"Kamu yakin ngak mau bawa mobil sendiri?katanya mau bawa sendiri pas malam itu"
Sial, ditanya seperti ini membuat Tania linglung. Ingatannya kembali di saat malam yang hampir membuat ia menangis apalagi rasa bersalahnya belum tertuntaskan.
"En..gak Bun, belum ada SIM juga".Ujar Tania gugup.
"Tapi kan-
"Bun udah nyampe". Tania berujar cepat ia tak mau lagi memberi alasan kepada Bundanya akibat dari kebohongan yang ia simpan rapat itu. Dan untuk itu ia memilih keluar dari pintu mobil
"Duluan yah Bun, mau ketemu Aryo. Sayang Bunda"
"Yasudah, entar pulangnya telepon mang ujang yah biar dia yang jemput kamu nanti" Ucap Bunda sambil mengelus kepala anaknya dengan sayang
Tania mengganguk kepalanya."Siap Bun"
Setelah memberi salam kepada Bundannya, Tania berjalan lemas menelusuri lorong sekolah. Ia merasa cemas memikirkan kejadian dua minggu lalu dan ia juga belum menemukan cowok itu untuk meminta maaf.
Menghembuskan nafasnya panjang, Tania menegok akan suasana lorong sekolah rupanya sekolah masih sepi. Dirinya sengaja untuk datang lebih pagi karna ia harus menyelesaikan tugas wajibnya.
Seakan teringat bahwa ada seorang penyelamatnya di pagi buta ini wajah Tania berbinar seketika. Ia melangkah cepat menuju kelasnya, dan tebakannya benar rupanya penyelamatnya itu sedang duduk manis di bangku paling pojok dengan kedua earphone putih di kedua telinganya, ditambah lagi sebuah buku di atas meja.
Memasang wajah senyum satu wattnya Tania berjalan menghampiri sosok itu
"Selamat pagi Aryooo". Dengan cengiran lucunya ia menatap Aryo yang sedang memejamkan matanya. Dan yang di panggil tetap diam, mencoba sekali lagi dengan wajahnya yang masih penuh senyum itu "Yooo selamat pagiiiii".
Suaranyapun ia tinggikan, kesal dengan sikap Aryo yang acuh. Untuk itu sudah tidak lagi senyum satu wattnya, Tania melepaskan earphone kanan yang dikenakan sahabatnya itu.
"Apasih Ta? pagi-pagi udah berisik?".
Tania memutar matanya malas. "Udah orang bilang selamat pagi juga, makanya earphone kamu tuh dilepas dulu biar kedengaran".
Berdecak kesal akan gadis cerewet di depannya ini, paham betul aktivitas seorang Tania di Pagi Buta. " Tuh udah gw siapin, dudukl manis terus nyatet ngk usah berisik dan-- berhenti sebentar Aryo memutar matanya melihat tampang seorang Tania yang minta di tampol. Ngak usah yah make tampang-tampang ngak ada dosa kaya gitu".
"Gimana sih Yoo...ini itu trik. T.R.I.K Yooo biar kamu luluh"
Gemas akan gadis ini Aryo menyentil kening Tania
"Ishhhhh sakit Aryoo"
Tak memedulikan aduhan gadis itu yang sudah mulai menyalin catatannya, Aryo kembali melihat ponselnya yan kini terdapat pesan dari mamanya.
"Oh iyah yoo kamu ingat cowok yang waktu itu yang bajunya basah?
Masih fokus dengan ponselnya Aryo berguman. "Hmm yang mana?".
"Yang ngak sengaja air minum aku kena bajunya dia".
Sempat terdiam beberapa detik, Aryo kemudian memutar tubuhnya menghadap Tania yang sedang masih menulis itu.
"Devon?" tebak Aryo. "Kenapa"?
Tania mengganguk kepalanya" Jadi namanya Devon".
"Ckkk, jadi ngapain sama dia"?
Tania meletakan Pulpennya dan ia memutar tubuhnya menatap Aryo yang juga menatap ia penasaran
" Jadi gini, kemarin malam aku ketemu sama cowok itu dan dua orang cowok lagi di gang sempit sebelah club malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVTA
Teen Fiction[ VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW ] NO PLAGIAT PLEASE ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ "Kecerobahan kedua dan pertolongan pertama, nyatanya membuat gadis berambut pirang itu harus terjebak bersama ketua genk SMA Taruna. Berawal dari rasa muak, melihat gadis berambut...