Bab 20

5.1K 953 171
                                    

Jangan karena kamu tahu aku cintai, kamu bisa sesuka hati melukai diriku ini.

"Gue.... "

Sepersekian detik Zee harap-harap cemas menantikan jawaban dari Rafif. Apalagi saat pandangan mereka saling mengunci satu sama lain, dengan sebelah tangan Rafif masih menarik erat tali ransel Zee, semakin membuat keduanya seperti berada dalam sebuah drama. Begitulah yang muncul dalam pikiran Zee.

Gadis itu langsung berusaha menebak-nebak bagaimana ending dari adegan drama seperti ini. Apakah akan bahagia untuk kedua pasangan, atau malah akan menimbulkan luka bagi salah satu pihak.

Jujur Zee takut menduga-duga. Dia sebenarnya tidak ingin berharap lebih dari jawaban Rafif nantinya. Akan tetapi manik mata hitam milik Rafif seakan menenggelamkannya, membuatnya yakin bila Rafif tidak akan menyakitinya lagi.

Zee tahu sekali, pemikiran seperti itu adalah kebodohan dari seorang perempuan. Tapi mau bagaimana lagi, jika hati sudah bicara meski harus terluka untuk kesekian kalinya, tetap saja akan setia.

Setia untuk menunggu Rafif agar mencintainya. Atau setidaknya tidak membuatnya terluka lagi.

Tapi kapan semua itu akan terjadi? Jika hari ini saja Rafif membawanya menemui perempuan bercadar yang membuat Zee kalah sebelum berperang.

"Gue.... "

"Gue apa?"

"Gue... mau lo baca sesuatu."

Kalimat itu terasa menghancurkan Zee. Untuk kesekian kalinya Zee merasa bodoh karena mencintai laki-laki tidak peka ini.

"Ih, ngeselin lo! Jawab yang benar dulu apa. Kenapa jadi begini sih jawabannya? Enggak sesuai harapan banget!!" amuk Zee di depan wajah Rafif.

"Terus lo mau gue jawab apa?" tanya Rafif bingung, karena sebenarnya dia butuh bantuan Zee saat ini. Tapi sayangnya Zee malah mengharapkan hal lain.

"Ya apa kek. Yang bisa buat gue bahagia. Nyebelin banget sumpah lo jadi cowok!!" gerutu Zee semakin menjadi.

Kini dia yang melangkah lebih dulu mendekati Quilla tanpa memperdulikan Rafif yang tidak bergeming di tempatnya.

"Assalamu'alaikum," sapa Zee kepada Quilla. Tanpa dipersilakan, Zee langsung menarik kursi di samping perempuan bercadar itu.

"Wa... wa'alaikumsalam. Kalian berdua kenapa ya?" tanya Quilla tidak paham. Karena dari sepenglihatan dia, Zee dan Rafif seperti sedang berselisih pendapat di depan umum.

"Biasalah, urusan rumah tangga."

Memandang Zee horor, Quilla menarikkan kedua alisnya. "Rumah tangga? Memangnya kapan kalian menikah?"

"Ah... menikah? Bukan. Bukan gitu maksud ...."

"Secepatnya," sahut Rafif yang tiba-tiba saja datang bergabung. Ekspresinya terlihat datar, seakan apa yang dia ucapkan bukanlah sebuah permainan semata.

"Ah, secepatnya apaan? Ini kalian ada apaan sih? Kok gue jadi...."

"Tadi bukannya dia tanya kapan kita nikah, aku jawab secepatnya," ucap Rafif pelan tetapi masih terdengar di telinga Zee dan Quilla.

Masih berusaha memahami situasi, Zee melirik Quilla dan Rafif bergantian. Berada di tengah-tengah kedua orang aneh ini membuatnya semakin tidak nyaman.

Jika Quilla menatap Rafif seakan membutuhkan penjelasan, sedangkan Rafif sibuk menundukkan kepalanya. Zee tahu bukan maksud Rafif menghindari tatapan Quilla, namun dia yakin Rafif memang tidak ingin menambah dosanya. Apalagi dalam pandangan Rafif kepada Quilla bukan hanya sekedar tatapan biasa, namun ada napsu di sana dengan rasa penasaran yang cukup tinggi. Hingga sejujurnya Zee malas berada di antara mereka kini.

Imam Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang