16

17.2K 710 25
                                    

Di tengah malam,Lucas memandang keramaian kota sambil merenung. Ia merenung hingga seseorang masuk ke dalam ruangannya.

"Selamat malam,Tuan." Ucap orang itu yang merupakan salah satu anak buahnya.

"Ada apa?" Balas Lucas sambil membalikkan badannya menghadap anak buahnya.

"Saya mempunyai kabar buruk,Tuan. Mungkin Tuan tidak akan suka kabar ini." Ucap anak buah Lucas.

"Katakan."

"Kami kehilangan jejak Nyonya Mentari,Tuan. Jejak Nyonya Mentari hilang satu hari setelah acara pesta itu,Tuan. Saya minta maaf atas keteledoran kami." Ucap anak buah Lucas.

"Kalian tak perlu khawatir. Saya tahu di mana dia berada. Kalian awasi lokasi ini,jangan sampai mereka tahu kalian mengawasi mereka." Ucap Lucas sambil memberikan lokasi tempat Mentari berada.

"Kenapa kita tak langsung membawa Nyonya Mentari saja? Kenapa kita harus menunggu?" Tanya anak buah Lucas.

"Jangan gegabah. Kita berikan mereka waktu untuk bahagia sebentar,sebelum kita hancurkan mereka. Sekarang,pergilah. Laksanakan tugasmu." Ucap Lucas sambil mengibaskan tangannya ke arah anak buahnya.

"Baik,Tuan. Saya permisi." Ucap anak buah lalu ia keluar dari ruangan Lucas.

Setelah kepergian anak buahnya,Lucas kembali membalikkan badannya ke belakang.

"Kau yang memaksaku untuk melakukan ini,Mentari. Kau yang memancingku. Salahmu sendiri tak mau menerimaku kembali. Jadi,bersiaplah menerima akibatnya,Nyonya Blake." Ucap Lucas sambil menyeringai licik.

                            *******
Keesokan paginya,Mentari memandang pantulan dirinya di cermin. Ia memutuskan untuk merubah penampilannya,ia mengecat rambutnya menjadi warna coklat. Ia melakukan itu agar ia lebih cepat melupakan Lucas karena rambut pirangnya memiliki banyak kenangan  menyakitkan dengan Lucas.

Alasan kedua,ia ingin memulai hidup yang baru. Bersama Zealand dan Lia,ia ingin memulai hidup lebih bahagia.

"Mama...Mama,Mama di mana?" Sayup sayup terdengar suara Lia memanggilnya dari luar kamar.

"Mama di kamar,Sayang." Ucap Mentari. Tak lama,pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Lia.

"Halo,Sayang." Ucap Mentari sambil tersenyum lalu ia menyesuaikan tingginya dengan Lia.

"Ada apa? Kok,liatin Mama kayak gitu." Tanya Mentari saat Lia memandang dengan intens.

"Rambut Mama berubah." Jawab Lia sambil menyentuh rambut Mentari.

"Rambut Mama gak berubah,Sayang. Mama cuman cat rambut. Bagus gak rambut baru Mama?" Tanya Mentari pada Lia.

"Bagus. Rambut Mama kayak rambut Papa. Lia suka." Ucap Lia.

"Yaudah,kita keluar,yuk. Kita ke Papa." Ucap Mentari lalu menegakkan badannya dan menggandeng tangan Lia keluar dari kamarnya.

"Papa..." Panggil Lia saat mereka tiba di ruang tamu yang langsung ditangkap oleh Zealand.

"Papa,lihat deh rambut baru Mama. Mirip rambut Papa." Ucap Lia yang membuat Zealand mengalihkan pandangannya ke arah Mentari.

"Cantik." Ucap Zealand yang membuat Mentari merona.

"Kenapa kau yang mengecat rambutmu,Mentari?" Tanya Zealand sambil berjalan mendekati Mentari.

"Hanya ingin suasana baru. Memangnya kenapa? Apa aku tak cocok dengan warna rambut ini?" Tanya Mentari panik. Ia takut Zealand tak suka dengan warna rambut barunya.

"Tidak,kau sangat cantik dengan warna rambut itu." Ucap Zealand.

"Papa,kita keluar yuk." Ucap Lia sambil menggoyangkan tangan Zealand.

"Anak Papa ini mau pergi ke mana?" Tanya Zealand.

"Kita jalan jalan aja. Lia bosan di rumah mulu." Ucap Lia.

"Sesuai keinginanku,Tuan Putri. Yuk,kita pergi." Ucap Zealand sambil membawa mereka keluar dari rumah itu.

Ketika mereka keluar dari rumah,ada sekelompok orang yang mengawasi mereka.

"Mereka keluar dari rumah itu dan mereka entah pergi ke mana." Lapor anak buah Lucas melalui telepon.

"Ikuti mereka terus. Jangan biarkan mereka lolos dari pengawasan kalian." Balas Lucas melalui telepon.

Zealand membawa Mentari dan Lia pergi ke sebuah taman terdekat. Zealand memilih taman ini karena di taman ini banyak sekali anak yang seumuran dengan Lia.

Begitu mereka tiba di taman,Lia segera turun dari mobil dan berlari menuju sekelompok anak. Zealand dan Mentari memutuskan untuk mengawasi Lia dari kejauhan.

"Lia sangat bahagia,ya." Ucap Mentari.

"Ya,sebelumnya Lia tak sebahagia ini." Ucap Zealand sambil memandang Lia.

"Mentari,apa kau lapar?" Tanya Zealand.

"Sedikit."

"Baiklah,aku akan membelikan makanan. Kau tetap di sini." Ucap Zealand lalu ia pergi mencari makanan di sekitar taman ini.

Mentari memandang Lia bermain hingga seorang perempuan muda menghampirinya. Perempuan itu duduk di samping Mentari. Awalnya Mentari tak menyadari kehadiran perempuan itu hingga perempuan itu memanggilnya.

"Sedang menjaga anakmu,ya?" Tanya perempuan itu.

"Oh,maaf,aku tak mendengarmu. Bisa kau ulangi lagi?" Tanya Mentari.

"Sedang menjaga anakmu,ya?" Ulang perempuan itu.

"Ya. Kau sendiri?" Tanya Mentari.

"Sama sepertimu. Anakmu yang mana?"

"Itu yang perempuan dan pakai baju putih."

"Kalo anakku laki laki dan pakai baju hitam."

"Ngomong ngomong,kita belum kenalan. Aku Mentari dan kau?"

"Azura."

"Mama,Lia haus."

"Ini."

"Bunda,Celo capek."

"Dia anakmu,Azura? Tampan sekali." Ucap Mentari.

"Anakmu juga cantik."

"Lia,kenalin dulu."

"Halo,namaku Lia. Nama Tante siapa?" Tanya Lia.

"Nama Tante Azura dan ini anak Tante namanya Celo. Celo,kenalin gih sama Lia." Namun,Celo sepertinya malu,ia bahkan menyembunyikan wajahnya di punggung Azura.

"Sepertinya anak kita akan berjodoh." Ucap Azura yang mengagetkan Mentari.

Umarım beğenirsin. nasılsın.

SORRY, I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang