02 : Son of Lucifer

12.6K 1.8K 144
                                    


Forever Yours : 02

( Son of Lucifer )

▪️

Dan pada hari itu aku mendengar ia berkata,”Takdir kita tersemai oleh sesuatu yang lain. Menyerah adalah hal terakhir yang bisa kita lakukan, atau kita akan sama-sama hancurnya di tanah hijau ini.”

(anymous)

▪️

(vote before read please)




🔹🔹🔹

Jungkook bangun dengan suhu dingin yang luar biasa dan hujan gerimis yang menyapa.

Mata bulatnya terbuka separuh seraya menggulung diri lebih jauh ke dalam selimut, ia melirik ke ranjang sebelahnya dan melihat bahwa teman sekamarnya lagi-lagi tidak ada. Bahkan ranjang itu masih bersih dan kondisi sisi lain kamar itu masih sama saja seperti kemarin. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

“Apa dia sedang berada di luar sekolah?” Jungkook bertanya-tanya sendiri.

Pemuda tujuh belas tahun itu bangkit dengan enggan dari ranjang, menarik keluar perlengkapan mandi dari koper yang masih belum dibongkarnya dan membersihkan diri. Menghabiskan waktu sebanyak mungkin untuk memastikan air hangat meresap dengan baik ke porinya, Jungkook melangkah keluar dan memakai seragamnya. Dengan langkah terseok, ia meraih kotak hitam yang ia dapatkan kemarin dan membukanya.

Buku—tentu saja—kertas, alat tulis, peta, dan daftar pelajaran.

Memindai jadwalnya dengan baik, Jungkook mengecek kolom hari Selasa dan melihat tulisan yang dicetak biru; herbal, sejarah dan pertahanan. “Kenapa aku harus belajar herbal? Aku bahkan tidak punya cita-cita menjadi tukang ramuan,” pemuda itu menggerutu. Seketika semakin menyesali keputusannya untuk menyerah begitu mudah dan datang ke sini.

Mendecak keras, ia mengambil buku pelajaran dan meraih tas di dalam koper. Ibunya adalah orang yang membelikan tas itu, berwarna coklat tua berbahan kain kanvas. Entah dimana ia membelinya, yang jelas wanita bersurai madu itu mengatakan bahwa itu adalah tas yang sedang ngetren diantara anak sekolah saat ini dan meminta Jungkook untuk memakainya. Pemuda Jeon tidak peduli sebenarnya, toh ia juga tidak pernah menggunakan hal semacam itu, ia bahkan tidak pernah mengeyam pendidikan formal secara penuh. Satu-satunya pendidikan formal yang pernah ia ikuti adalah sekolah dasar; itu bahkan hanya sampai kelas lima, sisanya ia ditaruh di sekolah alam—hanya namanya, tapi sesungguhnya itu adalah sekolah untuk anak bermasalah—karena Jungkook lebih sering menghajar temannya dibandingkan belajar.

Setelah memastikan seragamnya cukup rapi untuk ukuran siswa-pemberitahuan di kertas mengharuskan tunik militernya dipakai setiap Selasa hingga Jum’at, sementara vest hitamnya wajib dipakai setiap Senin-putra kepala Pack itu keluar dari kamar dan menyusuri lorong menara barat. Dijadwal dituliskan bahwa sarapan pukul tujuh pagi dan kelas baru akan dimulai jam delapan. Dengan pengaturan itu Jungkook masih merasa bahwa akademi ini belum cukup baik, baginya lebih seperti omong kosong. Apalagi dengan dendam membara yang masih ia bawa sejak ia dipaksa pergi dari rumah dan terjebak di sini.

Menahan diri agar tidak menendang sesuatu atau menghancurkan tembok, pemuda Jeon menggerutu, memperbaiki sampiran tas dipundaknya sebelum berhenti mendadak—memandang sosok jakung yang berdiri dengan cengiran di persimpangan lorong.

¬ A Toi Pour Toujours [Forever Yours] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang