Pak Guru, Ruang Konseling & Ajakan Kencan

112 20 9
                                    

Enjoy

.

.

.

.

"Jadi bagaimana?" Si pria yang diketahui sebagai guru bahasa inggris sekaligus konseling itu bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi bagaimana?" Si pria yang diketahui sebagai guru bahasa inggris sekaligus konseling itu bertanya. Jas hitamnya, ia sampirkan ke belakang kursi yang tengah didudukinya.

"Bagaimana apanya pak?" Raut bingungnya mengundang senyum gemas si pak guru.

"Nilaimu, saya dengar nilai bahasa inggrismu terjun payung saat ujian seminggu yang lalu?" Beringsut mengeluarkan selembar kertas berisi coretan nilai dengan tinta merah dari map biru di dalam laci meja.

"Ada masalah dengan guru sebelumnya? Atau ada yang tidak bisa dipahami?" Lanjutnya sambil meletakkan kertas bernilai dengan tinta merah ke hadapan Seokjin.

"Guru sebelumnya galak dan saya termasuk siswa yang susah menghafal." Jawab Seokjin sekenanya. Sebenarnya Seokjin termasuk siswa pandai seperti si ketua osis Yoongi itu. IQnya jga beda tipis dengan Yoongi. Tapi dasar Seokjinnya saja yang tidak suka dengan ibu guru bahasa inggrisnya, galak katanya, padahal manis.

"Susah menghafal? Nilai sejarahmu jadi yang tertinggi seangkatan. Apa itu termasuk susah menghafal, Seokjin?" Menumpu kedua lengannya pada meja dan menatap Seokjin penuh minat. Lihat saja dulu apa yang akan dilakukan anak didiknya yang manis ini. Jangan katakan Namjoon pedofil, dia masih cukup waras untuk tidak mengencani anak didiknya, setidaknya untuk sekarang.

Yang dipandangi tak menjawab, hanya balas memperhatikan si guru konseling didepannya. Menelisik pada kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku memperjelas otot kekar milik pak gurunya. Pun meneguk ludah kasar kala pak gurunya mengusak rambut kecoklatannya kebelakang. Sungguh mengundang sekali pria didepannya ini. Pipinya merona, duh bagaimana rasanya ya kalau lengan itu merengkuhnya, gejolak batinnya berangan.

"Jangan memandangi saya seperti itu, matamu bisa copot nanti." Menahan tawa kala Seokjin telah sadar dari angannya. Oh Seokjin tambah merona. Dan entah mengapa parfum beraroma semanis stroberi itu menguar dengan indahnya saat anak didiknya menahan malu. Pun tersenyum saat dilihat siswanya menunduk menahan malu dengan pipi merona menjadi-jadi.

Hening sesaat, Seokjin yang berusaha mengembalikan raut wajah biasanya dan Namjoon yang masih memandangi Seokjin dengan senyum.
Setelahnya Seokjin menegakan kepalanya menatap sang guru dihadapannya penuh arti.

"Pak, bagaimana kalau kita kencan?" Gila! Benar-benar deh, apa yang dipikirkan si Seokjin coba.

"Saya 12 tahun lebih tua, Seokjin." Namjoon sudah menduga akan seperti ini, Seokjin tidak polos, bukan tipikal anak yang akan menurut apa kata gurunya. Lagipula, ini pasti tidak akan bertahan lama. Seokjin masih 16 tahun dan masih labil. Jadi, Namjoon tidak ambil pusing dengan ajakan kencan Seokjin.

"Bapak kira saya peduli?" Rautnya memancarkan keyakinan, lagipula salah siapa yang membuat Seokjin seperti ini. Jatuh cinta pada pandangan pertama, oh bukan, pada kecupan pertama. Salahkan Namjoon yang malah menciumnya, dikantin pula. Haduh, mengingatnya saja sudah membuat Seokjin mendidih malu.

"Saya duda beranak 2." Dan sekali lagi Namjoon menyatakan kenyataannya, berharap Seokjin goyah seperti siswa-siswi di sekolah sebelumnya.

"Sumpah demi apapun saya nggak peduli pak, mau bapak duda mau bapak single, serius saya nggak peduli pak. Saya cuma ajak bapak kencan, ajak anak-anak bapak sekalian kalau bisa, kita bisa main bareng." Seokjin berucap dengan sorot mata penuh keyakinan. Tak menyerah meski sudah tahu ada sebuah penolakan dalam kata-kata Namjoon. Oh ayolah! Seokjin hanya ingin kencan dengan bapak guru seksi ini. Apa salah Seokjin sih?. Mungkin kamu salah sudah menolak Yoongi dulu. Eiy, Seokjin bukannya tak suka dengan Yoongi, cuma malas saja ditinggal tidur terus. Lagipula, apa salahnya suka dengan yang lebih tua. Kan lebih matang.

"Kasih saya alamat rumahmu. Saya jemput akhir minggu ini, jam 3."

"Benar pak?"

"Kamu mau saya berubah pikiran?"

"No no no, kalau gitu saya permisi pak."

Seokjin berjalan keluar ruang konseling sembari menahan pekikan. Baru deh di luar ruang konseling.

"WOOHHOO KENCAN DONG YEHEEE." Kemudian berlari riang kembali ke kelasnya, mengusili Hoseok yang sedang ngemil kuaci bersama Mingyu.

Sedangkan Namjoon.

"Ngapain sih Joon, haduh, kalo Juna sama Jeno ngga suka gimana. Udah tua juga masih sok-sokan ngencani anak piyik." Monolognya merutuki kejadian penerimaan ajakan kencan.
"Dasar anak piyik, tapi manis sih hmmh." Tersenyum tipis mengingat bagaimana merahnya Seokjin ketika malu, dan bagaimana teriakan kencangnya di luar tadi.
"Pasti anak itu udah cerita ke temen-temennya. Masih SMA Joon, ngga usah buru-buru, siapa tahu bisa jadi temennya si kembar." Monolognya lagi meyakinkan diri sendiri.

.

.

.

.

-KulitKerang💜

GLOW UP : Buku, Pesta & CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang