Gugup. Hal yang dilakukan Tania sedaritadi, pasalnya cowok di depannya ini hanya diam. Dan lidah Tania terasa keluh untuk mulai berbicara.
Lagi ia menghitung di dalam hati, sebelum ia mengangkat kepalanya.Hanya dua detik, dan buru-buru Tania menunduk lagi. Tatapan datar dari pemuda ini seakan menghukumnya karena melakukan kesalahan besar.
Dengan kedua telapak tangan yang saling bertaut, gelisah untuk kata maaf saja ia tak bisa ucapkan, karena takut dengan tatapan super datar itu.
Sibuk dengan ketakutannya dan tak menyadari pemuda di depannya jengkel dengan sikap gadis ini.
"Ckck, lain kali, kalau ngak tau bawa mobil ngak usah berlaga bawa"
Decakan dan perkataan sinis itu menyadarkan Tania dari pemikirannya. Ia mengangkat kepalanya dan yang ia lihat cowok itu sudah memutar badanya bersiap untuk pergi. ia ingin mengucapkan permintaan maaf, namun sungguh ia terlalu gugup dengan keadaan sekarang ini di tambah lagi dengan aura kelam cowok itu seakan ingin memakannya. Sehingga yang bisa Tania lakukan hanya memandang cowok tersebut yang telah menghilang.
Kedua bahunya yang sedari tadi tegang, kembali lunglai kebawah, kini rasa bersalah menyelimuti hatinya. Merasa belum bertanggung jawab, dan bahkan permintaan maaf pun belum ia ucapkan
****
Sepi, itu adalah hal pertama saat Devan menginjakan kaki di rumahnya, seakan terbiasa dengan suasana ini setiap harinya. Karena orang tuanya yang sibuk bekerja di luar negri. Mungkin hanya sebulan 2 kali orangtuanya pulang ke rumah.
Berjalan menuju kamarnya, untuk beristirahat, kepalanya sungguh pening dengan kejadian-kejadian hari ini yang menguras emosinya. ia butuh mandi untuk menjernihnya pikirannya, belum lagi kini motor kesayanganya itu lecet.
Dengan rambut setengah basah, ia berniat untuk langsung tidur saja, namun niatnya terhenti sejenak melirik layar benda persegi miliknya menyala dan terdapat satu pesan yang lagi-lagi tak berhenti menerornya.
" lo bakalan mati"
****
Cowok berkacamata ini sedaritadi memperhatikan sahabatnya.
Memutar matanya jengah atas mulut cerewetnya yang tak bisa diam. Memilih untuk membaca bukunya kembali, sampai goyangan dari lengannya memaksa ia menatap gadis di sebelahnya dengan malas
"Yo, dengar ngak sih".
"Dengar ini Ta, punya kuping juga"
Dengan bibirnya yang ia majukan, terlihat mengemaskan jika seseorang yang melihatnya. Tapi tidak dengan manusia yang satu ini. Kesal curhatanya tak di respon dengan baik, dengan murungnya ia menjatuhkan kepalanya di meja.Aryo yang tak tega dengan wajah murung itu kembali memfokuskan tatapannya, ,mencoba mendengarkan ocehan pagi dari sahabtnya ini
"Ta tu cowok cuman lecet dikit doang, ngak sampe mati".
"Tapi kalau orangnya lapor polisi, gimana yo? aku bakalan masuk penjara"
Mengusap wajahnya kasar, tak mengerti lagi dengan otak polos gadis pirang ini. Memberi jitakan di kepala gadis ini sebelum mengacak rambut pirang itu dengan gemas.
"Astaga Tania, ngak bakalan masuk penjara. Ngak usah lebay".
Bertambah sudah kekesalannya, meninju bahu sahabatnya dengan kepalan mungilnya yang tak seberapa itu, kembali lagi menjatuhkan kepalanya.
Aryo mengehembuskan nafasnya pasrah, tak tahan dengan sikap Tania yang satu ini kala ia sudah mendapat masalah dan hanya satu yang terpintas di kepalanya yang bisa membuat modd gadis ini menghilang meskipun ia harus kehilangan berlembar-lembar uang di dompetnya
"Istirahat gw traktir di kantin".
Benar saja, Seakan mendapat lotre jutaan, Tania kembali menegakan tubuhnya dengan senyuman mautnya yang dapat meruntuhkan pertahanan seseorang, menatap Aryo dengan tatapan berbinar.
"Apa aja kan yo?"
Aryo menggeleng kepalanya pelan tak mengerti dengan gadis spesies ini, kemana wajah murung tadi?
****
"Sesuai aturan kita, diam aja. Mereka berulah, baru kita bergerak"
Ke empat cowok yang sedang duduk di bangku pojok kantin membicarakan hal-hal mengenai genk mereka.
Mendegar ultimatum yang di sampaikan bos besar mereka saat ini.
"Jangan cari masalah"
Sindiran itu menyadarkan cowok yang sedang memberikan kedipan mata pada rombongan cewek cantik yang baru memasuki kantin.
"Ceilah ngerti gua Van. Ngerti".
" Tapi ye sebelum itu kita harus nyari tuh orang-orang berasal dari gengk mana? timpal Anjas "
"Benar juga, cari dulu deh, terus entar kita diam-diam ngikutin mereka" ucap Satya sambil memasukan kacang rosta kedalam mulutnya.
" Tuh motor lo kemana? Tanya Raka yang sedaritadi membaca buku entah apa yang cowok itu baca. Ketiga cowok itupun menatap Devan meminta jawaban atas absenya motor kesayangan bos besar mereka.
"Bengkel, lagi mogok" jawab Devan santai, ia menggedarkan pandanganya melihat orang-orang yang semakin padat memenuhi kantin sampai pandangannya terhenti pada sosok gadis yang sedang tertawa bersama seorang cowok berkacamata.
"Kek pernah lihat"
____________________
_________________
________________Jangan lupa vote dan comment
"Happy Reading"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVTA
Teen Fiction[ VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW ] NO PLAGIAT PLEASE ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Kecerobahan kedua dan pertolongan pertama, nyatanya membuat gadis berambut pirang itu harus terjebak bersama ketua genk SMA Taruna. Berawal dari rasa muak, melihat gadis berambut...