Part 6

47 4 0
                                    

Meringgis pelan, akibat luka robek pada sudut bibirnya yang berdenyut nyeri, belum lagi dirinya mendapatkan pukulan bertubi-tubi di wajahnya, ia menghembuskan nafasnya melirik Anjas sahabat gilanya ini yang terkapar pingsan.

Entah masalah apa yang ditimbulkan sahabatnya ini, apalagi ia mencium bau alkohol di tubuhnya. Sehingga melibatkan dirinya berakhir dengan penggeroyokan ini dan sialnya ia tak mampu melawan pemuda-pemuda bertato yang berjumlah cukup banyak dan untungnya nyawa ia dan Anjas tak melayang akibat pertolongan konyol yang cerdik dari gadis yang masih menatap dirinya dengan dahi berkerut.

Tak bisa menahan decakannya, melihat gadis yang sampai saat ini ia tak tau namanya, terlihat lamban yang belum bangkit dari lamunanya, untuk itu ia memilih berdiri walaupun harus berjalan tertatih-tatih, dan belum sampai ke tujuannya, sambaran di pergelanggan tangannya menggurungkan niatnya.

"Kamu mau kemana? ujar Tania, yang nampaknya gelisah akan cowok ini yang sudah tertatih pelan

"Teman gue" Ucap Devan singkat

"Diam di sini, biar aku aja". Devan hanya bisa menghembuskan nafasnya, membiarkan gadis ini mengambil alih  Anjas

Mengerti  akan dirinya dengan kondisi yang cukup memilukan, Devan melihat gadis itu melirik Anjas sebelum ia melepas cekalannya dan berjalan kemudian berjongkok.

Bagamina ia menatap gadis itu yang meringgis melihat kondisi Anjas, tangan kanan Anjas ia selipkan di bahu mungilnya dan mencoba mengangat tubuh anjas yang tak mampu jika gadis itu yang mengankatnya, sesekali gadis itu menggerutu dengan mulut yang ia manyunkan terlihat lelah atas usahanya yang tak jadi-jadi. Gemas akan gadis itu Devan mengambil langkah tertatih membantu memapah anjas.

Gadis itu sempat terkejut sesat dan bertanya "Di bawah kemana?"

"Motor gue di persimpangan."

"Pake mobil aku aja, ngak jauh dari depan jalan ini, kasihan teman kamu". Tawar Tania, merasa iba atas kedua cowok ini dengan kondisi yang mengenaskan

Entah kesialan atau keberuntunganya hari ini sehingga lagi, ia harus bertemu gadis ini lagi. Tak mau berdebat lagi Devan memilih mengikuti  gadis ini.

                                                                                     ****

"Jalan garuda, pas belokan rumah kedua cat warna hijau, ngak usah kerumah sakit".

Ucapan dengan nada lelah itu terlontar di kala ia memasuki mobil dengan aroma stroberi, yang seketika membuat ia sedikit nyaman.

Tak ada respon dari pendengar membuat  Devan yang sedaritadi memejamkan matanya.Terbuka. Ia menatap gadis yang terlihat bingung, Oh astaga ia lupa jika gadis yang menabarak motornya, tak heran lagi jika gadis tak tau arah jalan.

Dahi Tania berkerut, terlihat asing dengan jalan yang disebutkan cowok di sampingnya ini, pasalnya dirinya tak pernah lewat jalan tersebut. Namun sebelum pikirannya berlabuh mencari jalan tersebut namun suara yang terdengar  kesal itu telah mendahuluinya

"Google maps aja dan--
berhenti di ujung kalimat Devan melirik kemudi stir yang sudah gadis itu pegang.
fokus jangan buat nyawa lo juga melayang".

****

Keheningan menyelimuti kedua manusia ini, hanya suara angin Ac mobil  yang terdengar, tak terbiasa dengan suasana ini karena biasanya Tania akan mengoceh dimanapun ia berada.

Dan entah kenapa khusus hari ini mulutnya terkatup rapat, mengerti akan situasi saat ini yang tak cocok untuk dirinya sebab cowok di sampingnya ini yang terlihat lelah fisik, Tania  melirik cowok itu dan meringgis melihat sudut bibir cowok itu yang tadinya berdarah kini perlahan mengering. Tangannya pun sudah tak tahan lagi untuk segera menutupi luka itu dengan plester bermotifnya.

DEVTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang