"Dia ada di sana." Sang mama menunjuk ke kamar rumah sakit yang ada di lorong. Chaeyoung hanya menatap mamanya datar. Tidak menjawab, dia masih merasa kesal atas pemaksaan yang dilakukan mamanya untuk membawanya ke sini. Yah, setidaknya mamanya menepati janjinya untuk tidak mencoba menemui ataupun mengganggu Jennie lagi.
Chaeyoung lalu berlalu hendak menuju kamar Yeri. Tiba-tiba sang mama memanggil namanya pelan, membuat Chaeyoung menghentikan langkahnya dan menoleh,
"Ada apa mah?"
Wajah mamanya tampak pedih, menghadapi sikap marah anaknya. "Mama minta maaf melakukan ini semua, memaksamu datang demi Yeri, ini semua demi yang terbaik untukmu nak, mama yakin Yeri yang terbaik untukmu begitu juga sebaliknya. Bukan perempuan entah darimana yang tiba-tiba muncul dan membuat keadaan kacau"
"Mama tidak berhak menyalahkan Jennie. Kalau ada yang ingin mama salahkan, itu Chaeyoung." Chaeyoung menatap mamanya dengan pedih, "Dan mama tidak tahu apa yang membuatku bahagia." Chaeyoung bergumam pelan, dan membalikkan tubuhnya, meninggalkan sang mama yang tertegun.
Chaeyoung membuka pintu kamar perawatan Yeri dengan hati-hati. Kamar itu sepi, oang tua Yeri rupanya memilih menunggu di Cafe. Mereka terlalu marah kepada Chaeyoung sekarang untuk bertemu dan menyapanya, tetapi demi Yeri mereka mengalah dan memberi kesempatan Yeri untuk bertemu dengan Chaeyoung.
Yeri sedang tidur. Dan hati Chaeyoung mencelos ketika menyadari betapa kurusnya Yeri. Tubuhnya tampak ringkih dan lemah, dan bahkan pergelangan tangannya yang terhubung dengan jarum infus tampak begitu rapuh.
Seolah-olah Chaeyoung akan mematahkannya kalau dia bertindak sedikit kasar kepadanya.Hati Chaeyoung terasa tersayat-sayat menatap Yeri, dia duduk di kursi di sebelah, mendesah dalam hati. Kenapa kau begitu mencintaiku Yeri? kenapa kau tidak dengan mudah melepaskanku? melupakanku dan meraih kebahagiaanmu? Aku sudah begitu kejam kepadamu, kenapa kau tidak membenciku dan berpaling saja?
Seakan merasakan kehadiran Chaeyoung, pelan-pelan mata Yeri terbuka, buku mata yang tebal memayungi matanya ketika dia berusaha memfokuskan pandangannya.
"Chaeyoung?" Yeri bergumam pelan, tampak terkejut, rupanya orangtuanya tidak memberitahukan kepadanya tentang kedatangan Chaeyoung,
"Hai." Chaeyoung tersenyum, "Aku dengar kau sakit."
Yeri memalingkan mukanya, tampak malu. "Aku tidak apa-apa kok."
Chaeyoung menghela napas panjang, meraih jemari rapuh Yeri dan menggenggamnya, "Maafkan aku Yeri."
Wajah Yeri tampak menyimpan kepedihan yang amat sangat, "Kau selalu meminta maaf kepadaku dan aku akan selalu menolaknya Chaeng" ada air mata yang mengalir di situ, membuat mata Yeri mengerjap, "Tidak ada gunanya permintaan maaf itu, pada akhirnya kau tetap dengan tegas melukaiku dan meninggalkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Rain (Completed)
FanficHujan, Kenapa detak jantungku hanya berdetak saat melihatnya? [remake]