04 : First Rejection

9.8K 1.7K 122
                                    

Forever Yours : 04

( First Rejection )


▪️

Tapi komet itu membara bahkan pada pagi hari sekarang, sementara asap kelabu pucat membumbung dari kawah-kawah Dragonmont di belakang kastel, dan kemarin pagi seekor raven putih membawa kabar dari Citadel sendiri, kabar yang telah lama ditunggu namun tak kurang menakutkannya, kabar tentang akhir musim panas.

( Song of Ice and Fire - A Clash Of King)

▪️


(vote before you read please)




🔹🔹🔹

Kali ini saja Jungkook menyerah menjadi keras kepala.

Selepas keluar dari aula, dirinya berjalan—lebih berlari sebenarnya—menuju lantai dua dan menulusuri lorong menuju ruang bicara, kakinya masuk kesana dengan cepat dan membanting pintu keras-keras. Dengan tergesa menuju salah satu bilik dan meraih gagang telepon. Pemuda Jeon menekan nomor yang sudah ia hapal di luar kepala, menunggu nada sambung selama beberapa waktu sebelum menahan nafas saat panggilan diangkat.

"Halo?"

"Ibu?"

"Jungkook?" ibunya diseberang sana diam sebentar, "Ada apa?"

"Ibu apa kita bisa bicara dengan makhluk neraka?"

"Apa?"

"Apa kita bisa bicara non-verbal dengan makhluk lain yang bukan bangsa werewolf? Yang lebih kuat dari kita?" nada Jungkook nyaris frustasi, "Ibu apa kita bisa? Ibu jawab aku."

"Hei, hei," terdengar gerusuk di seberang. "Tenang sayang, easy. Ada apa? Apa ada yang terjadi? Apa ada yang menganggumu? Jelaskan pelan-pelan oke?"

Jungkook memejam, mengatur respirasi dan mendesah. Sebelum menggigiti bibirnya, "Ibu. Aku bisa bicara dengan makhluk lain secara non-verbal."

Hening sebentar. "Bicara? Telepati seperti itu?"

"Iya, seperti yang kita lakukan."

Ada helaan nafas," Dengan siapa?"

"Temanku," jawab Jungkook cepat.

Ada suara pintu terbuka, langkah kaki berdebam sebelum keheningan lagi, "Apa dia seorang roh alam? Werewolf bisa bicara dengan roh alam Sayang, secara khusus. Tunggu sebentar, ibu sedang menuju Shaman Neka. Kau harus bicara dengannya soal itu."

"Apa? Kenapa—,"

"Sebentar."

"Ibu, aku—,"

"Jungkook?"

Pemuda Jeon menjauhkan gagang telepon, melirik sebentar sebelum mendekatkan lagi ke telinga. "Ya?"

¬ A Toi Pour Toujours [Forever Yours] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang