Kai menghempas pelan tubuhnya ke atas kursi direkturnya. Permohonan Jennie padanya di taman tadi, masih terpikirkan olehnya. Memang, dia merasa senang saat Jennie meminta tanggal pernikahan mereka diubah menjadi besok. Tapi, Kai juga merasa ada yang aneh dari permintaan Jennie. Tak biasanya Jennie meminta permohonan aneh seperti ini.
Tapi bagaimana pun juga, Kai harus memenuhi permintaan Jennie. Dia merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya dari sana. Dia menghidupkan ponselnya dan mencari nama seseorang dari daftar kontak di ponselnya. Setelah ketemu, Kai pun menekan nomor tersebut dan menempelkan benda persegi panjang tersebut ke telinganya.
"Yeoboseyo?"
"Irene-ssi, kau ada kenalan yang bisa mengurus kartu undangan bukan? Kasih aku nomornya."
"Ne Oppa. Tapi, kenapa kamu mendadak sekali mintanya?"
"Aku hanya ingin mempercepat mengurus kartu undangan pernikahanku dengan Jennie. Bisa kau kirimkan nomornya untukku?"
"Baiklah Oppa. Nanti aku kirimkan nomornya padamu."
"Gomawo-yo, Irene-ssi." Kai mengakhiri percakapannya dengan Irene, kemudian menutup kembali ponselnya.
Setelah itu, Kai pun kembali pada kesibukannya.
***
"Perasaan itu--masih ada." Jisoo menggelengkan kepalanya saat kalimat tersebut kembali terngiang di telinganya. Kenapa dia tidak bisa menghilangkan kalimat itu dari pikirannya? Dia sudah mumet oleh hal-hal yang berkaitan dengan Jennie. Kenapa Jennie harus kembali hadir mengganggu hidupnya? Tidak bisakah Jisoo merasakan ketenangan tanpa Jennie di kehidupannya?
Jisoo menyandarkan tubuhnya ke kursi direktur miliknya. Ingatan tentang masa SMA kembali berputar. Masih teringat olehnya bagaimana dulu, Jennie selalu mengejarnya dan dia yang tidak terlalu memperdulikan kehadiran Jennie. Jujur, dia kangen masa-masa itu. Tapi entah kenapa, egonya lebih besar dari pada rasa kangen itu.
Jisoo bertemu Jinyoung saat dia kuliah di Paris. Disitulah mereka mulai dekat dan menjalin hubungan hingga sekarang. Tapi, Jisoo merasa berat ketika berpacaran dengan Jinyoung. Terbukti dari pertengkaran kecil mereka pekan lalu. Dan diakhiri dengan Jinyoung yang meminta maaf dengan cara yang romantis.
Jisoo tersenyum mengingat kembali kenangannya tempo dulu. Kenangan yang begitu indah jika dipikirkan kembali. Jisoo tersentak dengan telpon ruangannya yang berbunyi. Tangannya terangkat dan meraih telpon ruangannya yang masih berbunyi tersebut.
"Yeoboseyo, Kim Jisoo disini." Ucapnya ketika telpon tersebut telah menempel di telinganya.
"Nona Dahyun datang untuk menemuimu, Nona Kim."
"Suruh dia langsung datang ke ruangan saya saja."
Tanpa mendengar balasan dari Wendy, dia pun menutup telponnya dan kembali sibuk dengan berkas-berkas di mejanya. Tak lama kemudian, telinganya menangkap sebuah suara yang diketahui bahwa itu adalah Dahyun.
"Ya! Jisoo-ya! Susah sekali mau bertemu muka dengan kau." Umpat Dahyun setelah menjatuhkan duduknya di hadapan Jisoo.
Jisoo tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Dahyun, "Aku yang sulit ditemui, atau kau yang datang padaku saat ada maunya doang?"
"Ish! Kau tidak pernah berubah, Jisoo-ya." Balas Dahyun.
Jisoo menutup berkas di tangannya, kemudian berkata, "Katakan tujuanmu kemari. Aku masih banyak kerjaan."
Dahyun tersenyum lebar saat Jisoo bertanya maksud kedatangannya. Dahyun adalah teman SMA Jisoo yang mendekati Jisoo hanya karena statusnya. Dalam urusan berteman, tentu Dahyun pilih-pilih. Dia memilih teman yang mampu meminjam uang padanya saat dia sedang membutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen into You(Completed)
FanfictionPertemuan tak sengaja Jennie dengan Jisoo membuat Jennie jatuh ke dalam pesona Jisoo. Mampukah Jennie menaklukan Jisoo yang begitu kokoh untuk diluluhkan?