulan dan menarik kerah baju Adam, tak lupa dengan tatapan membunuh yang ia berikan untuk Adam.

"Jaga mulut lo! Wulan gak seperti cewek yang lo pikirin!"

Adam menghempas kasar tangan Bintang yang mencekram kerah bajunya, dan mendorong cowok itu. "Hak lo apa ngelarang-larang gue?!"

Wulan yang tersadar akan lamunanya langsung mendekat ke arah Bintang dan Adam berada.

"Adam! Udah, gak usah coba buat keributan!"

"Lah, itu temen lo, yang mulai duluan!"

Wulan menatap Adam jengah. "Adam, lo kenapa sih? Lo ada masalah? Kalau lo ada masalah jangan limpahin ke gue! Lo kira gue gak sakit denger perkataan lo tadi, hah? Lo kira orang gak punya hati kayak lo? Jadi lo bebas berbuat semau lo, iya? Dan satu lagi yah, gue bukan pacar lo! Apalagi milik lo! Karna gue bukan BARANG!" berang Wulan, yang langsung menarik Bintang memasuki area kampus.

Adam hanya menatap kepergian Wulan dan Bintang, dengan seringaiannya. "Wulan Wulan Wulan, ini akibatnya karna lo udah berani ikut campur masalah hidup gue!"

Tbc

Adakah tanggapan kalian setelah baca part ini? Mungkin tentang Wulan, Adam, atau Bintang?

My Childish Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang