-08-

3.7K 422 5
                                    

Jennie tersenyum tipis memandangi wajahnya dari balik cermin. Dia baru saja selesai membersihkan dirinya. Sementara sang ayah berdiri di belakangnya, menatap sang anak perempuan yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain. Sang ayah tersenyum tipis dan membelai rambut Jennie. Tak rela sebenarnya dia melepaskan anak perempuan paling besarnya secepat ini.

"Appa," Setetes cairan bening mengalir membasahi pipi Jennie saat melihat sang ayah yang semakin tua tersebut.

Sang ayah tersenyum, kemudian mengecup puncak kepala dari Jennie, "Kamu baik-baik ya jadi istri orang nanti."

"Terima kasih sudah merawatku selama ini, Appa." Jennie membalikkan badannya dan memeluk sang ayah.

Sang ayah membalas pelukan Jennie dengan erat sebelum dia tidak dapat memeluk anak perempuannya lagi nantinya.

Jennie melepaskan pelukan pada ayahnya dan kembali menatap mata sang ayah yang mulai berkaca-kaca. Dia melemparkan senyumannya pada sang ayah sebelum bangkit dan melangkah menuju ranjangnya. Sang ayah tersenyum sejenak pada Jennie sebelum berjalan keluar meninggalkan Jennie yang mulai menutup matanya.

***

Pagi dengan cepat menjelang. Sinar mentari menusuk masuk kamar Jisoo, membuat Jisoo menggeliat pelan. Matanya perlahan terbuka sempurna. Sesaat kemudian, dia bersandar pada ranjangnya. Matanya kembali terpaku pada dua lembar surat yang dibacanya kemarin. Jisoo tersenyum tipis, kemudian menyelipkan surat tersebut pada lembar pertama dari novel tersebut.

"Aku akan menjadi apa yang kau inginkan, Seulgi. Kau lihat aku dari atas sana ya." Batin Jisoo seraya menutup novel tersebut.

Jisoo bangkit dari ranjangnya dan membuka langkahnya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Lima belas menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi dan menganti pakaiannya dengan pakaian kantornya. Pagi ini, dia terlihat tidak begitu semangat menjalani hari. Tidak seperti biasanya dia yang selalu antusias saat akan berangkat kerja.

"Pagi, Eomma, Appa." Sapanya begitu sampai di bawah.

Sang ibu dan ayah hanya mengangguk tanpa membalas sapaan Jisoo. Jisoo menghela pelan nafasnya. Meskipun anak tunggal, tapi Jisoo tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Waktu kecil, Jisoo dirawat oleh kakek dan neneknya. Sementara kedua orang tuanya sibuk bekerja dan tidak memperdulikannya. Inilah yang membuat Jisoo tumbuh menjadi gadis yang tertutup. Tapi, sang ayah mempercayakan salah satu perusahaannya untuk dipimpin oleh Jisoo.

Jisoo menjatuhkan duduknya di meja makan dan mulai menyantap makanannya. Mereka makan dalam diam. Hingga, Jisoo terlebih dahulu menghabiskan makanannya dan beranjak dari kursinya. Dia melangkah pada rak sepatu dan mengambil sepatunya.

"Aku berangkat duluan, Eomma, Appa." Pamit Jisoo setelah memakai sepatu kerjanya.

Ibu Jisoo menghela nafasnya saat Jisoo telah menghilang dari pandangannya. Dia menatap suaminya yang sedang asyik menyantap makanan sembari menatap ponselnya.

"Apa kita tidak terlalu jahat pada Jisoo?" Ayah Jisoo menatap istrinya sebentar kemudian menggeleng.

"Biarkan dia begitu. Nanti kalau kita manjain dia, dia tidak bisa mandiri."

"Ya terserah kau sajalah."

Setelah itu, mereka kembali menikmati makan mereka dalam diam.

Fallen into You(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang