It's not supposed to feel this way
I need you, I need you
More and more each day
It's not supposed to hurt this way
I need you, I need you, I need youMidam menyadari bahwa tiap manusia memiliki titik bosan terhadap apa yang dilakukannya, bahkan untuk mencintai seseorang yang menemani hari-harinya, manusia memiliki titik bosannya. Ada masa-masa di mana manusia begitu mencintai seseorang hingga pusat dari semestanya ada seseorang itu, namun juga ada masa di mana akhirnya manusia sampai pada titik bosan yang tak pernah diperhitungkannya.
Midam bisa memahami itu. Ia bisa memahami bahwa mungkin inilah masa di mana kekasihnya bosan padanya dan memilih berpaling darinya.
Siapa dirinya jika dibandingkan dengan sosok Lee Eunsang? Ia bukan siapa-siapa. Ia membosankan dan semakin cepat membuat Junhonya memilih berpaling.
Sekuat apapun ia menahan Junho, kenyataan sudah menunjukkan bahwa Junhonya sudah tak ingin tinggal.
Seingin apapun ia membuat Junho bertahan, kenyataannya menunjukkan bahwa Junhonya keberatan untuk bertahan.
Kebohongan-kebohongan yang berbanding terbalik dengan kenyataan-kenyataan yang diterimanya, Midam bisa memahami bahwa kini Junhonya tak lagi sama. Junhonya memilih berpaling darinya yang tak bisa memberi bahagia.
Ia mencintai Junho. Kenyataan itu masih sama. Ia yang dengan bodohnya menyimpan keping hatinya pada pemuda itu, mempercayakan semesta kecilnya pada pemuda itu, tetap bisa apa jika pemuda itu akhirnya memilih melangkah pergi dengan yang lain?
Ia tidak seberharga itu untuk menahan Junho tetap berdiri di sisinya, bersamanya. Ia hanya orang asing yang sempat menjadi tempat persinggahan sementara Junho.
Karena kini mungkin Junho telah memiliki rumahnya untuk pulang.
Tell me, are you and me still together?
Tell me, you think we could last forever?
Tell me, whyBaginya, Junho adalah tempatnya pulang. Rumahnya. Sejauh apapun ia pergi, ia kembali pada Junho, pada rumahnya yang hangat, yang menguatkannya kala ia melemah. Namun kenyataannya, ia dan Junho mungkin tak lagi sejalan, hingga Junho memilih berpaling.
Midam memahami bahwa Junho bukanlah lelaki brengsek. Junho tetaplah lelaki yang membuatnya jatuh hati begitu dalam, namun juga terluka begitu dalam. Bagaimana bisa ia menyebut bagian penting dalam rangkaian memoar hidupnya sebagai brengsek? Ia tak bisa.
Meski pada akhirnya Junho tidak bersamanya atau tak ingin lagi bersamanya, Midam berusaha memahami itu. Pada hakikatnya memang tak pernah ada yang abadi, bahkan cinta sekalipun. Ribuan kali pun Junho berjanji padanya, kenyataannya semestalah yang mengubah Junho.
Inginnya memang ia tetap dengan Junho, inginnya memang ia terus bersama dengan sosok itu, tapi ia bisa apa jika Junho sudah tak ingin bersamanya? Menahan pun percuma. Apa guna raga tanpa hati?
Midam sungguh rendah hati. Ia memberikan hatinya, menyimpan hidupnya, kemudian memilih mengikhlaskan kenyataan bahwa semesta memang tak ingin melihatnya bersama Junho lebih lama.
Semakin lama ia menahan Junho tetap di sisinya dengan kenyataan-kenyataan yang mengkhianati garis takdir, semakin kentara pula bahwa Junho tidaklah membutuhkan dirinya.
Ialah yang membutuhkan Junho karena ia bergantung pada Junho, tepat setelah keputusan bodoh bahwa ia menyimpan dunia kecilnya pada pemuda itu.
So go and think about whatever you need to think about
Go ahead and dream about whatever you need to dream about
And come back to me when you know just how you feel, you feelSetelah begitu lama tidak saling bicara dalam status yang bahkan tak dapat Midam pastikan, akhirnya malam itu ia berhadapan lagi dengan Junhonya. Hanya berdua, seperti malam-malam sebelumnya, namun kecanggungan luar biasa menyelimuti dirinya.
Dada Midam terasa lebih sesak daripada malam-malam sebelumnya kala ia mengingat bahwa Junhonya tak lagi sama. Ia tak bisa lagi memeluk Junhonya, meski ia menginginkannya karena nyatanya Junhonya telah nyaman memeluk orang lain yang bukan dirinya.
"Hyung, aku..."
Midam mengangkat pandangan dan tersenyum. Tatapan mata Junhonya berubah dan Midam semakin terluka karena itu. Semesta benar-benar tak ingin melihatnya bersama Junho lebih lama.
"Eunsang dan aku, kami hanya..."
Midam tersenyum lagi. Hatinya terasa lebih perih daripada sebelumnya. "Junho-yaa, let's break up."
Malam itu ia memilih berakhir dengan Junho. Bukan ia tak lagi cinta pada sosok Cha Junho, hanya saja ia tak ingin mempertahankan lelaki yang bahkan sudah tak ingin bertahan di sisinya. Untuk apa? Midam tak ingin melukai Junho karena keegoisannya.
Biarlah Junho pada jalannya, dengan perasaan dan cinta barunya. Midam terbiasa sendiri dan kesunyian tetap tinggal bersamanya, meski Junho memilih pergi meninggalkannya. Ia tak masalah. Ia bisa mengikhlaskan Junho bersama yang lain jika itu membuat Junho bahagia.
"Melihatnya bahagia sudah cukup untukku, bahkan jika ia berbahagia dengan orang selain aku," ungkapnya kala si kecil Hyungjun bertanya padanya.
Namun ia berbohong. Ia bisa mengikuti casting drama suatu saat nanti.
Ada malam-malam di mana pertahannya runtuh, di mana ia begitu menginginkan Junho tetap disisinya, di mana ia merindukan pelukan Junhonya.
Tetapi kenyataan yang diberikan semesta padanya tetap sama.
Junhonya pergi, membawa separuh hati dan seluruh dunia kecilnya.
The End
Halo, terima kasih sudah membaca work ampas ini dan meninggalkan jejak. Aku pembaca BxB, tapi ini pertama kalinya aku nulis BxB karena ternyata aku sebucin ini sama Midam dan Junho. Dan soal Eunsang, aku cinta bayiku hehe😙
Sebenarnya aku masih ada satu work Jundam ft. Junsang yang AU dan itu angst dengan bahasa semi formal. Tapi belum pede buat publish karena aku jarang banget bikin work dengan bahasa semi formal. Ada work aku yang bahasanya non formal (Coass Cooperate) dan aku ngerasa itu aneh banget hehe😐
Sampai jumpa lagi di work baru kapan-kapan ehe😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Fraction (FINISH)
Fanfictionenig·ma /énigma/ n teka-teki; tidak jelas (tentang ucapan); misterius: pernyataannya menimbulkan -- bagi masyarakat Ketika Cha Junho yang hangat, bertemu Lee Midam yang dingin. Teka-teki terjadi. Teka-teki mengenai pertemuan. Teka-teki mengenai pera...