HETEROKROMIA

20 0 0
                                    

"Aduh sayang,
jarak itu sebenarnya tak pernah ada.
Pertemuan dan perpisahan
dilahirkan oleh perasaan"
-Joko Pinurbo

- oo -



Ninja putih yang baru saja memasuki gerbang hijau sekolah, menyalip siapa saja di depannya dan melesat cepat menuju parkiran. Motor putih itu berbelok ke tempat biasa ia terparkir, tepatnya di pojok parkiran, namun secara tiba-tiba tiga orang siswa datang menghadangnya.

Bagas, salah seorang dari tiga siswa itu bicara dengan nada yang dibuat-buat "Ini dia pahlawan kita udah sampai. Beri tepuk tangan dong, Aksara Biru kebanggan kita dateng nih!" Dua teman Bagas— atau mungkin lebih pantas disebut anak buah, tertawa sambil bertepuk tangan sebagaimana perintah bosnya.

Biru, si pemilik Ninja, itu tanpa aba-aba menggas motornya, membuat Bagas dan dua anak buahnya melompat menghindar.

"Woi, Biru!" Teriak seorang bernama Rama dari kejauhan, lalu berlari menghampiri sahabatnya. "Gue punya rencana bagus nih buat entar, Ru" Rama menaik turunkan alisnya menyengir lebar.

Biru mematikan mesin motor dan melepas helm "Apaan?"

Tersinggung diabaikan, Bagas mendengus. "Heh, lo berdua! Aksa, Rama! Jangan pura-pura Buta! Waktu lo itu udah selesai, anak anak kelas dua belas yang dulu ngelindungin lo, udah pada cabut. Jadi gak usah banyak gaya lagi. Mending sekarang, pindahin motor lo ke tempat lain."

Biru maupun Rama bergeming, keduanya hanya menatap sejenak Bagas dengan tatapan 'siapasih ini orang', kemudian kembali berbincang.

"Di kantin aja yok gue jelasin, belom sarapan nih." Rama mengelus perutnya "Si Zaky juga udah nunggu di kantin."

Biru mengangguk paham dan bangkit dari motor putihnya, hendak pergi

Sambil bertolak pinggang, Bagas menunduk untuk berpikir sejenak, bagaimana cara mendapatkan perhatian Biru dan Rama, kemudian satu seringai muncul di wajahnya.

"BIRU!" Satu panggilan meluncur dari mulut Bagas.

Seketika Biru berhenti melangkah, matanya memejam, napasnya pun menjadi tak karuan, tangannya mengepal.

Dengan cepat Biru berbalik dan menarik kasar kerah seragam Bagas, membuat laki-laki yang lebih pendek darinya itu terseret mendekat padanya "Lo manggil gue apa barusan?!"

Tatapan Biru yang berkilat amarah tepat menghujam mata Bagas, membuat tubuh Bagas menegang sebentar, tapi kemudian Bagas terkekeh pelan "BI-RU"

Biru menarik napas dalam "BANGSAT!"

Bug.

Satu pukulan telak dari Biru membuat Bagas jatuh tersungkur. Kedua anak buah Bagas melangkah mundur sedikit demi sedikit, antisipasi agar Biru tidak menghajar mereka.

"Udahlah, Ru.. Ke kantin aja kita, gak perlu ngeladenin orang caper." Rama coba menenangkan sahabatnya, namun gagal, emosi Biru benar-benar dipuncak.

Dengan nafas yang memburu, Biru menarik lagi kerah Bagas, membuatnya kembali berdiri. "PANGGIL. GUE. AKSA." menekan setiap kata, Biru menegaskan ucapannya. Satu pukulan lagi mendarat tepat di rahang, membuat Bagas kembali terjatuh dan meringis.

Aksara BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang