Part 7

7.8K 174 4
                                    

WARNING

Ini adalah cerita pertama ku di wattpad so sebelum membaca cerita ini aku minta maaf jika ada hal yang kurang berkenan , menyinggung ,dan membuat kamu kurang nyaman.

Cerita pertama ku ini Murni tanpa jiplakan ,Plagiarisme, dan Copy-Paste dari karya cerita pengarang lain walaupun mungkin banyak alur/tokoh cerita sama dengan karya-karya pengarang lain.

*****


Wajah Asya diterpa oleh sinar matahari. Hidung mancungnya membuat Asya semakin menawan ditambah satu set pakaian golf bermerek Kilo Tango membuat Asya semakin cantik. Tidak heran gadis keturunan belanda dan Indonesia itu semakin mencuri perhatian.

Asya menyipitkan mata hazelnya melihat seperti ada yang menghalangi sinar matahari menerjang kulit mulusnya. Bayangan telapak tangan yang membuat kulit putih Asya sedikit terlindungi oleh paparan terik matahari.

"Panas."

Asya mendongak melihat seorang Raga Geraldo Darmawangsa yang telah melakukan hal tersebut kepadanya. Bukankah ini sedikit perlakuan hangat dari Raga kepadanya?

"Heum-"

"Asya suka."

Asya mengalihkan pandangannya. Asya sangat gugup jika Raga menatapnya seperti sekarang. Mata elang Raga sangat ketara jika intens melihat seseorang. Warna bola mata Raga yang benar-benar gelap membuat siapun yang ditatapnya seakan-akan sedang diintimidasi olehnya.

Asya terkejut ketika melihat pergerakan Raga yang duduk tepat di sebelahnya. Asya sedikit menggeserkan tubuhnya. Bukankah tidak baik jika terlalu berdekatan?

"Kenapa?"

Terlalu singkat bagi Asya namun pasti tepat sasaran. Itulah seorang Raga yang baru saja Asya kenal selama beberapa minggu ini. Asya dapat melihat Raga dari dekat seperti saat ini. Raga bak patung dewa fortuna yang mampu menggoyahkan hati para mahkluk di muka bumi ini. Kenapa pahatan wajah Raga terlalu sempurna? 

"Ka-karena bagi aku matahari itu sebenarnya menyedihkan."

Raga menatap dalam wajah Asya dari samping. Asya yang menyerahkan wajahnya ke arah matahri membuat Raga dapat melihat anugerah terindah yang tuhan ciptakan ntuk pasangan Asya nantinya. Bolehkah Raga menyerah untuk masa lalunya?

"Matahari itu sebenarnya lebih banyak yang tidak menyukainya dibandingkan menyukainya. Saat malam malah digantikan oleh bulan, saat siang malah disembunyikan oleh awan-awan. Bahkan hujan pun enggan dia berada untuk bersamanya."

Asya menghela nafas pelan sambil tersenyum.

"Asya ingin menemani spesies yang seperti itu di hidup ini."

Raga tersenyum sambil menunduk. Asya memejamkan matanya ikut menyerahkan wajah nya ke arah matahari.

"Kenapa?"

Kini giliran Asya yang bertanya kepada Raga. Kenapa Raga seperti mengikutinya? Padahal tadi Raga yang memilih menghalangi wajah Asya dari paparan sinar matahari.

"Nothing."

Raga menatap Asya. Sekarang mata mereka saling beradu tatap. Entah bagaimana rencana tuhan yang menyebabkan mereka bisa dengan posisi yang sedekat ini.

RAGASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang