UNAVENGED

53 10 0
                                    

Sebenarnya aku lelah denganmu yang terus ku kejar. Namun, kau terus saja berlari sejauh mungkin untuk menghindariku. Kita mempunyai hubungan special antara dua orang. Namun, aku merasa hanya aku yang memperjuangkan hubungan kita. Hubungan yang terjalin antara kita berdua tanpa ada dia. Kamu membiarkannya masuk ke dalam hubungan kita dengan mudah tanpa bertanya padaku apa itu boleh atau tidak?

Dia yang bahkan baru singgah saja dapat dengan mudah merebut posisiku darimu. Posisi yang bahkan dulunya mati-matinya aku perjuangkan untuk mendapatkannya dan dengan mudahnya orang asing itu menggantikan posisiku.

Posisi yang seharusnya di sebelahmu adalah aku dengan tangan yang saling menggenggam tergantikan dengan orang asing di sebelahmu yang bahkan kamu tatap lamat-lamat ketika orang asing itu tertawa. Sementara, aku yang bahkan kekasihmu ada satu langkah di belakangmu, menyaksikan adegan yang perlahan mengiris hatiku karena orang baru itu.

Apa aku harus bertahan atau melepaskan? Karena menurutku keduanya sama-sama butuh perjuangan.

19-05-19

Helaan napas dari gadis berlesung pipit itu terdengar berat. Ia menutup buku diary bersampul biru tuanya lalu memasukkannya ke dalam laci meja belajar. Kembali menghela napas Dzakira mencoba tidak sedih atas kisahnya tadi siang di sekolah.

Mendorong kursi yang ia duduki ke belakang, lalu ia berdiri untuk ke kamar mandi hanya untuk sekadar membasuh mukanya yang mungkin tak enak dilihat oleh orang jika bertemu dengan dirinya.

Dzakira menatap pantulan dirinya di cermin, seulas senyum tipis terpampang di wajahnya. Sesekali ia menggumamkan kata-kata yang sama setiap kali dirinya bercermin.

'Aku pantas bahagia.'

Selalu saja kata itu yang Dzakira lontarkan. Mencoba tersenyum lebar untuk sekarang terasa sulit, suasana hatinya sedang tak baik. Tak mau berlama-lama berdiri diam memandang dirinya Dzakira melangkahkan kakinya keluar dari kamar kecil dan menghampiri surga empuk tempat pelampiasannya.

Dzakira menarik selimutnya hingga menutupi dada, tangannya sudah menggenggam benda pipih persegi putihnya. Jarinya menari-nari di atas keyboard mengetikkan sesuatu untuk berkirim pesan pada seseorang yang sudah membuat suasana hatinya tak baik.

Tak kunjung mendapatkan balasan dari kekasihnya, Dzakira menghela napas dan lebih memilih mencari kontak bernama 'Gavin' yang bahkan belum ia ketik namanya cowok itu sudah memanggilnya dengan video call. Dzakira menggeser ikon hijau telepon ke atas untuk mengangkat telepon.

Dari layar persegi panjang miliknya, Dzakira bisa melihat wajah kedua temannya. Ia terkekeh pelan ketika suara cempreng Gavin yang ketus mengejek temannya tertangkap oleh indra pendengarannya. Ia hanya menggelengkan kepalanya maklum, karena ketika kedua temannya jika bersatu pasti tidak akan pernah akur. Paling akurnya ketika ada something.

"Awas lu sempak kecebong, gue enggak mau tuh bawa lu main ke rumah gue!" Suara bernada tinggi menyeru. Terlihat ekspresi Gavin yang meringis, sama halnya juga dengan Dzakira.

"Dasar lu Tali Tambang!" balas Gavin dengan suara cemprengnya.

"Bangke ayam!"

"Upil badak!"

"Ferguso!"

"Medusa!"

"Terus aja sampe spongebob berubah jadi pelit!" Akhirnya Dzakira menengahi, bosan melihat tingkah kedua temannya yang selalu saja seperti ini jika bertatap muka. "terus panggil-panggil gue buat apaan nih? Rindu?"

Terlihat bola mata Talita memutar malas. "Rindu sama lu tuh kagak ada gunanya, besok juga meet up sama lu mah. Memangnya sama bebepku yang enggak meet up meet up." Mendadak suara ketus barusan terganti dengan nada-nada melas.

Kumpulan Cerpen Lentera Aksara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang