"Astaga, Jihoon ... kamu pernah mikir gak, bakal seterluka apa Hyewon begitu tau semua kepura-puraan kamu selama ini?"
Jihoon yang sejak tadi duduk di bersandar ke tepian tempat tidurnya cuma menunduk lesu. Dia baru aja selesai cerita soal apa yang terjadi antara dirinya dan Hyewon. Hayi mendesaknya untuk cerita, gara-gara liat Hyewon pergi sambil nangis waktu pesta ulang tahunnya kemarin-kemarin.
"Pernah, Kak. Tapi kan Jihoon cuma lakuin apa yang jadi permintaan terakhir Bang Woong. Niat dia baik. Dia cuma gak mau Hyewon terluka gara-gara kepergiannya."
"Tapi kan kalau udah gini Hyewon jadi makin terluka. Bayangin gimana terpukulnya dia yang harus nerima kenyataan bahwa Woong udah pergi dari dunia ini sejak satu tahun lalu, ditambah kenyataan bahwa kamu macarin dia cuma atas permintaan Woong."
"Andai dia gak baca buku itu, dia gak bakal tau," ucap Jihoon sambil meremas rambutnya sendiri. Jihoon memaki dirinya sendiri, karena lupa memasukkan buku diarynya ke dalam laci, sampai akhirnya dibaca Hyewon.
"Terus andai dia gak baca buku diary kamu dan gak pernah tau soal apa yang kamu sembunyiin itu, apa rencana kamu?"
"Jihoon bakal berusaha bikin dia muak dan jauhin Jihoon dengan sendirinya."
Hayi menatap Jihoon seksama, "Kamu .. beneran gak ada perasaan apapun ke Hyewon?" tanyanya.
Jihoon terdiam.
Kalau memang dia gak nyimpan rasa apapun untuk Hyewon, kenapa dia butuh waktu untuk mikir sebelum jawab pertanyaan Hayi itu?"Gak ada," jawab Jihoon.
"Ada. Tapi kamu gak mau ngakuin itu," ucap Hayi.
Jihoon menoleh menatapnya, "Jangan sok tau, Kak."
"Cuma Hyewon yang bisa bikin kamu buka hati. Cuma dia yang bisa bikin kamu mau nerima seorang gadis untuk masuk ke dalam hidup kamu. Cuma dia ... gadis yang bisa bikin kamu ketawa lepas."
Jihoon memalingkan wajahnya dari Hayi. Dia berdiri, berniat keluar dari kamarnya sendiri.
"Kenapa kamu terus-terusan kaya gini, Jihoon? Apa karena Mama?" Suara Hayi bergetar, ada tangis yang berusaha dia tahan.
"Mama siapa sih, Kak? Siapa yang Kakak sebut Mama itu? Kita gak pernah punya yang namanya Mama! Maksud Kakak perempuan gak punya hati yang udah ninggalin kita, sejak kita kecil?"
"Kamu takut bakal ditinggalin lagi, sama kaya gimana Mama ninggalin kita. Makanya kamu gak pernah mau buka hati untuk gadis mana pun."
"Terserah Kakak mau mikir gimana." Jihoon mengambil kunci motornya di atas nakas.
"Gak semua perempuan sama kaya Mama, Jihoon," ucap Hayi lagi.
Jihoon gak merespon. Dia melangkah pergi, entah ke mana.
Di sisi lain ...
Hyewon lagi bicara berdua sama Yoonbin di teras rumahnya. Dia memulai pembicaraan yang sebenarnya belum mau Yoonbin bicarakan.
"Sejak kapan?"
Yoonbin gak langsung menjawab. Dia noleh natap Hyewon yang gak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya. Gadis itu keliatan pucat banget. Matanya masih sembab.
"Gak tau, lupa. Mungkin pas kelas 1 SMP." Yoonbin langsung ngerti tanpa nanya lebih rinci tentang apa yang dimaksud Hyewon.
Tentunya sejak kapan—Yoonbin mulai naruh rasa ke Hyewon.
"Udah lama banget. Kenapa gak bilang dari dulu? Gua kan jadi gak enak, karena sering curhat soal cowo ke lo," ucap Hyewon, mengingat dia memang sering curhat tentang segala macam ke Yoonbin, termasuk soal Woong dan Jihoon.
"Santai aja sih. Gua cuma takut bakal bikin pertemanan kita renggang, kalau gua nyatain perasaan ke lo. Lagian gua tau, lo cuma anggap gua temen." Yoonbin masih sempat-sempatnya tersenyum.
Hyewon gak usah ditanya, dia mulai terisak. Belakangan ini Hyewon akrab banget sama yang namanya nangis. Dalam satu hari, entah berapa kali dia bisa nangis. Karena ngerasa bersalah sama Woong, karena rindu Jihoon, dan sekarang ditambah karena Yoonbin.
"Tuhkan! Ini nih, yang bikin gua gak mau jujur ke lo. Gua tau lo bakal kaya gini," ujar Yoonbin.
"Maafin gua ..." lirih Hyewon.
"Maaf apa? Gak perlu minta maaf, Hyewon! Lo gak salah apa-apa. Perlakuin gua kaya biasanya! Sampai kapan pun gua bakal jadi temen yang setia dengerin keluh kesah lo kaya biasanya."
Hyewon baru berani natap Yoonbin.
"Ingus lo ih!" cibir Yoonbin, tapi tangannya tetep nyeka ingus Hyewon yang meler-meler pake saputangan miliknya.
Eh, Hyewon malah nangis lagi.
"Kenapa lagi?" tanya Yoonbin.
Gadis di sampingnya terisak-isak, sebelum menjawab ... "Kangen Jihoon."
Perlahan Yoonbin meluk Hyewon. Menenangkan gadis yang pastinya lagi luar biasa kacau karena banyak hal yang baru diketahuinya terkait Woong dan Jihoon itu.
Di depan sana, di luar pagar, Jihoon yang sempat berniat untuk nemuin Hyewon pun mengurungkan niatnya.
Hatinya baru aja akan memberontak menentang pikirannya. Jihoon ngerasa kacau, dan dia butuh Hyewon detik ini.
Tapi yang dilihatnya begitu datang ke sini malah gadis yang ingin ditemuinya lagi dipeluk laki-laki lain.
Halooo🖐
Masih semangat gak nih bacanya?😂
Komen dong yang banyak:')
Voment juseyo😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay || Park Jihoon✔
Fanfiction[Silverboys series Book 6] Orang-orang di sekitar Hyewon selalu bertanya-tanya, kenapa Hyewon masih bertahan dengan segala sikap Jihoon yang selalu menguji kesabarannya? Cast: -Park Jihoon -Kim Hyewon (OC) -Ha Yoonbin -Jeon Woong -Etc. start: 19-02...