-09-

3.9K 438 10
                                    

Seorang gadis sedang duduk di sebuah kafe menunggu seseorang yang akan menemuinya. Dia mengetuk-ngetukkan jari tangan kanannya di meja dan tangan kirinya menopang dagunya. Segelas Mochacinno panas menemaninya. Gadis tersebut sesekali melirik ke arah jam yang melingkar di tangannya. Helaan nafas juga terkadang lolos dari mulutnya.

Tak lama kemudian, orang yang ditunggunya menghampiri kafe tersebut. Senyumnya tercetak begitu melihat orang tersebut masuk ke dalam kafe dan duduk tepat di hadapannya. Orang tersebut mengucapkan kata maaf karena telah membuatnya menunggu terlalu lama. Gadis tersebut hanya menggeleng dan berusaha menunjukkan senyuman manisnya.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan Jisoo-ya?" Jisoo meraih tangan orang tersebut dan menggenggamnya erat.

Matanya melihat intens pada mata orang yang ada di hadapannya sekarang. Orang yang telah dua tahun menjadi kekasihnya. Orang yang selalu ada saat Jisoo ingin mengeluarkan uneg-unegnya.

"Oppa," Jisoo menghela sejenak nafasnya, "Maaf menyuruhmu menemuiku mendadak seperti ini."

Orang yang ternyata Jinyoung menggeleng. Dia melihat ada sesuatu yang berbeda dari air muka Jisoo. Seperti ada yang lain dari ekspresi wajah Jisoo. Ekspresi yang menunjukkan kalau dia sedang meragukan sesuatu.

"Soal foto undangan pernikahan Kai dan nona Jennie yang kau kirimkan padaku." Jisoo mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan yang dikirimkan Jinyoung padanya, "Dadaku terasa sesak saat melihat ini. Apa kau bisa kasih tau aku apa itu?"

Jinyoung mendesah pelan. Dia yakin suatu hari, Jisoo pasti akan bertanya seperti ini. Hanya saja, Jinyoung ragu, apakah Jisoo menyukai salah satu nama yang tertera di dalam foto kartu undangan tersebut.

"Kau-menyukai salah satu nama yang ada di foto kartu undangan ini?" Jisoo mengangguk, mengiyakan pertanyaan Jinyoung.

"Siapa orang itu? Atau jangan-jangan, kau menyukai Kai?" Jinyoung mencoba menerka siapa orang yang disukai Jisoo tersebut.

"Bukan," Jisoo menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menyukai Kai."

Jinyoung menaikkan sebelah alisnya. Pikiran Jinyoung hanya tertuju pada satu nama sekarang.

Kim Jennie.

Lalu, Jinyoung kembali menatap intens mata Jisoo, "Kau menyukai Kim Jennie?"

Jisoo terdiam. Meskipun ada rasa suka pada Jennie, tapi dia belum yakin dengan perasaannya itu. Ada alasan di balik kenapa dia melanjutkan pendidikannya ke Paris. Helaan nafas kasar lolos dari mulut Jisoo. Dia menggeleng pelan, kemudian menatap Jinyoung, "Entahlah Oppa. Aku tidak yakin dengan perasaanku sendiri padanya."

Jinyoung tersenyum tipis, sangat tipis. Dia melepaskan genggaman tangan Jisoo. Kepalanya mendadak berdenyut. Mulutnya tercekat, tak tahu harus berkata apa. Kalimat yang sedari tadi disusunnya seolah buyar begitu saja. Padahal, dia berniat melamar Jisoo hari ini. Tapi, niat tersebut diurungkannya saat mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut Jisoo.

"Oppa," Jisoo kembali meraih tangan Jinyoung untuk digenggamnya, "Mianhae. Aku tidak bermaksud melukaimu."

Jinyoung menggeleng, "Aku tau perasaanmu. Jika kau menyukainya, katakanlah padanya sebelum malam pernikahannya nanti." Jinyoung menjeda kalimatnya, "Jangan menahan perasaanmu, Jisoo. Atau kau sendiri yang akan menyesal nantinya."

Jisoo mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tidak pernah lihat pria sebaik Jinyoung. Dalam hati, dia merasa bersalah karena telah melukai hati Jinyoung. Pria sebaik Jinyoung, tidak pantas untuk disakiti olehnya. Dan Jisoo menyesali itu semua.

"Mianhae, Oppa." Sekali lagi, ucapan tersebut keluar dari mulut Jisoo.

Jinyoung berdiri dan memeluk Jisoo yang mulai terisak. Jisoo menumpahkan segala air matanya di pelukan Jinyoung. Pelukan hangat yang selalu bisa membuatnya merasa nyaman.

Fallen into You(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang