10

10.8K 585 15
                                    

Wulan termenung menatap langit-langit kamar Adam. Merenungi nasibnya yang kian hari makin tak terkendali.

Ia merasa sudah seperti boneka akhir-akhir ini. Mau tak mau mengikuti perkataan Adam. Padahal ia sangat benci diatur apalagi diperintah.

Bukannya Wulan tak ingin melawan, bahkan ia selalu melawannya malah, tapi setiap ia ingin melawan, Adam selalu membuatnya tersudutkan. Yang mau tak mau ia harus mengikuti kemauan cowok itu.

Seperti sekarang ini, ia tengah berbaring seperti orang bodoh di tempat tidur Adam. Sedangkan Adam? Cowok itu kini tengah sibuk berkutat pada layar laptop di depannya.

Lalu kenapa Wulan ada di sini coba, jika lelaki itu malah sibuk sendiri. Tentu saja alasannya karna Adam yang memaksanya untuk menemani lelaki itu. Membuatnya kini melamun seperti orang bodoh di atas tempat tidur lelaki itu.

Seseorang tolong berilah saran untuknya agar bisa terlepas dari Adam. Ia sudah tak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi cowok arogan itu.

Dan berbagai macam pertanyaan masih menghantui pikirannya tentang lelaki yang kini tengah mengemudi di sebelahnya.

Wulan menghembuskan napasnya pelan, bagun dari tidurnya dan menoleh ke arah Adam yang tengah serius menatap layar laptop di depannya.

"Dam," panggilnya pelan, namun masih bisa didengar oleh Adam tentunya karna keheningan yang terjadi di antara keduanya di kamar itu.

"Hm," gumam Adam tanpa menoleh ke arah Wulan.

"Gue bosan liatin lo terus,"

"Terus?"

Wulan berdecak. "Gue mau pergi jalan," ujar Wulan kesal sembari turun dari kasur milik Adam, dan mengambil tas selempangnya yang berada di nakas.

"Ya udah, lo mau jalan kemana?" Adam menutup laptopnya dan bangkit dari duduknya.

"Yah ayo, katanya tadi mau jalan," ujar Adam yang kini sudah berada di ambang pintu kamarnya.

Wulan menggeleng. "Maksud gue, bukan jalan sama lo Adam," nada bicara Wulan terdengar kesal. "Gue udah lama gak keluar sama temen gue, karna sikap lo, jadi gue mohon yah untuk kali ini jangan atur gue,"

Seketika mata Adam menajam melihat ke arah Wulan, membuat Wulan yang melihatnya bergidik. Sebentar lagi pasti akan terjadi perdebatan yang berujung dengan dirinya yang mengalah, pikir Wulan miris. Tapi kali ini ia tidak boleh kalah, ia harus bisa melawan lelaki itu jika ingin hidupnya kembali normal seperti dulu.

Adam berjalan mendekat ke arah Wulan yang juga kini menatapnya. "Teman lo yang mana?! Bintang?!" Bentak Adam.

"Kalau iya, kenapa?!" Balas Wulan menatap menantang ke arah Adam. Tentu Wulan tersinggung dengan bentakkan Adam yang menyinggung Bintang, sahabatnya.

Rahang Adam mengeras. "Wulan! Lo itu sekarang milik gue! Dan lo gak boleh mikirin cowok selain gue!" Tekan Adam menatap Wulan tajam.

Wulan menggelengkan kepalanya. "Dam, sampai sekarang gue gak tahu kenapa ini semua terjadi, gue gak ngerti, semua ini aneh. Kita bahkan baru mengenal, bahkan hanya sebatas mengenal nama, tapi kenapa dengan mudahnya lo bilang gue ini milik lo, gue bukan barang! Dan sekali lagi pembahasaan ini terulang," Wulan menghela napas, menatap ke arah Adam penuh harap agar lelaki itu memahami maksudnya.

Tatapan Adam yang semula menajam kini melunak menatap sendu penuh kelembutan ke dalam manik mata Wulan. Tanpa disadari hati Wulan menghangat beradu tatap dengan tatapan Adam yang sendu itu, hingga hatinya berdesir aneh, membuat tatapannya terkunci pada lelaki di depannya.

"Gue cinta sama lo," Adam menjeda kalimatnya. "Pada pandangan pertama," lanjutnya yang membuat Wulan mengerjapkan matanya.

Tunggu? Bagaimana bisa Adam cowok yang begitu arogan itu jatuh cinta padanya pada pandangan pertama? Secepat itu?

Wulan menggelengkan kepalanya, tak mungkin Adam mencintainya pada pandangan pertama. Oh ayolah, itu sangat konyol dan tentunya tak masuk akal.

"Sudahlah Adam, jangan mengarang cerita yang tidak-tidak, mana mungkin lo jatuh cinta secepat itu sama gue," ada sedikit ketidakrelaan di bagian hati terkecilnya, saat Wulan mengucapkan kalimatnya.

"Gue gak mengarang cerita Wulan, kalau semua itu gak benar, lalu untuk apa gue berusaha menahan tetap berada di sisi gue, sementara gue bisa dengan mudah mendapatkan cewek yang mungkin lebih cantik dari lo, ta--"

"Ya udah, lo pergi aja sama cewek yang lebih cantik dari gue, toh ternyata lo cuma lihat cewek dari fisiknya doang!" Potong Wulan membuat Adam yang mendengarnya refleks menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu maksud gue Wulan," Adam menghela napasnya frustasi.

"Terus apa? Gue tau lo itu cuma lagi mau jadiin gue boneka lo, yang bisa lo atur sesuka hati lo,"

"Wulan dengerin gue," Adam merendahkan suaranya. "Gue itu benar-benar cinta sama lo, dan jikapun ada yang lebih sempurna fisiknya dari lo, gue tetap akan cinta sama lo Wulan,"

Wulan berharap yang diucapkan Adam benar adanya, namun logikanya selalu saja merasa tak masuk akal dengan segala kata-kata Adam yang secara tersirat itu terdengar manis di telinganya.

"Gue gak semudah itu percaya sama lo Adam," ujar Wulan memalingkan wajahnya, berusaha terlihat tak minat untuk meladeni Adam, padahal di hati terdalamnya ia berharap Adam mau mempertahankan kata-katanya.

Tunggu! Mengapa ia sekarang sangat berharap bahwa Adam memang benar jatuh cinta padanya pada pandangan pertama?Apakah ini pertanda bahwa ia mulai menyukai cowok arogan itu? Tidak!

"Gue serius Wulan, gue bahkan rela melawan orang-orang yang mau jauhin lo dari gue. Gue akan selalu ada dimana pun lo pergi Wulan!"

"Adam, sekarang bukan waktunya untuk menggombal, gue bener-bener pergi sekarang, lo udah buang waktu gue tahu gak!"

Detik berikutnya Wulan tertegun dengan Adam yang tiba-tiba memeluknya, mengusap rambutnya lembut.

"Jangan tinggalin gue Wulan," untuk pertama kalinya Wulan mendengar suara lirih Adam.

"Lo mirip dengan orang yang sangat berarti dalam hidup gue Wulan."

Deg.

"Dan gue gak mau kehilangan sosok itu untuk yang kedua kalinya. Jadi mengertilah, untuk tetap menetap sama gue, tolong lupain lelaki manapun itu, termasuk Bintang!"

Mendengar ucapan Adam dengan nada yang begitu rendah dan serak namun sarat akan penekanan, membuat Wulan membeku dalam pelukan Adam yang kini semakin mengerat dan tak lupa elusan halus pada rambutnya. Untuk pertama kalinya, hari ini, Adam berlaku begitu lembut padanya.

TBC

My Childish Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang