Part 2

108 22 13
                                    

Tampaknya ke empat cowok ini terlihat meringgis dengan lebam-lebam membiru di seluruh wajah mereka.

Malam ini mereka kembali tawuran lagi. Sebenarnya bukan ini kemauan mereka, percuma membuang tenaga saja dengan sia-sia. Tetapi bagaimana jika orang sabar batas kesabarannya telah habis? 

"Anjirr muka gw kek kena cat biru." 

Ucap salah satu cowok berkaos navy yang sedang meneliti wajahnya di cermin kecil di tangannya itu. 

Satya Pradipta. Cowok yang sangat merawat wajahnya ini agar terlihat tampan di mata wanita-wanita. Di antara ke tiga sahabat lainnya, Satya memang sosok yang suka merawat diri terutama bagian wajahnya menurut ia wajah merupakan prioritas keduanya, sehingga Raka sering mengejeknya dengan sebutan banci kaleng-kaleng.

Seringkali mereka juga bingung dengan sebutan Raka kepada Satya pasalnya mereka hanya tau banci saja, tetapi tidak tau kaleng-kalengnya dan saat itulah Raka menjelaskan karna kaleng-kaleng adalah wujud asli Satya saat perawatan wajah

Dan seketika itu meraka ramai-ramai mengejek Satya.

"Seharusnya itu kita ngebuat mereka lebih parah dari ini, patah tulang misalnya kan? biar mereka kapok"

Ujar cowok bule berbalut jaket jeans sobek di lengannya, yang sedang meringis menahan sakit akibat sobekan yang lumayan besar di bibirnya itu.

Anjasvaro Merquez. Lelaki blasteran Inggris-Indonesia, tetapi anehnya wajahnya tidak kebulean seperti biasanya begitu pula dengan rambutnya, hanya saja cowok ini suka mewarnain rambutnya.

Jika Raka mengejek Satya dengan banci kaleng-kaleng lain pula dengan Satya yang mengejek Anjas dengan sebutan putra malu. Menurut Satya, Anjas adalah lelaki yg banyak melebihi bacot dengan artian suka ngompor tapi pas harinya diam bak orang tak memiliki dosa sama sekali, dan satu lagi Anjas adalah tipe yang malu-malu di awal jika ia berkenalan dengan gebetannya, padahal akhirnya ia adalah fakeboy kedua setelah Satya

"Yaudah malam ini ngobatin dulu luka-luka lo pada, jangan bikin ni rumah gw jadi ruang intograsi ibu-ibu"

Ujar lelaki yang sedang bersandar di sofa sambil memijit pelipisnya. Malam ini Raka Setiawan tak terlalu memedulikan parasnya. Yang ia peduli sekarang adalah para ibu-ibu dari kedua sahabatnya.

Siapa lagi kalo bukan Anjas dan Satya. Bagaimana tidak di buat pusing, setiap mereka lagi mengadakan acara perkelahian, berakhir dengan wajah penuh lebam dan berakhir pula di rumahnya ini yang mereka jadikan matras perkumpulan, mama Satya dan Anjas selalu datang ke rumahnya dengan tujuan menanyai berbagai pertanyaan.

Dan pertanyaan yang selalu aktiv adalah "gimna bisa luka semuanya kaya gini"
dan untuk megatasi itu Raka harus cukup ekstra sabar.

Dan kalian tau, yang dilakukan kedua sahabatnya itu hanya menepuk bahunya, memasang wajah bagai bayi polos, menjadikan ia sebagai temeng untuk menyelamtakan keduanya. 

Kini beralih ke Devan Prasetyo cowok yang memakai hodie hitam itu hanya diam sambil menekan kapas putih di lebam sudut bibir kirinya, Devan tak banyak berbicara, lelaki ini memang dingin dan sekali berbicara omongannya selalu pedas dan ketus.

Diantara ke empat sahabatnya Devan adalah sosok yang tak mau ambil pusing dia selalu enjoy, walupun wajahnya itu penuh dengan lebam dan sobekan. Akan tetapi, dengan tatapan tajamnya  itu kadang memuat orng-orang menciut

Devan  beranjak, memakai helmnya kembali dan megambil kunci motornya,
"Entar besok aja di sekolah". Ucapnya 

Hanya itu yang di ucapkan Devan.

Setelah itu, ia berjalan keluar dari rumah Raka.
Hari ini dirinya membutuhkan istirahat total, tubuhnya terasa remuk, apalagi waktu tawuran ia mendapatkan  pukulan cukup keras di di puggungnya

"Oh come on dude" bahkan  teriakan Anjas tak di hiraukan Devan, setelah menghilang di balik pintu.

Dan yang di lakukan  ke dua  sahabatnya hanya mengeleng-geleng kepala seakan paham betul dengan sikap Devan.
-----------------------------

Di tengah perjalanan, kepala Devan terisi banyak retetan pertanyaan. Yang pertama kenapa tadi mereka para musuh itu tiba-tiba menyerang mereka, yang kedua kenapa juga tadi ban motor yang dipakainya bisa bocor, bukan hanya Devan tetapi, ke tiga sahabatnya itu pun terkena imbansnya. 

Herannya ban mereka bocor pada saat yg tak tertentu, dir.hnya yakin pasti ada unsur kesengajaan, Dan yang terakhir yang sering Devan pikirkan adalah ia selalu mendapatkan teror sms dari nomor yang tak di kenal dengan isi pesan singkat mati itu saja. Pesan singkat yang sering menerornya dua bulan belakang ini.

Menggeleng kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran buruk itu, setidaknya dipikirkan nanti setelah ia merebahkan tubuhnya dengan nyaman di rumah.

"Shit"

Umpatan itu keluar dri mulut Devan secara spotan, ia membanting stir motornya ke kiri, akan tetapi sialnya keseimbangnya tak terjaga sehingga menyebabkan dirinya oleng bersama motor Klxnya. Bertambahlah sudah keremukan seluruh tubuhnyd, di tambah lagi dengan body motor mendindas kaki kirinya.

 ia merringgis melihat kaki kirinya yang tertindas body motor, Dengan upaya mengunakan kedua tangannya Devan mencoba menarik kembali kaki kirinya dan untunglah usahanya tidak sia-sia. 

Menahan kesal ia a kan di beri seribu umpatan  kepada pengguna mobil avanza putih yang menabrak motornya, Entah kenapa hari ini emosinya menjadi tak stabil.
                 
                   ****

Memejamkan matanya sebentar untuk mengontrol kepanikanya agar tak lebih menjadi-jadi, bisa gawat kalau ia menangis di sini, kembali membuka matanya dan meyakinkan dirinya, Tania keluar dari mobilnya meskipun dengan tubuh gemetaran.

Tania melihatnya. Orang yang ia tabrak adalah seorang cowok  yang mungkin seumuran dengan dirinya, cowok  ini tampak menyeramkan dengan pakaian serba hitam akan tetapi wajahnya tertutup dengan helmnya.

ia meneliti setiap jengkal tubuh cowok  itu, tanpa sadar rasa paniknya berkurang sedikit, cowok yang di depanya ini tidak mengalami cedera di bagian tubuhnya, tetapi saat pandangan Tania jatuh ke celana kedua lutut lelaki itu mulutnya menganga terdapat sobekan dan bahkan ada darah.

Dengan menghitung dalam hati, aktivitas yang sering ia lafalkan ketika rasa panik dan gugup melandanya. Dirasa cukup, ia mengambil langkah lebih dekat untuk memastikan keadaan pemuda meyeramkan itu.
            
                      ****

"Klo- ucapan yang hmpir terlontar, berhenti seketika.

Bagaimana ia mau memberi umpatan yang sejak ia tahan tadi tertahan, lidahnya kelu. Bagaimna tidak ?  jika kalau yang keluar dari mobil itu adalah gadis mungil yang mungkin hanya sebatas dadanya saja,  gadis yang memakai atasan kaos hitam dan rok selutut di tambah dengan snekers putih yang di kenakannya.

Tak mungkin jika dirinya harus memberi umpatan pada seorang perempuan.

Kini dirinya mencoba mengontrol emosinya, tak mau salah melampiskan pada gadis yang matanya memancarkan ketakutan.

Untuk itu ia memilih mengambil jarak lebih dekat dan sebelum langkah kedua ia ambil mata cokelat madu gadis itu sudah berkaca-kaca, cukup terkejut melihatnya dan tak bertahan sampai di situ gadis itu terlihat gemetaran, ia yakin sekali bentakan gadis ini pasti menangis.
________________________
____________
________

 ____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment

Hapy Reading

DEVTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang