“Jennie?” Chaeyoung memanggil dengan lembut, berusaha mengetuk pintu itu dengan pelan. Dia sudah memencet bel yang ada di samping pintu, tetapi tetap saja tidak ada jawaban.Suasana tetap hening, membuat Cheaeyoung bertanya-tanya dalam hatinya, apa jangan-jangan Jennie tidak ada di sini?
Lalu gerakan itu terdengar, suara langkah kaki yang lemah mendekati pintu. Harapan Chaeyoung langsung melambung tinggi.
“Jennie, apa itu kau?”
Hening yang lama, kemudian suara Jennie yang lemah menyahut dari dalam, “Aku belum ingin berbicara denganmu, Chaeyoung"
Chaeyoung menghela napas panjang, tahu pasti bahwa Jennie akan sangat marah kepadanya, “Jennie, bagaimanapun juga kita harus berbicara.” Chaeyoung mendekatkan dirinya di depan pintu, “Izinkan aku masuk.”
“Tidak.” Jennie menyahut tegas, dan tiba-tiba saja hati Chaeyoung terasa sakit. Apa Jennie tidak memperbolehkannya masuk karena marah akan kebohongannya, atau karena Jennie tidak ingin kehadirannnya menodai kenangannya bersama Lisa?
“Kita harus bicara, semarah apapun kau padaku, kau harus menghadapinya. Aku memang bersalah karena tidak menjelaskan semuanya padamu sebelumnya. Buka pintunya untukku Jennie, aku mohon.”
Lama sekali tidak ada jawaban hingga Chaeyoung memutuskan untuk menyerah dan berbalik pergi, menerima kenyataan bahwa Jennie mungkin belum siap untuk bicara kepadanya. Setidaknya dia cukup lega mengetahui Jennie berada di mana, dan bahwa kondisi Jennie baik-baik saja.
Detik yang sama, ketika Chaeyoung memutuskan untuk pergi, terdengar suara handel pintu dibuka. Chaeyoung menunggu dengan penuh harap, dan pintu itupun akhirnya terbuka.
Jennie berdiri di sana, menatapnya dengan mata sembab. Perempuan itu pasti sudah menangis begitu kuatnya. Tiba-tiba saja hati Chaeyoung terasa mencelos, perih. Dialah yang telah menyebabkan Jennie menangis seperti ini.
“Boleh aku masuk?” Tiba-tiba saja jantung Chaeyoung berdebar, mengantisipasi jawaban Jennie.
Sebagai jawaban, Jennie memundurkan tubuhnya dan memberikan kesempatan kepada Chaeyoung untuk masuk. Chaeyoung melangkah memasuki ruangan itu, matanya mengitari seluruh ruangan. Udaranya masih terasa pengap, mungkin karena sudah sejak lama ruangan ini tidak dibuka. Tapi Jennie sepertinya sudah membuka tirai dan jendela sehingga sirkulasi udara segar sudah masuk, dan karena di luar sedang hujan, suasananya terasa sangat khas, suasana sendu.
Mata Chaeyoung melirik ke arah sofa besar yang sepertinya sengaja diarahkan supaya menghadap ke jendela. Dan Chaeyoung tahu, dia tahu bahwa Jennie dan Lisa sering menghabiskan waktu dengan duduk di sana, menghitung hujan bersama-sama.
“Boleh aku duduk?”
Jennie menganggukkan kepalanya, kemudian memimpin langkah Chaeyoung menuju ke sofa lain, sofa yang berhadapan di bagian depan ruangan khusus untuk tamu. Chaeyoung kemudian duduk dan Jennie mengambil tempat di seberangnya, membuat hati Chaeyoung sakit karena Jennie memperlakukannya seperti orang asing.
“Aku minta maaf Jennie, maafkan aku karena menyimpan semua kebenaran ini darimu, maafkan aku karena membohongimu dan memilih untuk tidak mengungkapkannya sejak awal...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Rain (Completed)
Hayran KurguHujan, Kenapa detak jantungku hanya berdetak saat melihatnya? [remake]