dian memutar kenop perlahan, dengan langkah sedikit demi sedikit dian melenggang masuk ke rumahnya.
sembari menaruh helmnya, mengusap sedikit darah diujung bibirnya, soalnya tadi sempet kecelakaan waktu balapan.
dian nengok ke sofa, liat ibunya lagi mesraan sama laki-laki.
belum sebulan, cowoknya udah ganti tiga kali itu gimana ceritanya?
jangan tanya lagi, dia pelacur, dan dian benci, banget.
dian nyopot jaket hitamnya kasar, muak, dian malu punya nyokap yang udah sebelas-duabelas sama lonte lampu merah.
"nak, balapan lagi?" ibu dian bertanya.
"bukan urusan mamah, sono tuh urusin pelanggan yang udah ngantri seabrek-abrek."
"selamat malam nak dian," laki-laki hidung loreng-loreng itu ternyata punya muka buat nyapa dian.
"oy, lo pada, ga mampu nyewa hotel? kotor tuh sofa, dosa kalian nyelepet disono semua!" dian melempar pandangan benci, ibunya menatap nggak suka, sedang cowok yang mau diselingkuhin ibunya itu bungkam.
"dian, yang sopan."
"eh, janda, lo yang nggak sopan, anjir. suami siapa lo rayu-rayu, lo lagi pak tua, jangan mau sama ibu gua, bekasan."
ibu dian menghampiri dian yang lagi berdiri di anak tangga, kemudian menampar dian.
"ga usah nyari gua, gua pulang kalo lo ga dirumah, sumpek ada mamah."
bersamaan dengan dian yang keluar sambil nutup pintu kenceng.
dian sampe ditempat yang bener-bener udah rumah kedua bagi dian.
sambil ngucek matanya yang udah sembab dian melenggang, dian langsung nyaman hanya karena denger dentuman musik ala orang dugem disana.
"ah, liat siapa yang dateng, dian anjir, udah lama nggak ketemu, sini duduk!" doyeon menyambut hangat.
"ahaha, maaf. gua fokus sekolah, anjir. padahal niat juga kagak gua sekolah, numpang wifi doang mah iya."
doyeon tertawa, cantik banget doyeon mah, dian aja bingung, cantiknya doyeon itu beneran asli apa cuma sticker? soalnya diluar nalar.
"ada masalah, ya?"
"tau aja kambing, iya, biasa, jalang ituㅡ bingung gua, 17 juta cewek didunia, malah tuhan milih gua sebagai anak dari cewek yang tukang ngelacur gitu, bangsat."
"ngelacur duitnya banyak anjir."
"anjing lo, lo pro ke nyokap gua? gua nggak ikutan ngelonte aja syukur."
"anjer, kalo iya, sejarah dong, lonte turun temurun."
"tau! pusing gua, mau mati," dian menyerah, "siniin, vodka tiga botol, gamau nyicil ngasihnya, langsung siniin tiga botol."
"gila anjir lo, lo tuh gampang mabuk, yan."
"biariin, orang biar gua mati."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.