Almost

29 5 0
                                    

Hari ke lima puluh enam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ke lima puluh enam

*****

Bendung bulir beningku-nyaris saja meledak lagi, mengingat betapa aku merindukan kedua lelaki yang dulunya sering mengisi hari hariku, sebelum nada ponsel diatas nakas; telah berhasil menginterupsi. Serta merta menilik layar terang beserta suara bising yang tercipta dari sebuah panggilan; oleh nomor yang tak kukenali. Menyisakan dahiku yang mengernyit cukup lama, namun kembali bersikap acuh.

Lebih memilih untuk tak mengangkat panggilan-hingga langkah yang kuambil, telah kembali membawaku untuk berdiri pada sisi jendela; seperti sebelumnya, bersama raut jengah; manakala kembali kudapati sebuah panggilan masuk, dari nomor yang sama.

"Halo?" ketusku, pada akhirnya.

Sepuluh detik berlalu tanpa suara dari sang penelfon, tak pelak membuatku berdecak-lantas berniat untuk menutup panggilan. Namun lekas tertahan; tatkala sebuah suara berhasil menyela, "Hentikanlah tangisanmu, nona. Jangan cengeng-dan seka dulu airmata mu, sebab sebentar lagi ibu mu akan mengetuk pintu, untuk membawakan buket hortensia pink dariku, seperti biasanya." suara dingin itu, terdengar penuh penekanan. Sontak membuatku ternganga, hingga bibirku telah bersiap untuk menghujami sejuta pertanyaan pada sang penelfon-yang begitu seenaknya memutuskan panggilan secara sepihak.

Masih berusaha menerka-aku yang selanjutnya terkesiap, selepas mendapati sekelebat bayangan seorang yang kukira tengah berdiri pada sisi pagar. Ia yang tengah menatap lurus kearahku, serta merta membuatku termangu manakala kudapati presensi seorang pria bersetelan serba hitam-lengkap dengan masker serta topi hitam, yang dikenakannya.

'Apa ia-si penguntit itu?'

Lalu, manakala tubuhku mulai berotasi hingga mengambil langkah dengan terburu- ibu yang mendadak mendorong muncul selepas mendorong daun pintu dengan perlahan, seketika membuatku terpaku. Menatap kosong kearah satu tangan, yang menyimpan satu buket hortensia pink-hingga membuatku mendahului, "Apa ibu secara langsung, mendapatkan buket bunganya? Oh maksudku, apa penguntit itu-kebetulan menemui ibu?"

'Konyol. Mana mungkin seorang penguntit akan menampakan batang hidungnya? Terkecuali jika ia memiliki maksud lain, hingga membuatnya memaksakan diri untuk bertatap muka dengan sang target.'

Merasakan telah membuang waktu cukup lama, aku yang hendak berlalupun malah tertahan akan cekalan yang diciptakan wanita setengah baya yang menyela, "Kemana?" serta merta membuatku lekas mengenggam punggung tangannya; untuk ku kecup sekilas. "Hanya keluar untuk memastikan sesuatu" jelasku, sebelum menciptakan sebuah lari kecil. Melewati beberapa ruang; guna mencapai pintu utama. Lekas mengedar pandang pada sisi pagar, yang sialnya sudah tak ada siapapun disana.

Aku telah kehilangan si penguntit itu.~

Tangled Thread Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang