Part 3

15.7K 436 10
                                    

WARNING

Ini adalah cerita pertama ku di wattpad so sebelum membaca cerita ini aku minta maaf jika ada hal yang kurang berkenan,  menyinggung, dan membuat para readers kurang nyaman.

Cerita pertama ku ini Murni tanpa jiplakan, Plagiarisme, dan Copy-Paste dari karya cerita pengarang lain walaupun mungkin banyak alur/tokoh cerita sama dengan karya-karya pengarang lain.

*****

"Lo masih Raga yang sama."

Darren mengambil sebatang rokok yang Darren pun tidak mengerti semencandukan itu nikotin laknat baginya.

Darren mulai merokok sejak kelas sepuluh dimana Darren bertengkar dengan Kevin, kakaknya. Pada saat itu Darren yang mendengar perihal Asya yang sedang kurang baik kesehatannya dan ada kesepakatan keluarganya yang benar-benar ditentang oleh Darren dan masih sampai sekarang itu menjadi rahasia keluarga terbesar yang ia telan pahit-pahit.

Raga hanya menganggukkan kepalanya. Iya dia tetap dengan Raga yang sama. Raga yang tidak bisa melakukan apapun, Raga yang tidak bisa memilih sebuah pilihan dalam hidup. Raga yang hanya tahu kata egois dan bodoh seperti kata papanya. Raga hanya manusia yang tidak berguna hanya untuk menjadi manusia normal.

Raga menatap langit. Mencari ketenangan kepada salah satu anugerah tuhan yang tidak pernah menghakiminya. Raga ingin menerima semua hal yang telah ia rasakan selama tujuh belas tahu ini. Raga ingin melupakan semua orang yang telah seenaknya meninggalkannya.

"Ga usah lo jelasin, Gue-"

Raga menyipitkan matanya untuk berusaha menahan air mata yang sangat tidak ia sukai itu. begitu tinggi harga diri seorang lelaki jika meneteskan air mata bagi seorang Raga Geraldo Darmawangsa.

"Gue lebih memilih kayak gini aja."

"Gue ga akan nanya alasan apapun ke lo Ren."

Raga tersenyum kecil namun dapat Darren tangkap bahwa itu adalah senyuman sendu yang diberikan oleh sahabatnya. Senyuman dimana seorang Raga harus menerima semua kenyataan pahit yang terus menerus menerpa dirinya.

"Let it flow, biar semua ngalir aja kayak normal."

Darren menghargai pilihan Raga. Ada masa lalu yang memang Raga ingin hindari tanpa bertanya sedikitpun dengan Darren. Kenapa Darren? Karena Darren berkaitan dengan masa lalu Raga.

Tidak ada kejadian yang datang secara kebetulan. Tidak ada pertemuan yang datang secara tiba-tiba. Semua sudah direncakan tuhan hanya saja waktu yang tidak tepat dan keadaan yang belum sempat untuk diberikan kesempatan kepada mereka.

Raga memilih menelan semua kejadian dan kesempatan itu phait-pahit tanpa ingin berbagi kepada siapapun. Raga memiliki masa lalu yang cukup sakit. Kenakalan yang Raga lakukan sekarang bahkan setelah kejadia yang telah ia telan pahit-pahit semata-mata adalah ingin menarik simpati papanya dan raga ingin semua mengerti apa yang ia rasakan.

"Gue minta maaf Ga." 

Darren melihat Raga yang bangkit berdiri sambiil mengulurkan tangannya ke arahnya.

"Santai, gue ga selemah itu Ren."

"Ada Aresta tempat gue pulang."

Raga yang meskipun dikenal dengan kenakalannya, kebrutalannya, pencandu nikotin, perempuan yang dipermainkannya, bahkan prestasi-prestasinya tidak dilirik sama sekali oleh papanya bahkan masa lalu Raga yang bagi raga adalah penguatnya namun juga ikut meninggalkannya menjadikan Raga yang memilih hidup tanpa rasa dan lebih memilih hidup sesuai kehendaknya.

RAGASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang