Ke empat cowok ini sedang duduk di bangku paling pojok kelas dengan Satya yang memegang botol kosong di tanganya. Rupanya Ibu Fitri sedang sakit hari ini, dan semua siswa pun merayakannya.
Ada yang sibuk dengan ponsel mereka, tidur di pojokan kelas, dan para cewek yang bergosip.
Satya, memutar kursinya menghadap ke dua sahabatnya
"Oke Truth Or Dare
Lagi, permainan bodoh yang selalu di hindari Devan, dan menjadi kesenangan Satya dan Anjas. Permainan yang mencengah kegabutan Satya jika guru behalangan tidak masuk.
Untuk itu ia memilih memejamkan matanya menikmati alunan musik yang terputar di ponselnya, tidak mau mengikuti permainan bodoh itu, namun tendangan di kursinya membuat ia berdecak kesal.
"Eits ikut Van, dan lo Rak ngak usah pura-pura baca buku".
Bahkan Raka juga sama sepertinya menghindar. Menghembuskan nafasnya pasrah untuk mengikuti permainan ini.
"Oke gw hitung ya 1,2,3".
Botol yang di putar Satya berhenti tepat pada Raka, dan ia bersyukur untuk itu.
Namun terkekeh saat Raka terlihat berdecak"Oke. Trut or Dare"
Kalimat to the point itu di ucapkan Satya dengan senyuman jenakanya.
"Truth".
Senyuman miring tercetak di wajah menjenkelkan Satya, sendangkan Anjas memberikan tatapan berbinarnya tak sabar untuk bertanya pada si dingin ke dua ini.
"Gue yang nanya. mukanya biasa aja dong bro".
Tawa kecil yang di keluarkan ke tiga manusia itu membuat Raka semakin jengkel
"Udah sampe mana lo sama tu cewe seleb"
Devan terkekeh. Sudah di bilang pertanyaan yang tak masuk akal itu keluar dari mulut Anjas, aplagi tampang Raka yang semakin datar.
Hanya gelengan kecil yang di berikan Raka, merasa dirinya harus menyelesaikan permainan bodoh ini.
"Jangan ngadi-ngadi lu, Ngak sejauh apa yang ada di pikiran lo anying baru nyampe pipi sama kening".
Perkataan Raka mengundang tatapan takjub Satya dan Anjas, tak mengira sahabatnya yang kutu buku ini sudah mengambil langkah yang cukup jauh. Apalagi dengan gadis terkenal di Sma Taruna.
"Selangkah lagi Rak"
Tepat saat ucapan menyebalkan itu keluar, Sebuah lemparan botol mengenai kepalanya.
Devan meringis melihat Satya yang terkena lemparan, tetapi memang Satya adalah orang yang tak pernah kalah semangat, liat saja tingkahnya saat ini yang sedang menggoda Raka.
"Oke. lanjut ".
Putaran botol kini berlanjut berputar, berbagai ekperesi yang di tunjukan empat cowok ini terlihat bermacam-macam.
Berbeda dengan Satya dan Anjas yang tampak antusias, sedangkan Raka dan Devan tampak antisipasi. masih mendingan Raka yang sudah melewati massanya, tapi apalah daya Devan yang harus merafal berbagai mantra dalam hatinya.
Namun sialnya Dewi Fortuna sedang tak berpihak padanya hari ini. Sehingga botol kosong itu tepat mengarah ke arahnya, ia merutuki Satya dan Anjas yang memasang wajah seakan mendapatkan undian milyaran, dan Raka ternyata cowok itu diam-diam menahan tawanya.
"Oke bosku,mau pilih mana truth or dare?"
Senyuman miring yang di tunjukan Anjas membuat Devan berdecak tau akan kejahilan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVTA
Jugendliteratur[ VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW ] NO PLAGIAT PLEASE ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Kecerobahan kedua dan pertolongan pertama, nyatanya membuat gadis berambut pirang itu harus terjebak bersama ketua genk SMA Taruna. Berawal dari rasa muak, melihat gadis berambut...