Love You

49 7 8
                                    

Happy reading. :)

Pagi ini Sasya berjalan santai menuju kelasnya. Senyum manisnya tidak pernah hilang. Malam tadi, seseorang yang ia cintai, mengucapkan selamat malam, Sasya sangat senang dan tidak bisa tidur semalaman.

"Sya." Sasya memutarkan badannya, menghadap pada seseorang yang memanggilnya.

"Iya? Kenapa?" Sasya gugup karena seseorang yang memanggilnya tadi adalah seseorang yang menelponnya semalam.

"Udah belum PR fisika?" tanya laki-laki itu.

"Udah," ujar Sasya gugup.

"Nyontek ya," ujar laki-laki itu sambil terkekeh malu.

Sasya memilin jari nya, ia tidak berani menatap sesorang di hadapan nya sekarang. "Eum... iya. Maaf, soal nya-"

Revan tersenyum, ia mengacak puncak kepala Sasya. "Pasti kamu mikirin aku semalaman kan?"

Sasya mengerucutkan bibir nya. "Enggak kok, aku tadi malem ketiduran." Ujar Sasya menatap sebal Revan.

"Oh ya? Aku harap begitu." Ujar Revan, menatap intens Sasya yang terlihat gugup.

"Revan, nyebelin ih!" Sasya berbalik, meninggalkan Revan yang tertawa geli menatap kepergian Sasya.

Sasya berjalan menyusuri koridor, sedikit lagi ia sampai ke kelas nya. Sesekali Sasya menoleh kebelakang, memastikan Revan mengikuti nya atau tidak.

Ternyata tidak, Revan sudah tidak ada di posisi yang ia temui tadi. Revan menghilang.

Sasya menghela napas panjang, ia terlalu kentara sedang memikirkan Revan semalaman. Sampai lupa mengerjekan tugas sekolah.

'Good night dear, beautiful dreams '.

Sasya semakin mengeratkan pegangan nya pada tali tas nya, saat ucapan Revan terngiang di telinga nya.

Pipi Sasya kembali bersemu, ia menepuk pelan pipi nya yang memanas sampai menjadi merah.

Sasya berhenti melangkah, ternyata ia sudah sampai di depan kelas nya.

"Astaga sya, kenapa lo jadi bloon gini sih? Sumpah nih otak gak beres," gerutu Sasya sambil menepuk jidatnya sendiri.

Sekarang Sasya ada di kelas. Lebih tepatnya bangku yg sedang dia duduki. Disampingnya ada seseorang yang menatapnya sedari tadi.

"Apa?" tanya Sasya yang mulai sadar diliatin temen sebangkunya.

"Gak." Cewe itu memalingkan wajahnya dan melihat bahwa pacar temennya datang.

Cowo itu menghampiri Sasya dan temen sebangkunya. Dia melemparkan senyum manisnya kepada pacarnya itu.

"Eh, Rev. Kan kelas udah masuk," kata Sasya

Revan dan Sasya duduk dan mulai memperhatikan guru yang sedang mengajar. Di sela-sela belajarnya tak sengaja mata Revan beradu dengan Sasya mereka bertatapan cukup lama hingga tak sadar ada guru di depanya tengah menatap mereka.

"Revan! Sasya!" Teriak bu Rika, guru yang sedang mengajar dikelas XII MIPA.

Revan dam Sasya-pun tersadar, dan menatap bu Rika yang sedang melotot kearah mereka berdua.

"Keluar dari kelas saya, sekarang!" teriakan bu Rika menggelar ke seluruh penjuru ruangan, membuat semua siswa ketakutan.

Revan segera berdiri, ia menatap sasya yang masih diam membisu. Perlahan tangannya menyentuh tangan Sasya yang berada diatas meja. "Sya, keluar ya," ujarnya pelan.

Sasya tersadar dari keterkejutannya saat tangan Revan memegang tangannya. Ia mencoba melepaskan tangan Revan yang menggenggam tangannya tapi tidak bisa.

"Kita keluar ya, nanti bu Rika makin marah, cepetan." Mendengar hal itu, Sasya langsung berdiri dan segera mengajak Revan keluar dari kelas, jangan lupakan tangan mereka yang saling bertautan.

Sesampainya diluar, Syasa tersadar bahwa tangannya masih bertautan dengan Revan langsung melepaskannya. Revan sendiri sebenarnya tidak masalah akan hal itu, namun berbeda dengan Syasa yang gugup.

"Kita ke kantin aja deh, gimana?" Ucap Revan.

Syasa berpikir sebentar kemudian menganggukkan kepalanya.

Sesampainya di kantin, mereka ngobrol ini dan itu. Sesekali tertawa. Dan memesan minuman tak lupa dengan cemilan.

"Sya," panggil Revan pelan.

"Hm," jawab Sasya seadanya.

"Pacaran yuk."

"Ha?" Sasya terkejut, Revan mengucapkan kalimat tadi dengan sangat cepat, sehingga tidak terdengar jelas.

"Kenapa?" lirih Revan.

"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Sasya tak mengerti.

"Gak jelas ya? Sorry, gue gugup."

"Iya gapapa," balas Sasya sekenanya kemudian tangannya terulur mengambil snack di depannya.

"Sya?" panggil Revan.

"Hm." tatapan matanya tertuju pada seluruh penjuru kantin yang saat ini mulai penuh. Sedangkan tangannya masih sibuk menyuapkan snack kedalam mulutnya.

"Sya, lihat gue sebentar aja." tangannya menggapai tangan Sasya.

Sasya reflek ingin melepaskan genggaman tangannya, tapi ditahan oleh Revan.

"Rev, malu dilihatin orang," lirih Sasya pelan tatapan matanya tertuju pada semua orang yang penasaran melihat mereka.

"Abaikan, sekarang fokus ke aku."

Sasya mengikutinya instruksi dari Revan, mencoba mengabaikan tatapan mata orang-orang terhadapnya.

"Sya, aku mau jujur sama kamu. Sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu. Tapi aku takut, aku takut kamu malah menjauh. Aku nggak mau hubungan kita renggang gara-gara perasaan aku. Aku harap setelah aku ngomong kek gini, kamu gak bakal berubah yah Sya. Kalau kamu berubah aku bakal nyesel banget udah ngungkapin perasaan aku," ucap Revan. Masih menggenggam erat tangan Syasa. Sedangkan Syasa hanya diam. Dia shock dengan apa yang dikatakan Revan padanya.

"Van," lirih Sasya pelan, merasa tak percaya akan apa yang dikatakan Revan.

"Will you be my girlfriend?" ujar Revan lantang.

"Hm ... Yes i will," suara Sasya terdengar pelan, ia benar-benar merasa malu sekarang, pipinya bahkan sudah semerah tomat.

"Yes!" seruan dari Revan membuat orang-orang percaya bahwa Sasya sudah menerima Revan.

The end

***
D

itulis oleh: 1.  Q_win96
                        2.  Ellaellot314,
                        3.  yuniwahyuni211,
                        4.  rayyaa_r_s,
                        5.  nadzwaainurrahma

semangat teman-teman!

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.

Kumpulan Cerpen Lentera Aksara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang