"Pelajaran hari ini lumayan menyenangkan!" Ucap Soo Yuan, sahabat karib Amaya "iya!" Jawaban Amaya membuat Soo Yuan juga senang, "oh ya... kan kau sudah menyelesaikan kelas tambahan! Lagipula ini jam 6 sore, jadi mau pulang bersama?" Tawar Soo Yuan namun dengan cepat Amaya menggeleng "tidak, terima kasih! Aku ada urusan..." ucap Amaya dengan ramah "baiklah!" Soo Yuan melambaikan tangan ke arah Amaya dan masuk ke dalam mobil putih
Amaya melanjutkan langkahnya ke sebuah tempat sepi di sana untuk menelpon Chanyeol, namun niatnya terurungkan begitu Kim Han datang, mantan kekasihnya "Amaya! Jujur! Jangan basa-basi! Apa benar kamu hamil?" Tanya Han langsung to the point, sedangkan Amaya hanya mematung "bagaimana kau tau?" Kalimat itu membuat Han tertawa licik "Eomma mu yang bertanya padaku! Namun aku bilang! Bahwa aku juga baru tahu, dan aku juga bilang kita sudah putus! Eommamu percaya!" Ucap Han dengan wajah tak bersahabat
"Murahan!" Han mengumpat dengan nada membentak, Amaya sangat lemah dengan bentakan, hal itu membuatnya takut "AKU TAHU KAU SUSAH! TAPI SEMUARAH ITUKAH DIRIMU HINGGGA KAU JUAL? MURAH!" Han berhasil membuat Amaya menangis dengan tenaga seadanya Amaya membuka suara "AKU JUGA PUNYA ALASAN! LEBIH JELASNYA ALASAN YANG DI GUNAKAN ORANG MISKIN AGAR TIDAK MENYUSAHI ORANG TUANYA!!!!!!! DAN AKU TIDAK JUAL DIRI!" Bentak Amaya meski suaranya bergetar penuh tekanan "pembohong!" Han menampar Amaya berhasil menyita perhatian seorang pria dengan baju hitam dan masker hitam juga topi di kepalanya, sepertinya pria itu hendak mencari seseorang
"JANGAN GILA! BERANI KASAR DENGAN WANITA!" Ucap pria itu, suara miliknya sangat di kenali Amaya, tepat! Itu suara tuan Park "SIAPA KAU?" Tanya Han dengan nada menantang "WANITA MURAH TIDAK PANTAS DI BELA!" Bentak Han, sekali lagi menampar Amaya, karena sudah tak kuasa menahan emosi, Chanyeol menonjok wajah Han membuat tubuhnya terhuyung ke tanah "JANGAN BERANI SENTUH DIA!" Chanyeol menarik Amaya kedalam pelukannya, Han yang berusaha berdiri pun menghentikan aksinya, Amaya hanya menangis
"Sial!" Han mengumpat, pria itu pergi meninggalkan Amaya dan Chanyeol, "kau tak apa?" Tanya Chanyeol sambil menatap Amaya yang kini masih panik, gadis itu diam tak berkutik masih dengan wajah takutnya "jawab aku!" Chanyeol memohon, Amaya segera menangguk gadis itu memberi isyarat bahwa dia tak apa, namun sepertinya pernyataan itu ditolak oleh Chanyeol begitu ia melihat pipi Amaya yang membengkak, dan sangat merah "ayo ke mobil!" Perintah Chanyeol
•••
Kini Amaya dan Chanyeol ada di rumah, Amaya sedang duduk di sofa sudah dengan baju santainya dan sebuah baskom yang berisi air es dan handuk kecil ada di sampingnya, ia sibuk meng kompres pipinya yang bengkak, "masih sakit?" Chanyeol bertanya "sudah lebih baik!" Jawab Amaya yang kini lebih tenang "aku ada latihan di kantor, malam ini tidur sendiri saja, aku pulang besok pagi, jangan lupa makan.." ucap Chanyeol yang kini duduk di samping Amaya "iya, tenang saja.." balas Amaya
"Oh ya! Hampir saja lupa! Anak ingusan kurang ajar tadi siapa?" Tanya Chanyeol dengan wajah kesalnya "itu, mantan pacar, tenang saya sudah putusin dia tuan! Karena tuan kan bilang mau tanggung jawab, ya kan?" Kalimat Amaya bagaikan air yang menyiram api emosi yang membara dalam diri Chanyeol "oh, sampai kapan kamu panggil aku tuan?" Chanyeol cukup risih dengan kalimat yang terlalu formal itu "entah," Amaya kini beranjak ke dapur, gadis itu ingat kalau ia sedang merebus mie instan, Chanyeol yang merasa di abaikan
Amaya yang sibuk di dapur, mie yang sudah siap di mangkuk, dan kini ia menggoreng ayam yang ada di kulkas, kalian tau kan dia ngidam, Amaya sedang sibuk menggoreng tiba-tiba pipinya memanas ketika kedua tangan Chanyeol melingkar di perutnya, membuatnya membeku seketika, Chanyeol menicium leher Amaya dengan lembut. "Jawab pertanyaan aku, anak kecil!" Chanyeol berbisik "tuan mau di panggil apa?" Suara Amaya bergetar, dengan wajah malunya "panggil aku layaknya pacarmu!" Kali ini Amaya langsung menghadap ke arah Chanyeol kini mereka berhadapan tapi tangan Chanyeol masih memeluk Amaya
"Pacar?" Amaya mengerutkan keningnya, wajahnya memberi arti butuh penjelasan "kan kita akan menikah, kamu lupa?" Ucap Chanyeol, jelas takut Amaya lupa "iya! Aku tahu, tapi kan saya belum cinta! Tunggu sampai saya cinta lah, saya juga lagi usaha kok tuan!" Amaya kembali ke membelakangi Chanyeol dan mematikan kompor lalu memindahkan ayam itu ke mangkok mie "tuan Park, saya mau makan!" Amaya melepaskan pelukan Chanyeol
"Saya ingin anda jadi pacar saya, nona Kim!" Ucap Chanyeol penuh penekanan di setiap kata yang ia ucapkan "semua itu punya alasan! Kalau gitu apa alasan tuan?" Tanya Amaya sambil menaikkan alis sebelahnya, kedua tangan Chanyeol menggenggam sepasang telapak di depannya, membuat sang empunya mendadak beku, "karena... saya hanya mau belajar menghargai kamu, layaknya saya menghargai eomma saya, bagaimanapun, kamu itu wanita yang sedang mengandung anak saya, entah bagaimana awal mulanya, saya harus mulai dari sebuah rasa menghargai, jadi kalau nanti kamu tetap tidak cinta, setidaknya kita bisa saling menghargai, saya hargai perjuangan kamu sebagai calon ibu, dan kamu hargai saya dalam menjalankan tanggung jawab saya..." jelas Chanyeol dengan mata yang tak henti menatap Amaya
"Aku tak pernah dihargai..." batin Amaya seperti di tampar, hampir saja ia menyia-nyiakan seseorang yang mau menghargai dia, sepanjang hidupnya, apresiasi terbesar yang Amaya dapatkan dari orang sekitar hanya pujian lewat kalimat namun tak satupun berarti karena apa yang Amaya lakukan hanya menjadi pembicaraan manis, bukan untuk di hargai, sampai ia mengenal Kim Han, yang baru saja membuatnya lagi dan lagi kecewa. Dan kalimat Chanyeol barusan membuat hangat hatinya
"Tuan hebat merangkai kalimat!" Amaya tertawa parau dengan Air mata yang mengalir, tak dapat di sembunyikan wajah haru yang terungkap apalagi air mata menetes, membuat Chanyeol semakin berharap akan jawaban dari Amaya "aku serius, berusaha merangkai ini supaya kamu yakin... bukankah semua di awali keyakinan?" Chanyeol lagi-lagi membuat Amaya masuk dalam kalimatnya, membuat keyakinan Amaya memaksa mulutnya berkata 'ya!' Semudah itu
Amaya berusaha membendung air matanya yang sepertinya sudah mulai mengalir tanpa ia sadari "jangan takut untuk yakin, karena kesempatan yang kamu berikan untuk saya, akan berarti untuk saya, juga masa depan dia..." ucap Chanyeol sekali lagi kini kedua tangannya memegang bahu Amaya
"Jangan kecewakan aku di kesempatan ini..." lirih Amaya, berusaha tersenyum, Chanyeol memeluk Amaya segera, "terima kasih, ini sangat berharga..." Chanyeol memeluk erat Amaya, yang juga membalas peluknya, kini mereka resmi berpacaran, siapa saksinya? Pastinya kehidupan kecil di dalam rahim Amaya
Setelah selesai berpelukan, Chanyeol masih tak henti menatap Amaya....
cup
Bibir Chanyeol mendarat di atas bibir merah Amaya, gadis itu terdiam, tak bisa membalas, hanya diam, dia masih bingung, Chanyeol tersenyum hingga
"omo......."
Sebuah suara menandakan pintu terbuka membuat keduanya menatap pintu bersamaan dan melepas peluk itu, serentak menatap ke ambang pintu, tepat Jongdae dan Jongin, ada di sana mereka terbelalak "eh? Kami ganggu ya?" Mereka berniat ingin keluar lagi "tidak..." jawab Amaya cepat membuat mereka kembali melanjutkan langkah ke sofa ruang tengah
"Bukannya kalian akan di kantor?" Tanya Chanyeol dengan nada tak bersahabat "tidak... awalnya kami hanya datang untuk memberi semangat, ternyata sudah sangat bersemangat..." jawab Jongin dengan nada jahilnya "untung kita datang, coba saja tidak, bisa—" ucapan Jongdae tercekat begitu mereka melihat Amaya menatapnya geram dengan wajah jutek murni
"Maksudku bisa-bisa nanti Chanyeol telat, kan kita mau berangkat bareng!" Jongdae segera mengelak dari ucapan awalnya, Chanyeol pun memilih segera pergi bersama kedua temannya, lalu Amaya menghabiskan waktunya di rumah besar milik Chanyeol kegiatan pertama yang ia lakukan adalah menghabiskan makanan yang ia masak barusan, lalu bersiap menonton televisi, meski besok sekolah, Amaya terlihat santai saja, jelas ia sudah berada di kelas paling terakhir dalam dunia pendidikan, setelah itu baru menginjak label mahasiswa, minggu depan setelah Olimpiade, Amaya sudah dapat mengambil hasil pembelajaran dan pernyataan kelulusan, berhubung Amaya jenius, kalian tak usah ragu, ya, cukup tuan Park saja
Amaya punya kebiasaan buruk, yaitu ketika ia mengantuk di tempat selain kamar tidur, gadis itu akan merasakan malas berlebih untuk berjalan ke kamar membuatnya malas jalan, sehingga tiap malam Amaya standby di kamar, namun karena terlanjur duduk selonjoran di sofa mahal nan empuk, apa salahnya tidur di situ, lagipula Amaya sempat mengambil selimut di lemari jadi posisi dan keadaan sudah sangat mendukung
Jangan di ganggu dulu ya, Amaya mau berlayar ke dunia mimpi😊
•••
Yoks VoMent nyaaaaaaa
Lop u
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEANNE (ChanyeolRose)
FanfictionHidup ini memang sulit di tebak, menerka masa yang akan datang sesulit itu Chanyeol salah satunya, harapannya selalu jadi nyata tapi untuk kali ini ia harus menelan kecewa karena kebodohannya sendiri Amaya masih mencari jalan menentukan identitas da...