Part 2

18.4K 501 17
                                    

WARNING

Ini adalah cerita pertamaku di wattpad so sebelum membaca cerita ini aku minta maaf jika ada hal yang kurang berkenan, menyinggung, dan membuat para readers kurang nyaman.

Cerita pertamaku ini Murni tanpa jiplakan, Plagiariasme, dan Copy-Paste dari karya cerita pengarang lain walaupun mungkin banyak alur/tokoh cerita yang sama dengan karya-karya pengarang lain.

*****


"uhh, lega banget rasanya" 

"Astaga! Kak Darren apa gaada niatan mau nyariin aku ya?"

Padahal tanpa Asya ketahui sedari tadi darren mencari Asya ke penjuru sekolah. darren sangat khawatir dengan Asya yang masih belum mengenal sekolah barunya ini.

"Kamu?"

Tatapan mata Asya yang terkejut melihat lelaki yang bersender di dinding seberang toilet wanita sambil melipat tangannya ke dada bahkan lebih tepatnya seperti sedang menunggu seseorang.

"Mau balas dendam ya?"

Asya dengan jari telunjuknya yang sejajar dengan hidung Raga membuat mata tajam raga semakin tajam melihat Asya.

"Gue gasuka ditunjuk" 

Raga sama sekali tidak membentak Asya tetapi suara Raga yang berat membuat Asya gugup seketika.

Asya menurunkan jarinya perlahan. Suasana saat ini benar-benar canggung bagi Asya. 

"Nama lo?" 

Asya yang mendengar itu sontak langsung teringat dengan perkataan mamanya saat ia masih kecil dimana ketika ada orang yang bertanya nama, alamat, dan menawarkan permen maka jangan diladeni karena itu penculik. What!

"Jawab gue!" Balas arga penuh penekanan.

Asya terkejut karena tidak pernah dia merasakan bentakan dari keluarganya sama sekali. Asya berusaha menetralkan keterkejutannya.

"Ka-kata mata, ga-gak boleh kasih tahu nama kak so-soalnya bisa jadi itu penculik."

Asya sangat kesal ketika dia tidak bisa berkutik sedikitpun dihadapan kakak kelasnya di hari pertamanya. Dapat Asya lihat dengan simbol XII di seragam lelaki di hadapannya ini maka sudah pasti lelaki ini pasti kakak kelasnya.

"Asya!"

Untung saja Darren datang tepat waktu, Asya tidak perlu berlama-lama untuk meladeni kakak kelasnya yang benar-benar tidak jelas ini.

Darren menatap Raga, sahabatnya yang memiliki ribuan pertanyaan kepadanya.

"Kakak antar kamu ke kelas ya?"

Asya hanya mengangguk pelan. Ketika berbalik Asya melirik Raga yang masih setia menatapnya. Asya seperti pernah bertemu tetapi terasa asing jika diingat kembali bagi Asya.


☂︎☂︎☂︎


RAGASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang